Sabtu, 28 Mei 2011

Taklukkan Tebing Uji Menjulang

Siapa yang masih peduli pada sisa butir kacang
Ketika penuh nan terisi perutnya telah kenyang
Tak kan berarti jika harus terabai dan terbuang
Tentu bisa dapatkan lebih dengan lembar uang

Berdiri kokoh peraduan memanggil pulang
Dalam dekap kehangatan orang-orang tersayang
Keluarga, deskripsi yang bukan hanya di awang
Utuh adanya di tiap pergantian hari menjelang


Namun, itu semua ilusi pantulan bayang
Satuan harmoni keindahan setengah hilang
Bagi mereka yang tertinggal takdir melintang
Tanpa sanak dalam kerasnya hidup menentang


Temui arti nyata dari kiasan kata tegar berjuang
Meski tanpa pengiring dengan teriakan lantang
Semangatnya sanggup merubah ranting jadi arang
Walau tak satupun mau mendengarnya mengerang


Cukup melegakan bila tersisa saudara hanya seorang
Tidak, semua telah kembali pada Sang Maha Penyayang
Sebatang kara mengikat kedekatan dengan yang baru datang
Senasib sepenanggungan jadi alasan bersama mencari ruang


Saling menepuk bahu, sesekali keringkan airmata berlinang
Beranikan diri mengucap janji untuk selalu jadi pemenang
Menyalakan pendar cahaya pada tiap jalan bersimut remang
Menaklukkan tebing uji yang dibuat begitu tinggi menjulang


Bertahan dengan kearifan ditengah himpit jaman berselang
Biar saja tiada senyum mengitari ketika ingin berdendang
Tak memelas di depan wajah yang punya harta bergelimang
Hanya memeras keringatnya sendiri sebagai sejatinya pejuang


Memangkas habis keputusasaan dengan tekat kian berdendang
Memuntahkan segala suapan belas kasihan yang bertandang
Demi sebuah nilai sempurna harga diri kan teguh di pegang
Hanya tunduk kepada-Nya, Pemberi tunggal esok yang benderang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Senandung Rindu untuk Ibu

Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...