Tak berkawan menyudahi letih, dialah sang bangau
Tertinggal sendiri di bibir pantai dengan alunan sengau
Kedua sayapnya terlalu lama terbeban bongkah galau
Begitu memberat hingga pandu atas tujuan jadi kacau
Mencoba mengundang teman meski suaranya parau
Jelas tak kan terdengar hingga ke seberang pulau
Seketika terasing dalam perasaan berselimut risau
Seolah menjadi penutup sirnanya seluruh senda gurau
Begitu ingin pulang, namun letih masih tak terhalau
Nian jauh peraduan seperti terpenjara dalam rantau
Tak ubahnya menunggu mati bersama angin berdesau
Tapi maut saat ini hanyalah semu jerit hati yang mengigau
Kuasan di kanvas hidup sudah tak terlihat memukau
Bukan lagi pengarah ketakjuban dengan pendar berkilau
Kabur cahaya mata hingga anugrah pun tak tampak walau
Lembar demi lembar kasih-Nya membentang menutup silau
Pernah kudapati bayang diri di cermin sanubari sang bangau
Ketika selaksa angan tertulis tak pernah melebihi kata "jikalau"
Berkerudung keputus-asaan setelah penataan hidup kacau balau
Tapi segera bangkit sebab doa pada-Nya, tak hanya berdiam di surau
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Senandung Rindu untuk Ibu
Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...
-
Senja yang terbakar oleh uap panas matahari mematikan daun daun mungilku burungpun enggan singgah di dahannya yang batu pucat maya bayan...
-
Oh Cinta... Aku dengar keluh kesahmu dalam wahana yang begitu sempit Duniamu tersangkut pada khayangan dilema Ingin menari, tapi kata hat...
-
Oleh Pakde Azir Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad atau cukup dengan nama pena-nya Raja Ali Haji (lahir di Selangor, 1808 — meninggal di ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar