By: Arista Putra
Entah apa yang terjadi di depanku saat itu
Merobek sendu diantara luka-luka yang menganga
Jiwa yang riang tanpa beban seolah menari diantara jendela-jendela yang pecah
Riuhnya pun tak terasa dalam ingatanku
Aneh memang mendengar dan merasakannya
Namun kurasa ini karena satu beban yang tak bisa kuabaikan
Yah, aku patut tersenyum
Walau mungkin menyakitkan bagi yang tersadar
Mungkin juga melukai bagi yang tak siap
Aku tak menyalahkan
Bahkan pada deretan bangku kosong sekalipun
Bisa jadi ini karena Robb-Nya
Setidaknya kereta ini masih terus berjalan.
Sadarkah??
Entahlah.. setidaknya ini kurang dari ¼ perjalanan keretaku
Masih banyak stasiun yang harus kulewati
Masih banyak pula orang yang akan kutemui
Perhentianku masih jauh
Dan aku takkan kenal lelah untuk terus terjaga
Secangkir kopi ini kuyakin membuatku lebih dewasa
Dan sepotong roti ini kelak akan menjadi penolong di kala lapar
ditemani para sahabat yang terus berkelakar di sampingku.
serta quranku ini, tambatanku dikala susah senangku
Terimakasih ya Robb..
Terimakasih sahabat..
Sabtu, 05 Februari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Senandung Rindu untuk Ibu
Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...
-
Senja yang terbakar oleh uap panas matahari mematikan daun daun mungilku burungpun enggan singgah di dahannya yang batu pucat maya bayan...
-
Oh Cinta... Aku dengar keluh kesahmu dalam wahana yang begitu sempit Duniamu tersangkut pada khayangan dilema Ingin menari, tapi kata hat...
-
Oleh Pakde Azir Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad atau cukup dengan nama pena-nya Raja Ali Haji (lahir di Selangor, 1808 — meninggal di ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar