Ketika hamparan langit ungu bersemburat
Antara mendung atau malam yang terlihat
Sesungguhnya waktu berjalan bukan kelebat
Meski sering dianggap berlalu terlalu cepat
Telah kudengar rintih dari hati yang terluka
Tersakiti teramat dalam hingga luruh terleka
Ditengah derai airmata tiada kunjung terseka
Akhirnya pada mentaripun mata tak memeka
Langit bukanlah berwarna ungu tetapi biru
Hanya penuh tertutup gumpal duka menderu
Mendungpun benar sedang enggan berseru
Namun cerahnya tergulung resah berseteru
Aku tak pernah punya kuasa menafikkan lara
Bukan pula coba menyangkal pedihmu membara
Tapi tiap jiwa selalu punya tempat tuk bermuara
Walau acap kali tersesat saat harus padam lentera
Cinta, memang lebih dari rasa yang penuhi palung kalbu
Namun hanya mengalir, pada ketetapan-Nya bersumbu
Seperti manis yang ditinggalkan pada batang-batang tebu
Kan dikecap setelah coba disuling airnya disebuah bambu
Menderanya sapa perih kala hilang belahan terkasih
Bukan lagi alasan bagi untaian butir asa tuk merepih
Segala yang tertulis tak mesti sekehendak diri dipilih
Harusnya rela biarkan keputusan-Nya mengambil alih
Akan tersambung kembali tiap keping hati yang patah
Bila meletakkannya ditangan Tuhan dengan penuh pasrah
Karna duka diukir dalam diri agar mampu lebih berserah
Menjejaki hidup dengan keyakinan jalan-Nya pasti indah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Senandung Rindu untuk Ibu
Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...
-
Senja yang terbakar oleh uap panas matahari mematikan daun daun mungilku burungpun enggan singgah di dahannya yang batu pucat maya bayan...
-
Oh Cinta... Aku dengar keluh kesahmu dalam wahana yang begitu sempit Duniamu tersangkut pada khayangan dilema Ingin menari, tapi kata hat...
-
Oleh Pakde Azir Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad atau cukup dengan nama pena-nya Raja Ali Haji (lahir di Selangor, 1808 — meninggal di ...
thnks
BalasHapus