Seperti apa wajah alam ketika melepas dan mengganti jubahnya
Tiada pernah tertangkap di pandanganku tuk dapat beri jawabnya
Benarkah terlihat indah ketika putih awan memantulkan warna fajar
Senada dengan kisah mereka yang mengerti aku asing akan sekitar
Hanya tau rasanya menyendiri, terus menutup mata juga telinga ku
Bukan segan berbaur, cuma tak mau dekat dengan yang lemahkanku
Menyandingku sekedar ingin berbisik agar aku letakkan saja mimpi
Harus menurut jika tak ingin berakhir diluas sesat samudra tanpa tepi
Bujuknya setengah memberi hina bahwa yang ku punya hanya sampan
Sekeras apapun mencoba, dayung pasti payah sebelum sampai tujuan
Karenanya, hanya ku lihat dunia ketika setiap mata justru terlelap
Dan ku dengar isyarat dari manis impian yang mereka sebut senyap
Tapi meski harus demikian adanya, yakin ku tak kan kehilangan arah
Masih bisa ku ikuti angin yang menuntun ke muara mimpiku tanpa lengah
Biar saja berteman malam semata agar leluasa mengadu dengan airmata
Mengemis belas kasihan hanya dari Sang Maha Pemberi segala pinta
Tak tergiur pada keindahan rubah warna sesaat yang mereka ceritakan
Sebagai alasan menyerahkan sketsa mimpi diatas gambaran pahit kenyataan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Senandung Rindu untuk Ibu
Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...
-
Senja yang terbakar oleh uap panas matahari mematikan daun daun mungilku burungpun enggan singgah di dahannya yang batu pucat maya bayan...
-
Oh Cinta... Aku dengar keluh kesahmu dalam wahana yang begitu sempit Duniamu tersangkut pada khayangan dilema Ingin menari, tapi kata hat...
-
Oleh Pakde Azir Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad atau cukup dengan nama pena-nya Raja Ali Haji (lahir di Selangor, 1808 — meninggal di ...
puitis banget bos ..... i like
BalasHapusmksh.. ^_^
BalasHapus