Rabu, 14 Desember 2011

Terpenjara mimpi

Alangkah sesaknya udara
dalam sel mimpiku
tak bisa ku terbang
sebebas kumau
semua terasa bara
di mata penuh belenggu
kabut cinta yang tebal penuh curiga
menyandera pikiranku

aku jatuh dalam gelap maya
tak ku tahu
dimanakah selimut biru yang
kerap temani hangatku
atau buku cantik diariku
tak bisa lagi kusentuh dalam diam
dalam hujan di mataku

jangan sebut aku cengeng
karena cinta takkan mungkin lukaiku
hanya goresannya yang gelap debu
menyeretku ke titian tak tentu
kelabu di jinggaku
hitam di putik mawarku
sendu merebak persendian

ingin kutinggalkan
dan salami pagi dengan luka
namun kuikhlaskan saja
dan mencari udara nyata
yang tak pernah culas
mengurung jiwa dalam neraka
dan tak pernah dengki
membuat kolam di telaga sepi.

Semua telah kulalui
tinggal merenda asa lagi
dan bersihkan rasa hati.
Kembali merajut mimpi
lebih bernas dan berarti.

Kan kutunggu kebebasan itu nanti.
Selalu.selamanya.
Entah kapan ku tahu pasti.
Tapi ku yakin.takkan terlewati hati

Jakarta, 101211

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Senandung Rindu untuk Ibu

Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...