Kamis, 12 Mei 2011

Selembar Daun Lepas Sebelum Layu

Mencoba resapi belai lembut sang bayu
Selembar daun menyambut bujuk rayu
Segera lepas dari dahan sebelum layu
Menari ditengah tiupannya yang mendayu

Meski mengerti mungkin akan tiada akhir
Tak kan berhenti jua sesampainya di hilir
Kemudian terbawa arus terus mengalir
Begitu ringan tak terhanyut di bawah air

Kebebasan nyata tak seindah buaian berbisik
Penyesalan telah ada melebihi pedih setitik
Namun pohon besar itu tampak bukan terbaik
Tempat menunggu kering, seperti tak menarik

Lambat laun terpisah juga tinggalkan ranting
Setidaknya bukan hanya diam hingga menguning
Tetap berayun anggun sebelum hijaunya tersuling
Melihat segala sisi, arah mentari menyingsing

Tetapi, setiap yang di cipta pasti dengan satu tujuan
Bukan kesia-siaan yang terkurung diantara alasan
Tak perlu peduli seberapa singkat peran dimainkan
Asal mengisi arti sepenuh diri pada nafas kehidupan

Selembar daun, kering menguning bagai tanpa makna
Telusurilah kembali kilas keberadaanya di atas sana
Setia melengkapi menyempurnaan udara untuk dicerna
Menutup celah dahan jadi tempat teduh nyaris sempurna

Sewajarnya bila kelak harus rela menjadi yang gugur
Kemudian terganti oleh yang baru tumbuh dengan subur
Relakan pendeknya waktu barada diatas, jatuh terkubur
Setelahnya melebur jadi penguat akar panjangkan sulur

Selembar daun, jatuh pun bersama alur kehendak-Nya
Hanya harus patuh tanpa menggenggam hak bertanya
Lalu, untuk apa mengingini kebebasan seluas-luasnya
Bila menjadi suatu yang tiada berguna di akhir kisahnya

Cukuplah mengucap syukur dan ungkap terimakasih
Sebab dijadikannya bermanfaat walau setipis repih
Lalu menghapus kufur hingga bagian terkecil serpih
Mengikuti garis-Nya, tiada henti senantiasa bertasbih 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Senandung Rindu untuk Ibu

Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...