Selasa, 15 November 2011

Antara dinding masa

Aku berjalan dalam gelombang
pedih perih tak lagi kurasakan
hanya serenade hatiku
penuh menyimpan harapan
menghiba hanya di mimbar doa
penuh kearifan

aku melangkah tersentuh kenangan
merah biru cinta
selalu melenakan
membuahkan ribuan teka teki hidup
saling bersahutan
seolah jiwa hanya untuk kasih sayang

kini senja pun pudar
merambah malam kian kelam
kususuri jalan berbatu
dalam tangga keemasan
tak ingin kulupakan
cukup terkenang
namun terus kumunajahkan
sebab hanya ditanganNya
kumerasa sempurna merayakan
getaran rasa yang tak bisa kuelakkan
juga tak mampu kuhanyutkan
hanya dengan linangan airmata
dan detak kelemahan
sebagai pemilik seribu senyuman
aku terkapar di rona yang tak berkesudahan
menyanjungi pikiran
hati dan alam kedewasaan.

Aku ingin selaras dalam nyaman.
Bukan berakhir dengan gamang
dan kepayahan.
Keinsyafan yang lahir
dari dua telapak tangan
isyaratkan ketabahan
kesabaran
jalan panjang penantian
yang harus kusemaikan.
Selamanya dalam ridhoNya.

Aku pun kini merasa tenang
merajut impian dan sungai sungai
penghayatan.
Meski kadang diamuk sepi dan gelap melaburi keikhlasan.
Aku tak ingin menoleh jalan kebelakang.

Jakarta, 121111

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Senandung Rindu untuk Ibu

Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...