Memang tak pernah berlomba sang mentari
Tapi perlahan kan tiba pula saatnya ganti hari
Dan sudah terlambat meski datang dengan berlari
Karna aku mulai letih menadah airmata sendiri
Tak dapat letakkan kepalaku diatas bahu kiri
Yang ingin kau pinjamkan sebagai pelipur diri
Bukan lagi dapati waktu hanya untuk berdiri
Apalagi hanya diam menanti keheningan diakhiri
Rasa takut pada kelam itu tak kuasa dipungkiri
Maka jika malam bertandang gelisah melumuri
Hati berselubung bayang maya hitam menaburi
Genggammu tak lebih baik dari selaput berduri
Wajar bila menepis harapan kosong menghampiri
Bertahta ukiran luka yang semestinya dihindari
Walau dimata itu terlihat gemerlap dunia mengitari
Tampak seperti pemakaman yang ramai dihadiri
Langkah melaju meski di rasa telapak sangat nyeri
Adanya jeda tak kan kurangi pedih perih tak terperi
Jangan coba hentikan petikan dawai dari jemari
Yang temani wujud kesepian terus gemulai menari
Senyumku telah mati dipangkuan beku sanubari
Tiada yang sanggup membawanya kembali kemari
Biar ia tenang di dalam hangat samar melingkari
Jangan diusik dengan rayu manis asa semu kau beri
Katakan bila benar kau miliki cahya yang kucari
Yakin ku tak mudah dibuka layaknya biji kenari
Bebas atas gelap ku ingini saat terima janji berseri
Bukan sekali lagi menetes titik tangis membanjiri
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Senandung Rindu untuk Ibu
Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...
-
Senja yang terbakar oleh uap panas matahari mematikan daun daun mungilku burungpun enggan singgah di dahannya yang batu pucat maya bayan...
-
Oh Cinta... Aku dengar keluh kesahmu dalam wahana yang begitu sempit Duniamu tersangkut pada khayangan dilema Ingin menari, tapi kata hat...
-
Oleh Pakde Azir Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad atau cukup dengan nama pena-nya Raja Ali Haji (lahir di Selangor, 1808 — meninggal di ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar