Minggu, 19 Juni 2011

Dibalik Ruas Kehampaan

Di dimensi mana jiwa sekarang
Tak kenali tempatku melayang
Terbang sebebas kunang-kunang
Atau justru ditelan gelombang


Namun tak kurasa percikan air
Tidak pula sentuhan angin semilir
Hampa tanpa ada nuansa terukir
Asing terhadap waktu yang bergulir


Begitu jauh seringai senyum dikejar
Tetapi berujung sepi luas menjalar
Kosong, terkuras habis hingar bingar
Menyisakan kesendirian sebagai pilar


Bagaimana mulanya memetakan arah
Sebelum diputuskan tuk melangkah
Tak ada jawaban yang dapat di jamah
Meski semua tanya bergantian singgah


Tak ubahnya tenggelam di lain dimensi
Terjebak dalam ruang tanpa gravitasi
Tiada mampu menjejak kaki pada sisi
Seperti telah usai hela nafas intuisi


Kini, coba temukan jalan tuk kembali
Ke tengah hidup yang pernah kusesali
Melempar harap berbentuk tali-temali
Terangkai dengan teguh hati membekali


Saat ini sungguh aku begitu ingin pulang
Ke satu tempat dimana mestinya berjuang
Walau disana seribu rintang menghadang
Dan rajam penuh rasa sakit jelas terulang


Tak kan lagi lari dari segala kepedihan
Atau sembunyi dibalik ruas kehampaan
Runtuhkan kokohnya bilik-bilik pelarian
Yang kubangun dengan semunya hiasan


Cukup sudah kebodohan untuk merajuk
Tak berubah takdir bila hanya diam tertunduk
Tak pula bermakna cerita yang hanya tajuk
Tanpa alur kisah yang dibuat saling merujuk


Perbaiki hari dengan syukur kian menderas
Agar hujan kasih-Nya pun turun tanpa batas
Yakini akhirnya rinai senyum yang jadi balas
Untuk terselesaikannya pahatan kerja keras

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Senandung Rindu untuk Ibu

Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...