Temaram rembulan tertutup selendang mendung
Agaknya mengerti benar saat semesta mesti merenung
Ke sisi yang lebih tinggi hati akan diusung
Melebur kawanan awan dari sekecil butir
Elok menggemakan melodi tetesan air
Mengiring syahdu lantunan kebesaran-Nya dibibir
Bawa kesejukan merasuk hingga ketitik nadir
Enggan relakan keindahan sebuah nuansa berakhir
Rinai damai belum menyapa bumi yang fakir
Adakah telah berkelana jauh pemilik pikir
Tiadalah sempurna sujud, ucap doa, serta dzikir
Hujan ini penanda terbukanya pintu langit
Agar sebentuk gurat syukur dihati terbersit
Rasa antara nikmat dan sadar mesti terkait
Tempatkan kemurahan sebagai pelapang sempit
Aliri kembali pundi harta dengan membuka sedikit
Dibagi, sesungguhnya begitu jauh dari arti dikurangi
Ikhlas memberi, dengan kelembutan kalbu menggenangi
Luaskan rizqi seraya biarkan kikir terus disiangi
Entah, tak ingin mendekap satu dunia tuk disenangi
Perlahan menepis nafsu, tak henti diperangi
Antarkan bias keridhoan-Nya esok melebihi pelangi
Sebab tak memberat harta dilepas setelah lama mendatangi
"Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan ia akan memperoleh pahala yang banyak (Al-Hadid: 11)."
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Senandung Rindu untuk Ibu
Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...
-
Senja yang terbakar oleh uap panas matahari mematikan daun daun mungilku burungpun enggan singgah di dahannya yang batu pucat maya bayan...
-
Oh Cinta... Aku dengar keluh kesahmu dalam wahana yang begitu sempit Duniamu tersangkut pada khayangan dilema Ingin menari, tapi kata hat...
-
Oleh Pakde Azir Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad atau cukup dengan nama pena-nya Raja Ali Haji (lahir di Selangor, 1808 — meninggal di ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar