Malam ini ingin menatap purnama
Entah harus menunggu berapa lama
Hanya menghadap kelam yang sama
Larut dalam hening tanpa satu nama
Bila sesal baru kini pelan mengerat
Katakan bahwa itu sudah terlambat
Lubang di jiwa tak bisa tersumbat
Meski laku salah tiada alpa diingat
Untuk apa terus membingkai langit
Dengan sisa cahaya mata cuma sedikit
Tak kan mudah jadi alasan tuk berkelit
Rembulan telah terbelah berbentuk sabit
Percuma berdiam menanti rotasi waktu
Tak kan mungkin mundur pada masa itu
Hari kemarin terkubur dalam batu-batu
Tersisa esok yang buka lebar tiap pintu
Menunggu selesai raut anak panah harap
Dititik buruan tertinggi kan tertancap
Hingga seluruh pencarian telah lengkap
Tak berjeda walau airmata tak terusap
Sadar benar ku keliru menapak jejak
Di tengah udara yang justru menyesak
Namun sia-sia pula menyerukan isak
Tak berubah hanya dengan nyaring teriak
Biar tuntaskan rajutan tugasku disini
Sampai usai semua perkaraku di kota ini
Meski jauh dari rona bahagia tak menemani
Sebab terlalu banyak hati memberat terbebani
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Senandung Rindu untuk Ibu
Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...
-
Senja yang terbakar oleh uap panas matahari mematikan daun daun mungilku burungpun enggan singgah di dahannya yang batu pucat maya bayan...
-
Oh Cinta... Aku dengar keluh kesahmu dalam wahana yang begitu sempit Duniamu tersangkut pada khayangan dilema Ingin menari, tapi kata hat...
-
Oleh Pakde Azir Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad atau cukup dengan nama pena-nya Raja Ali Haji (lahir di Selangor, 1808 — meninggal di ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar