Banyak yang mengatakan bahwa bermimpi adalah hal yang sia-sia, karena mimpi hanya akan jadi suatu yang semu. Tetapi sebenarnya mimpi adalah awal dari segalanya. Awal dari terbentuknya hari esok yang begitu cerah. Setinggi apa kita harus menggantungkannya? setinggi langit kah? Tidak, nyatanya langit tidaklah cukup tinggi. Biru yang terbentang diatas sana memang sangat indah, seperti hamparan kedamaian. Namun itu semua hanyalah pantulan dari berkas-berkas cahaya yang kemudian sampai pada mata kita sebagai warna biru.
Hidup sebagai seorang pemimpi bukan berarti berkutat dengan khayalan. Pemimpi adalah seorang yang mampu menentukan tujuan hidupnya, berani selangkah lebih maju dari orang lain. Seorang yang melihat resiko bukan dengan ketakutan, namun justru dengan optimisme bahwa akan selalu ada cara mengatasi resiko tersebut, bukan malah lari menghindar.
Merajut mimpi sama sekali tidak seperti menulis di atas air. Tetapi justru bagaikan memahat di atas lempengan emas. jika kita benar-benar bisa menyelesaikan pahatan yang indah. maka lempengan emas tersebut akan jadi lebih berharga, hingga tidak akan pernah usang dengan bergulirnya waktu.
Bermimpi akan jadi begitu indah ketika kita mengiringinya dengan doa dan usaha. Bukan sekedar duduk diam menanti keajaiban datang hingga semua mimpi terwujud begitu saja. Tanpa usaha, mimpi tak ubahnya raga tanpa nyawa. Hanya diam, tak kan pernah bergerak kemanapun, akhirnya lebur ditelan waktu. Tak berharga, tanpa arti, mudah saja di buang dan terlupakan.
Mari bermimpi, lebih tinggi dari yang pernah dibayangkan orang lain, tentukan kemana arah hidup. Jangan pernah berhenti hingga benar-benar berada pada puncak tertinggi. Tumbuhkan semangat yang tak pernah henti membara dalam diri, hiasi langkah dengan pijar keyakinan. tak akan ada kegagalan, kecuali kita berhenti mencoba, berhenti berusaha.
Sabtu, 18 April 2009
Minggu, 05 April 2009
Saat Sepi Selayak Sahabat Sejati
Seperti melerusuri selaksa malam tanpa ujung, hanya gelap yang terpampang ketika sepi menaungi seisi hati. Sekejap takluk pada pandangan semu bahwa tak satupun kawan ada untuk temani perjalanan panjang. Meratap, meronta, serta menghujat seakan menanggung penderitaan terbesar. Benar-benar buta akan cahaya. Melihat hanya apa yang tampak oleh mata. Dinding-dinding kamar berubah seperti penjara bagi raga. Sepi seolah jadi musuh utama yang harus segera ditubangkan.
Lalu, mengapa tak mencoba menjadikan sepi sebagai sahabat sejati, hingga akhirnya dapat berdamai dengan gejolak hati. Jika sepi telah digambarkan dalam kegelapan yang sungguh menakutkan, mengapa tak mencoba mengubahnya seindah pendar gemintang yang senantiasa meramaikan langit malam. Begitu elok cahayanya, memanjakan tiap pasang mata yang memandang, hingga tak lagi terbias kesedihan diparas wajah.
Bersahabat dengan sepi bukan sekedar lelucon atau omong kosong. Hal sederhana yang sangat menyenangkan bila dapat dilakukan. Sepi hanyalah salah satu dari sekian banyak sketsa kehisupan yang harus dibentuk sedemikian rupa, agar tak lagi menakutkan, mengapa harus lari dari sepi, jika kita bisa mendekapnya selayak sahabat sejati.
Dalam sepi terdapat ketenangan yang bisa membawa angan melayang bebas menentukan arah, tanpa terikat, tanpa tersekat. Ada sebuah dunia yang tercipta untuk diri sendiri. Disanalah segala mimpi berawal. Renungan panjang tentang kehidupan terjadi dalam sepi. Jernihnya pemikiran akan mimpi dan jalan mana yang akan ditempuh untuk menjadikannya nyata, juga melintas diantara sepi. Ingatan tentang segala yang indah yang pernah dilalui dan dialami pun tak jarang tersirat ditengah sepi. Tak selamanya sepi itu menakutkan. Hanya perlu menyambut keindahannya SAAT SEPI SELAYAK SAHABAT SEJATI.
Lalu, mengapa tak mencoba menjadikan sepi sebagai sahabat sejati, hingga akhirnya dapat berdamai dengan gejolak hati. Jika sepi telah digambarkan dalam kegelapan yang sungguh menakutkan, mengapa tak mencoba mengubahnya seindah pendar gemintang yang senantiasa meramaikan langit malam. Begitu elok cahayanya, memanjakan tiap pasang mata yang memandang, hingga tak lagi terbias kesedihan diparas wajah.
Bersahabat dengan sepi bukan sekedar lelucon atau omong kosong. Hal sederhana yang sangat menyenangkan bila dapat dilakukan. Sepi hanyalah salah satu dari sekian banyak sketsa kehisupan yang harus dibentuk sedemikian rupa, agar tak lagi menakutkan, mengapa harus lari dari sepi, jika kita bisa mendekapnya selayak sahabat sejati.
Dalam sepi terdapat ketenangan yang bisa membawa angan melayang bebas menentukan arah, tanpa terikat, tanpa tersekat. Ada sebuah dunia yang tercipta untuk diri sendiri. Disanalah segala mimpi berawal. Renungan panjang tentang kehidupan terjadi dalam sepi. Jernihnya pemikiran akan mimpi dan jalan mana yang akan ditempuh untuk menjadikannya nyata, juga melintas diantara sepi. Ingatan tentang segala yang indah yang pernah dilalui dan dialami pun tak jarang tersirat ditengah sepi. Tak selamanya sepi itu menakutkan. Hanya perlu menyambut keindahannya SAAT SEPI SELAYAK SAHABAT SEJATI.
Langganan:
Postingan (Atom)
Senandung Rindu untuk Ibu
Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...
-
Senja yang terbakar oleh uap panas matahari mematikan daun daun mungilku burungpun enggan singgah di dahannya yang batu pucat maya bayan...
-
Oh Cinta... Aku dengar keluh kesahmu dalam wahana yang begitu sempit Duniamu tersangkut pada khayangan dilema Ingin menari, tapi kata hat...
-
Oleh Pakde Azir Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad atau cukup dengan nama pena-nya Raja Ali Haji (lahir di Selangor, 1808 — meninggal di ...