Sabtu, 30 April 2011

Saat Harap Merapuh

Tak mudah mengusap peluh dan membuatnya mengering
Malah acap kali harap merapuh bagai potongan ranting
Sekali terinjak, benar hancur melebur jadi berkeping-keping
Menyerah begitu saja sebab telah enggan menyatukan puing

Satu hal biasa ketika ribuan mata menatap dengan memicing
Seraya meneriakkan kegagalan bersama riuh sahutan bising
Seperti telah siap mengoyak emosi hingga tinggi berdenging
Mereka, bukan penilai kuat lemahnya asa terombang-ambing

Bila angan yang kini ditangan hampir remuk di hujam lembing
Atau langkahku harus terhenti di tepian curam sebuah tebing
Tak kan rela membawa diri menjauh mundur tuk berpaling
Meski harus berulang kali terhempas kemudian terpelanting

Semangatku biarkan semakin tajam karna terus meruncing
Diraut bilah-bilah cobaan yang tak pernah sekali pun terbaring
Yang dikirimkan-Nya demi membasuh jiwa dalam tetes bening
Mengalir bersama semerbak kesabaran selalu setia mengiring

2 komentar:

  1. Tiadakan harap merapuh jikalau daya, upaya, dan do'a selaras alurnya..

    ----
    Nice poem, Sist..
    Like it :)

    BalasHapus

Senandung Rindu untuk Ibu

Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...