Sabtu, 22 Oktober 2011

Bayang dalam rinai hujan

Tak seperti perkiraanku
langit mendung bergulung pekat
menumpahkan airmatanya ke bumi yang gersang

hanya dengan begitu
alam akan ceria
hijau merona mayapada
serta sungai sungai tersenyum dalam dingin air yang mengaliri bebatuan
tanah tanah meranggas
pepohonan kerontang
seperti muka pesakitan
yang nyaris temui ajal.

Hujan yang tiba tiba datang
merinaikan juga bayangan kepedihan
larutan airmataku yang lama pergi
menyemai kemarau
kini kembali menderas
membedah luka lama
melagukan kidung getir nan dalam.

ataukah hanya hatiku yang teramat rapuh dan perasa
hingga senyum penolakanmu kuartikan kejahatan dalam cinta

Ah..aku buta menafsirkan katamu
buta disudut rindumu
aku buta di setiap gejolak rasamu
yang terlalu paradok dan pahit
tak seperti karedok.

Aku menghela sejenak
dari permainanmu.menepi dan sendiri.

Jakarta, 211011
Ain Saga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Senandung Rindu untuk Ibu

Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...