Adakah alam menitikkan berkas-berkas sinar
Pada puluhan ribu mata yang mestinya berbinar
Atau sang pemilik hanya bisa melihat kepak camar
Lalu terbersit, tak mungkin meletakkan bersandar
Keindahan sayap-sayap itu dalam sebuah sangkar
Bahkan sehelai dari bulu lepasnya tak terjamah
Meyakini bentangan terlalu tinggi tuk terambah
Mungkin juga percaya langit tidaklah ramah
Terkadang begitu penuh dengan gelegar amarah
Selalu terjatuh lagi menyentuh dinginnya tanah
Lalu tanyakan apa gunanya setengah dari sisa usia
Tiada arti meski menyandang gelar seraya belia
Bagai benang layang-layang ditengah roda dunia
Terhimpit begitu rupa hingga putusnya pun sia-sia
Menjadi serpih kertas kecil diantara layu akasia
Tak terdengar lagi deru gelora jiwa para pemuda
Segilintir yang membakar semangat dalam dada
Pergi, denyut kecintaan pada negeri direlakan tiada
Suara ibu pertiwi pun bukan merupakan sabda
Katanya, kini bumi berputar dengan cara berbeda
Siapa ambil peduli akan penulisan nasib bangsa
Sedang pada generasi ini tak ada satupun tersisa
Sanggahnya, percuma meraut mimpi tanpa kuasa
Tak kan runcing, bahkan segera patah seperti biasa
Sampai langit berubah hijaupun tak pernah bisa
Hari esok, tak sudi menjemput generasi tanpa impian
Yang merasa nyaman berselimut bayang kegagalan
Menjadi terbiasa dengan lirih senandung ketakutan
Terpaku ditepi samudra memandang nanar ketinggian
Dalihnya, wajar, mereka bukan camar dengan kebebasan
Masa depan, tak tau kemana arah tangan menuju kelak
Tak pasti yang digenggam bila tetap enggan bergerak
Ketidakmampuan jangan jadi alasan mutlak tanpa bertindak
Impian tak pernah serupa kembang kaca begitu mudah retak
Setelah susah diukir tak kan begitu saja hancur berserak
"Pilihan ada ditangan kita sendiri, ingin menjadi GENERASI IMPIAN atau GENERASI TANPA IMPIAN yang tak punya keberanian bermimpi setinggi-tingginya karena takut gagal, mau menjadi optimis dan penuh semangat atau justru pesimis dan mudah menyerah seperti pemuda kebanyakan saat ini?"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Senandung Rindu untuk Ibu
Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...
-
Senja yang terbakar oleh uap panas matahari mematikan daun daun mungilku burungpun enggan singgah di dahannya yang batu pucat maya bayan...
-
Oh Cinta... Aku dengar keluh kesahmu dalam wahana yang begitu sempit Duniamu tersangkut pada khayangan dilema Ingin menari, tapi kata hat...
-
Oleh Pakde Azir Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad atau cukup dengan nama pena-nya Raja Ali Haji (lahir di Selangor, 1808 — meninggal di ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar