Sabtu, 09 Oktober 2010

TERTINGGAL BERSAMA RASA SAKIT

Tertatih sendiri mengusung raga melewati lorong sempit
Tanpa kerlip, tanpa suara mencoba sedapatnya memjerit
Begitu pengap, membuat dada ini semakin sesak terimpit
Tersengal ketika kenyataan memastikan aliran napas terbelit
Seberapa jauh lagi aku harus melangkah menuju birunya langit
Dimanakah seberkas cahaya yang lama didamba mata terbersit
Tak kan sesali andai yang kulihat hanya hitam berhias bulan sabit
Sebab aku punya banyak waktu menunggu mentari tuk berakit
Dia dulu datang seterang pelita membuka kegelapan yang melilit
Ulurkan tangan, janjikan jalan keluar dari segala pertikaian sengit
Namun, kemudian dikatakanya seribu alasan mengapa ini jadi sulit
Hingga tak sanggup lagi menemaniku dengan beban berat terkait
Memilih pergi, lalu membiarkanku sendiri terus dirajam rasa sakit
Membuatku memilah bahwa kata-katanya bukan saja untuk berkelit
Katanya, jika bersama maka teka-teki lorong ini menjadi lebih rumit
Maka aku percaya akan lebih baik saat langkah tak lagi saling mengapit
Karena itu semakin ku pacu langkahnya untuk menjauh meski berdecit
Melupakan diri yang justru tertinggal seperti tanpa daya walau sedikit
Kini mencoba mengobati rasa sakit, berusaha tak kembali terungkit
Biar tertatih, sampai nanti kutemukan lagi kekuatan untuk bangkit

1 komentar:

Senandung Rindu untuk Ibu

Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...