Selasa, 21 Juni 2016

PUISI


Sejauh itukah aku terbawa kendara rindu
Ataukah aku purapura lugu
Menjadi kalimat malumalu
Yang akhirnya aku tertawa sendiri melihat mukaku tampan, namun matanya berkunang-kunang


Ha...ha..hi..hi...

Puisi
Semata-mata melibatkan tuhan, tapi perantaranya hanya kelabilan
Sebab ternyata pedang fakir tiada mampu menembus langit sembilan
Duriat terpojok, membopong tugutugu prasasti yang selaksa itulah
Rentetan nisan
Sebab kematian begitu tumbuh hilang, tumbuh kembali seketika aku di hadapkan dengan persekutuan ruh
Di mana bangkai puisi ternyata busuk, tanpa kehadirat kasih menabur bunga shimfoni.

Pemalang 2062016
Abimanyu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Senandung Rindu untuk Ibu

Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...