Tak mudah mengusap peluh dan membuatnya mengering
Malah acap kali harap merapuh bagai potongan ranting
Sekali terinjak, benar hancur melebur jadi berkeping-keping
Menyerah begitu saja sebab telah enggan menyatukan puing
Satu hal biasa ketika ribuan mata menatap dengan memicing
Seraya meneriakkan kegagalan bersama riuh sahutan bising
Seperti telah siap mengoyak emosi hingga tinggi berdenging
Mereka, bukan penilai kuat lemahnya asa terombang-ambing
Bila angan yang kini ditangan hampir remuk di hujam lembing
Atau langkahku harus terhenti di tepian curam sebuah tebing
Tak kan rela membawa diri menjauh mundur tuk berpaling
Meski harus berulang kali terhempas kemudian terpelanting
Semangatku biarkan semakin tajam karna terus meruncing
Diraut bilah-bilah cobaan yang tak pernah sekali pun terbaring
Yang dikirimkan-Nya demi membasuh jiwa dalam tetes bening
Mengalir bersama semerbak kesabaran selalu setia mengiring
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Senandung Rindu untuk Ibu
Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...
-
Senja yang terbakar oleh uap panas matahari mematikan daun daun mungilku burungpun enggan singgah di dahannya yang batu pucat maya bayan...
-
Oh Cinta... Aku dengar keluh kesahmu dalam wahana yang begitu sempit Duniamu tersangkut pada khayangan dilema Ingin menari, tapi kata hat...
-
Oleh Pakde Azir Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad atau cukup dengan nama pena-nya Raja Ali Haji (lahir di Selangor, 1808 — meninggal di ...
Tiadakan harap merapuh jikalau daya, upaya, dan do'a selaras alurnya..
BalasHapus----
Nice poem, Sist..
Like it :)
thanks a lot brother.. :)
BalasHapus