Sabtu, 11 Juni 2011

Nyatanya Dalam Kekaburan

by Muhammad Shahid Boy Ahmad

Biar Mengalir Tetes Air Mata Ini,
Tak Calar Maruah Pria Jauhari,
Pilu Terhunjam Tubirnya Hati,
Nyata Tak Terbendung Lagi.

Derap Longlai Langkah Tertuju,
Sebalik Kelam Nestapa Tersipu ,
Sedar Tertampuk Zalim Berbuku,
Mengirai Sendu Gurindam Rindu.

Galau Benak Soal Bertubi Mati,
Terasuk Rusuh Dasar Materi,
Dijulang Baiduri Terhakis Suci,
Sorak Penentu Maruah Kendiri.

Pudar Ingat Digiring Detik Berlalu,
Desak Ratap Menghadir Sembilu,
Coret Terukir Buat Tamu Berjamu,
Sedang Silau Mengaburi Pandu.

Mendampar Hanyut Tiang Seri,
Tewas Bahtera Buat Julung Kali,
Korbanlah Jiwa Hapuslah Impi,
Jikalau Suratan Kehendak Ilahi.

Sememang Pelangi Bukan Kelabu,
Ilusi Warna Sememangnya Begitu,
Embun Kabus Kadangnya Bersatu,
Akhirnya Relai Bila Terik Tertandu.

Namun Kan Suria Bersinar Lagi,
Kerna Jiwa Ini Telah Bersaksi,
Kembali Melaung Asma' Ilahi,
Meski Sendiri Menghitung Hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Senandung Rindu untuk Ibu

Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...