Dalam Lirikan Jingga Sang Mentari Membahang,
Kadang Mendung Mencelah Jua,
Bilamana Kepul Tanah Berderai Kontang,
Kan Rintik Hujan Muncul Akhirnya.
Dimana Letak Sabarmu,
Disitu Jua Mukimnya Rezeki Bertamu,
Bukankah Telah Termaktub Janji,
Antara Titik Lahir Dan Mati.
Insan Tetap Insan,
Kan Merasa Maung Ludahnya Dunia,
Insan Tetap Insan,
Hanya Makamnya Yang Berbeda.
Guris Calar Hanya Pada Lahirnya,
Meski Balar Berbekas Parutnya,
Tidak Mengapa,
Teruslah Menjalar Segenap Semesta.
Kerna Yang Berbuku Di Segenap Pawana,
Tidakkan Luluh Kata Di Jiwa,
Walau Hanya Sebatang Kara,
Juga Adalah Teriak Bermakna.
Apa Yang Terkesal Hanya Kisah Yang Lama,
Hayunlah Dengan Langkah Pertama,
Kerana Tanpa Titipan Usaha,
Hanya Keringat Yang Bakal Mendera.
Sesudah Kemarau,
Bukan Tempatnya Rebah Tergalau...
Kamis, 15 September 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Senandung Rindu untuk Ibu
Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...
-
Senja yang terbakar oleh uap panas matahari mematikan daun daun mungilku burungpun enggan singgah di dahannya yang batu pucat maya bayan...
-
Oh Cinta... Aku dengar keluh kesahmu dalam wahana yang begitu sempit Duniamu tersangkut pada khayangan dilema Ingin menari, tapi kata hat...
-
Oleh Pakde Azir Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad atau cukup dengan nama pena-nya Raja Ali Haji (lahir di Selangor, 1808 — meninggal di ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar