By: Ain Saga
Lihatlah ufuk yang keemasan
selalu mengundang tajam mata
buat memandang
dan semua rembulan yang
butuh sinar
berlari deras mengejar bayangnya
tak peduli mahalnya jalan
panjang lagi terjal
tak peduli angin taufan merobek
dinding nyali
semangat tetaplah memerah
seperti bara diatas tungku
kau basuh segenap tekat
hanya untuk antre dipeta lowongan
pekejaan,skill dan pengalaman
selalu saja jadi pertanyaan
dapatkah jalan panjang terlampui
sedang udara negeri ini sudah terlalu kontaminasi
pendidikan adalah emas berlian
atau umpama sehelai warisan
sedang perut kanak kanak selalu
saja berteriak..
Hai...kami malnutrisi
hai..kami busung lapar
sungguh pemandangan menakjubkan
bahkan lebih indah dari
sekedar dibayangkan
apakah bisa kuminta bertukar tempat?
Biarkan ku jadi malam dan kau siang?
Atau ku bulan dan kau mataharinya?
Tapi itu tak kan mengubah garis bencana
kecuali hati kecilmu terbuka
ulurkan setangkup asa
diairmata mungil
ketika habis rinai hujan
karena menanggung rasa kelaparan
dan kehausan
disini..
Di negeri yang konon dilahirkan serba instant ini
kutak yakin kau peduli
karna mereka bukan cinta yang teringinkan
apalagi tertunggu datang senyuman
mereka hanya setitik noda
diputihnya jalan indahmu
mencari ufuk pagi cahaya.
Rabu, 11 Mei 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Senandung Rindu untuk Ibu
Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...
-
Senja yang terbakar oleh uap panas matahari mematikan daun daun mungilku burungpun enggan singgah di dahannya yang batu pucat maya bayan...
-
Oh Cinta... Aku dengar keluh kesahmu dalam wahana yang begitu sempit Duniamu tersangkut pada khayangan dilema Ingin menari, tapi kata hat...
-
Oleh Pakde Azir Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad atau cukup dengan nama pena-nya Raja Ali Haji (lahir di Selangor, 1808 — meninggal di ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar