Sabtu, 05 Februari 2011

Cinta dan Setia

by:Arista Putra

Lelah aku berdiri
Menunggu datangnya mentari pagi
Tepat di ujung selatan pesisir bali
Dan yang kutahu ‘cinta’ telah mati

Sudah kusiapkan perapian
Sudah pula kubawakan kayu jantan
Hanya wujudnya yang belum terhadirkan
Aku ingat darinya sebuah pesan
Karena aku ‘cinta’ maka takkan kulempangkan kafan

Kuingat itu, rindu
Yang jalinkan kita saat puja puji Dewa Wisnu
Ku menyapa, dan kau tersipu malu
Hingga pandita-pun berujar geram padaku
Namun Dewata seolah tersenyum untukku

Setelah puja, kusapa dan kusambut dirinya
Diapun beranjak suka
Kutanya nama hatinya
Dan dia jawab ‘cinta’
Hingga kutarik kata ku ‘setia’

Itulah awal ku dan nya
Hingga akhirnya ku ditinggalnya
Sampai waktu ini masih kuingat bunga kamboja
Bunga cinta di hati kita
Tak apalah, kubakar nanti bersama dupa
Supaya hilang masa-masa kita ditelan surga dan dunia

Lihat, keretamu telah tiba
Ditarik bersama rombongan pemuda
Akupun tak sadar telah kuteteskan air mata
Tepat saat dirinya sampai di hadapan pandita

Kuangkat raganya dari kereta mati
Sampai akupun tak sengaja menyentuh jarinya yang terakhir kali
Jemarinya seolah enggan berpisah sampai lepas sejari demi sejari
Dan yang kurasakan, hangat walaupun rautnya pucat pasi
Kupandang bibirnya, tersenyum persis sewaktu kita pertama kali

Akhirnya kucoba lepas kepergiannya pada dewata
Kusisipkan api ini diantara kayu-kayu coklat tua
Walau tak ingin kulihat tubuhnya terbakar bara
Selamat tinggal ‘cinta’
‘setia’ kan menjemputmu di surga..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Senandung Rindu untuk Ibu

Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...