Rabu, 14 Desember 2011

Tangisan Alam

Rinai hujan
dingin dan mencekam
seakan bahasakan tangisan
di batas cakrawala menyimpan cerita
tentang ulah anak bangsa
yang bercengkErama di alam digjaya
menuhankan jiwa dalam nyanyian dunia

alam pun menangisi rimba
yang hilang disaput banjir
alam pun merintihi gersang
yang berbelukar ditengah kemunafikan

dimanakah bahagia itu
bagi bunga suci di atas trotoar?
Atau hanya sekedar pembawa jawaban
bila hidup hanya jadi mesin cacian

alangkah indah senja yang tertuang
di kaki langit cahaya menebar
diiring kepak sayap burung beterbangan
bernyanyi dalam nuansa keindahan

tapi kini semua tampak muram
unggas kecil di dahan terisak gamang
kehilangan induk kekasih tersayang
terbidik pemburu tak kenal belas kasihan

wahai wahai suara alam
wahai wahai generasi yang hilang
adakah suara kecewa hujan
bisa kau dengar dari lubuk yang
kau sandang

bila kehidupan adalah kebahagiaan
mengapa tak jua kau berulur tangan
mendekap sedikit saja kepedulian
untuk sesuatu yang kau lihat
sedih tergenang

aku menyentuhmu dengan bait kekanakkan
namun memanggilmu dengan ratapan

adakah hati yang akan datang
sekedar menghibur tangisan alam
saat hujan dan angin datang
memberi setitis pelajaran.

Ditulis dengan cinta
Jakarta, 121211

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Senandung Rindu untuk Ibu

Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...