Bergulir waktu dengan penantian di tepian beranda
Terus meyakini bahagia hadir meski tanpa pertanda
Telah berulang kali hujan beriring badai melanda
Coba mengikis perlahan sandaran kekuatan di dada
Tak jarang mereka mengulur jemari memapahku masuk
Memperlihatkan arti teman saat runcing kepedihan menusuk
Dan ketika tubuh ini menggigil, ada hangat untuk kupeluk
Namun, terasa seberkas risau masih mengalir di tiap lekuk
Lebih dari sekedar cukup mengenyam ramah ketulusan
Tapi masih ada hampa yang tak terisi oleh persahabatan
Sesekali aku letih dan ingin menyerah pada kesendirian
Hampir luruh percayaku akan ada pelipur bagi kesepian
Senyap ini menjadi ruang kosong yang tak bisa terhapus
Walau berjuta tawa sahabat tiada pernah kan terputus
Terlihat seperti kristal luka menumpuk terus-menerus
Atau hanya sisa kecewa atas harap yang dulu pernah pupus
Semestinya sudah ku tutup cerita lalu tanpa celah
Sebab hilangnya cinta di masa itu kini adalah berkah
Ku syukuri, kepergiannya merubah hidupku lebih indah
Bebas dari jerat kebohongan atas hati yang mudah terbelah
Selang hari berganti, ku saksikan engkau melangkah mendekat
Menyuguhkan senyum, terbingkis ketulusan seorang sahabat
Sempat ingin menjauh agar tak salah memaknai rasa yang rekat
Namun, deru dalam jiwa terlanjur saling mengikat begitu erat
Entah bagaimana kau tuang cintamu di kerasnya kalbu ku
Mencairkan butir-butir perih yang terlalu lama membeku
Menyibak gerai hitam di hadap pandangan nan kuat terpaku
Hingga jadi indah gerak tiap detik, tak lagi terasa kaku
Jelas bukan karna luka, keresahan memenuhi relung
Bukan pula karna perih, kehampaan hati tak terbendung
Lalu, kembalilah aku di tepian beranda dan duduk termenung
Menunggu jawaban yang mampu pastikan bahagia sebagai ujung
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Senandung Rindu untuk Ibu
Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...
-
Senja yang terbakar oleh uap panas matahari mematikan daun daun mungilku burungpun enggan singgah di dahannya yang batu pucat maya bayan...
-
Oh Cinta... Aku dengar keluh kesahmu dalam wahana yang begitu sempit Duniamu tersangkut pada khayangan dilema Ingin menari, tapi kata hat...
-
Oleh Pakde Azir Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad atau cukup dengan nama pena-nya Raja Ali Haji (lahir di Selangor, 1808 — meninggal di ...
I like it.....jangan lupa kunjungi situs aku di http://renungan1jiwa.blogspot.com(kumpulan puisi dan sastra)
BalasHapus