Rabu, 11 Mei 2011

Generasi empedu

By: Ain Saga

Lihatlah ufuk yang keemasan
selalu mengundang tajam mata
buat memandang
dan semua rembulan yang
butuh sinar
berlari deras mengejar bayangnya
tak peduli mahalnya jalan
panjang lagi terjal
tak peduli angin taufan merobek
dinding nyali
semangat tetaplah memerah
seperti bara diatas tungku
kau basuh segenap tekat
hanya untuk antre dipeta lowongan
pekejaan,skill dan pengalaman
selalu saja jadi pertanyaan
dapatkah jalan panjang terlampui
sedang udara negeri ini sudah terlalu kontaminasi
pendidikan adalah emas berlian
atau umpama sehelai warisan
sedang perut kanak kanak selalu
saja berteriak..
Hai...kami malnutrisi
hai..kami busung lapar
sungguh pemandangan menakjubkan
bahkan lebih indah dari
sekedar dibayangkan
apakah bisa kuminta bertukar tempat?
Biarkan ku jadi malam dan kau siang?
Atau ku bulan dan kau mataharinya?
Tapi itu tak kan mengubah garis bencana
kecuali hati kecilmu terbuka
ulurkan setangkup asa
diairmata mungil
ketika habis rinai hujan
karena menanggung rasa kelaparan
dan kehausan
disini..

Di negeri yang konon dilahirkan serba instant ini
kutak yakin kau peduli
karna mereka bukan cinta yang teringinkan
apalagi tertunggu datang senyuman
mereka hanya setitik noda
diputihnya jalan indahmu
mencari ufuk pagi cahaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Senandung Rindu untuk Ibu

Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...