Jumat, 24 Desember 2010

HUJAN DI KEMARAU HATI

Mengucur peluh teramat deras kala bermandi terik mentari
Menyeret kedua kaki yang melangkah gontai kian kemari
Pepohonan masih berjajar tegak, tapi kering rapuh di dalam
Tak bisa lagi membuka pori tuk meniup angin membelai alam
Begitulah selayaknya isi hati ini sedang coba aku lukiskan
Sarat akan bulir-bulir kepenatan terbungkus oleh kemarahan
Satu pun tak sudi mendekat, bila hanya akan ikut terbakar
Tersulut ranting hutan kehidupan yang saling bergesek gusar
Kecewaku menjelma dari buih di udara jadi panas pekat
Menghadirkan kemarau dalam hati dengan begitu cepat
Kemudian menjadikan uap setiap titik air sebelum menetes
Semua berawal dari tipis selaput janji, robek karna tergores
Lihatlah hati yang kini terjebak di tengah kemarau panjang
Meragu gerimis kan cukup meredakan dahaga jiwa kerontang
Benarlah terlalu tamak jika ku pinta engkau menjadi hujan
Yang merujuki puing-puing lepuh lukaku dengan kesejukan
Tak perlu kau membalutnya dengan selubung janji baru
Tak ingin ku dengar untai manis kata yang buat diri penuh haru
Tariklah awan hitam mengarah kepadaku, sungguh tak mengapa
Biar jadi hujan lebat yang apabila telah reda, pelangi kan menyapa

1 komentar:

  1. blog yang sangat bagus..
    kunjungi juga blogku..
    http://mirayukisatriawan.blogspot.com/

    BalasHapus

Senandung Rindu untuk Ibu

Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...