By: Arista Putra
Bukan tentang cinta yang hendak kusampaikan
Bukan pula dendang patah hati
Anggap saja kewajaranku terhadapmu
Tentang rayuan bserta asa di lubuk jiwa
Engkau yang terduduk diantara buritan kapal
Telah kukagumi engkau dari teluk nun jauh
Pernah terpandang wajahmu dari balik layar kapalku
Hingga mengajak ombak bergulung hendak menarikku
Aku datang bersambut awan putih
Kedatanganku dengan seutas tali tambang
Dan telah kuikatkan pada ujung buritan tempatmu berdiam
Agar kudengar hatimu dari parasmu
Pasir laut ini berbutir putih
Airnya berbuih putih pula
Tak mampu aku merubah putihnya
Seolah hatimu yang telah bersatu dengan sikapmu
Akupun terima itu dengan kewajaran
Keelokan parasmu takkan pernah kugugat
Karena lautan inipun berparas elok
Namun engkaulah yang mampu membahagiakan hati
Tak segan kupandang tanganmu
Yang terus terkepal seolah menggenggam mutiara
Hingga kusadarkan engkau pada lamunanmu
Sampai engkau tersenyum pada keindahan kapalku
Sudah lama aku arungi lautan
Sehingga akupun tahu bagaimana engkau terdiam
Akupun tahu bagaimana engkau kan tersenyum
Karena perjalananku tidaklah lancar
Terkadang dalam kisahku, ombak yang menerjang merobek layar kapalku
Dan terkadang pula sekumpulan ikan mengawalku ke seberang
Hingga kuceritakan perjalananku ke negeri duyung
Namun itu takkan pernah lengkap tanpa kisahmu
Aku tahu engkau dari suratan ombak
Seorang gadis yang juga menyukai lautan
Seorang gadis didalam pulau tak bernama dengan pepohonan yang berbuah manis
Seorang gadis yang pernah merasakan terjalnya karang di waktu surut
Namun takkan kupercaya melainkan dari ucapmu semata
Karena aku tahu kejujuran terletak di jantungmu
Dan telah kurasakan kelembutan itu sejak aku melihatmu
Aku terima apa saja luka yang telah membekas hingga kulitmu
Inilah aku dalam bayanganku dan mungkin saja hatimu
Seorang pria yang tak tahu mengapa kubentangkan sutra di singgasanamu
Hingga hanya berharap kau hamparkan katun kearahku
Hanya dengan iklas aku bersua dan hanya dengan layar aku taklukkan ombak
Entah apakah kau mau menjadikan tanahmu tempat singgah kapalku
Entah itu beberapa atau selamanya
Namun akan kutunggu sampai hatimu berkata
Walaupun bgitu, Siang malam kan kujaga persinggahanmu hingga aman bagimu
Bukan tentang cinta yang hendak kusampaikan
Bukan pula dendang patah hati
Anggap saja kewajaranku terhadapmu
Tentang rayuan bserta asa di lubuk jiwa
Engkau yang terduduk diantara buritan kapal
Telah kukagumi engkau dari teluk nun jauh
Pernah terpandang wajahmu dari balik layar kapalku
Hingga mengajak ombak bergulung hendak menarikku
Aku datang bersambut awan putih
Kedatanganku dengan seutas tali tambang
Dan telah kuikatkan pada ujung buritan tempatmu berdiam
Agar kudengar hatimu dari parasmu
Pasir laut ini berbutir putih
Airnya berbuih putih pula
Tak mampu aku merubah putihnya
Seolah hatimu yang telah bersatu dengan sikapmu
Akupun terima itu dengan kewajaran
Keelokan parasmu takkan pernah kugugat
Karena lautan inipun berparas elok
Namun engkaulah yang mampu membahagiakan hati
Tak segan kupandang tanganmu
Yang terus terkepal seolah menggenggam mutiara
Hingga kusadarkan engkau pada lamunanmu
Sampai engkau tersenyum pada keindahan kapalku
Sudah lama aku arungi lautan
Sehingga akupun tahu bagaimana engkau terdiam
Akupun tahu bagaimana engkau kan tersenyum
Karena perjalananku tidaklah lancar
Terkadang dalam kisahku, ombak yang menerjang merobek layar kapalku
Dan terkadang pula sekumpulan ikan mengawalku ke seberang
Hingga kuceritakan perjalananku ke negeri duyung
Namun itu takkan pernah lengkap tanpa kisahmu
Aku tahu engkau dari suratan ombak
Seorang gadis yang juga menyukai lautan
Seorang gadis didalam pulau tak bernama dengan pepohonan yang berbuah manis
Seorang gadis yang pernah merasakan terjalnya karang di waktu surut
Namun takkan kupercaya melainkan dari ucapmu semata
Karena aku tahu kejujuran terletak di jantungmu
Dan telah kurasakan kelembutan itu sejak aku melihatmu
Aku terima apa saja luka yang telah membekas hingga kulitmu
Inilah aku dalam bayanganku dan mungkin saja hatimu
Seorang pria yang tak tahu mengapa kubentangkan sutra di singgasanamu
Hingga hanya berharap kau hamparkan katun kearahku
Hanya dengan iklas aku bersua dan hanya dengan layar aku taklukkan ombak
Entah apakah kau mau menjadikan tanahmu tempat singgah kapalku
Entah itu beberapa atau selamanya
Namun akan kutunggu sampai hatimu berkata
Walaupun bgitu, Siang malam kan kujaga persinggahanmu hingga aman bagimu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar