Senin, 19 September 2011

Redup Layu

Pias raut wajahku
terbakar musim kering tanpa awalan
tergerogoti kemarau hati
yang layu nan lesu

petir menyambar jendela kaca
hidupku hampa di kejar Langit
yang menitis dalam darah peri hujan
berdiam dalam senyuman
mengeja wangi mawar
di mangkuk kehidupan
menggelepar dalam aral.

Kusibuk melempar takdir
diantara semak asaku berlendir
dingin beku seolah salju
putih pudar seketika.

Jakarta, 170911
Ain Saga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Senandung Rindu untuk Ibu

Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...