By: Ain Saga
Meski bait syair kehidupan
telah lunas tertulis zaman
alam fikiranku tetap saja masih
lekat terbayang
suara suara semesta kehidupan
alunan deburan ombak yang
jatuh disisi karang terjal
atau gemericik air di curug seribu
tanah basah seperti berkilat
diterpa cahaya matari
udara bersemai sinar elok keemasan
menggugah setiap musim
yang mengalir dalam darah mimpiku
mimpi bersahaja
mimpi sederhana
tentang pepohonan hijau di desa
tanah tumpah darahku
bagaimana nasib mereka?
Pernahkan kau merasakan sentuhannya
pernahkah daun daunnya kau kagumi corak warna maupun
motifnya..
Kuasa illahi..
Selalu beserta jasad raganya
akarnya yang kokoh menghujam bumi
sulur sulurnya yang misteri
seakan berbisik selamat pagi kawan
bersyukur dapat bertemu kami
karena jauh dari peradaban
nama kami hanya tinggal serpih
kenangan
semua menjelma jadi beton dan cadas industri
perih..
Hatiku tersayat luka
sedih..
Jiwaku nelangsa
maka bila kau bersama pepohonan disepanjang jalanmu
rasakanlah sentuhannya..
Nikmati uap teduhnya
embun bernasnya
iringi lambaian jemari daunnya
semuanya bernafas cinta
meski manusia membalasnya
dengan penebangan illegal
liar..
Tak berperikehidupan
Sakit..
Itu pasti ungkapannya..
Kita mungkin akan tertawa
ini hal biasa
tapi tidak bagi hati
yang mencintai generasi sesudah kita.
Tanyalah saja kebenarannya
pada hati beningmu.
Itu cukup menghibur luka.
Luka yang tercabik karena kita.
Membunuh cikal bakal kehidupan semesta...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Senandung Rindu untuk Ibu
Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...
-
Senja yang terbakar oleh uap panas matahari mematikan daun daun mungilku burungpun enggan singgah di dahannya yang batu pucat maya bayan...
-
Oh Cinta... Aku dengar keluh kesahmu dalam wahana yang begitu sempit Duniamu tersangkut pada khayangan dilema Ingin menari, tapi kata hat...
-
Oleh Pakde Azir Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad atau cukup dengan nama pena-nya Raja Ali Haji (lahir di Selangor, 1808 — meninggal di ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar