Ibu, betapapun seringnya aku sembunyikan wajah duka dibalik cadar
Selalu tampak mudah bagimu meraba gurat-gurat senyum yang hambar
Saat seisi dunia menepuk bahuku sembari berkata aku sangat tegar
Engkau memintaku membaringkan hati yang hampir menanggalkan sabar
Di nyaman pangkuanmu ini, sungguh kuinginkan waktu berhenti berputar
Karena telah letih aku berdiri penuh kepalsuan di atas megah mimbar
Berusaha menunjukkan keberadaanku yang terus di anggap samar
Mencoba menuliskan namaku di antara barisan orang-orang besar
Ibu, hanya demi senyummu itu ku jaga semangat ini tetap mekar
Tak kan kubiarkan layu meski segenap tubuhku mulai gemetar
Tidak, sama sekali bukan pada pandangan remeh mereka aku gentar
Hanya merisaukan air matamu yang terus mengalir jika tekad ku pudar
Maka, di nyaman pangkuanmu ini pula sebuah janji akan ku tatar
Bahwa aku tak kan pernah tumbang meski hinaan untukku terus terlontar
Sebab aku tahu pasti engkau ada saat kulemah dan ingin bersandar
Terlelap dalam belaimu sebelum memetakan lagi mimpi pada sebuah altar
Biar kubawa untai do'amu di sisi sanubari ku sebagai pengantar
Pengiring langkahku menuju bintang harapan penuh caya berpijar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar