Selasa, 13 September 2011

SEKEPAL NASI

Malam semakin renta
sepi menjajah waktu
jadi bingkai sembilu
di tepi trotoar jalan
yang kumuh berdebu

sebutir keringat jagung menetes diam
dari pipi tirus laki laki bertubuh
kecil bagai sebatang lidi
dingin menjadi pakaian malamnya

Asap knalpot jalan
seakan musik untuk hidupnya
yang kelam
tergilas keterbatasan
kenyamanan seakan hanya surga
yang hilang
perut melilit serasa terpilin udara
kelaparan

Dimana sekepal nasi
sembunyi?
Bahkan secangkir kopi pahit pun
hanya jadi impian melantur

Kau gila kata orang yang lalu lalang

siapa mau peduli?
Jelaga hidup yang tak ampun menemani
sementara malam terus merangkak menjemput pagi
tak hirau lapar bernyanyi
ia berjalan gontai
menghitung mimpinya
merapalkan caci maki
kepada alam yang serasa benci
kehadirannya

aduhai ayah
ibu..mengapa cepat engkau kembali ke syurga

Sementara aku di sini hanya terlunta
di belantara nasib yang menggiring
lekatnya luka.

Sebutir keringat jagung
kembali menetes dari tirus pipinya.
Sempurnakan derita jiwa.

Jakarta, 110911
Ain Saga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Senandung Rindu untuk Ibu

Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...