Terpikir tuk sembunyi dibalik kematian
Seperti kan terhapus rona kepadihan
Namun benak melukis gurat ketakutan
Saat bayang dosa begitu riang berlarian
Entah kemarin, hari ini, atau pun esok
Nyatanya khilaf lebih dari seonggok
Sengaja, pun kepura-puraan terpojok
Memutar langkah dan seolah terseok
Beginilah dulu cara menyebar dalih
Selimuti hati agar terlihat ringkih
Membuat mata terpejam seperti letih
Biar yakin dunia akan pekik rintih
Tangan Tuhan sedang mengulur cinta
Lewat lentik jari-jemari derita
Namun betapa kerasnya aku meronta
Menghambur keluh kesah semata
Mudahnya berdamai dengan dosa
Rasa bersalah dibiarkan pula binasa
Sepertinya diri sendiri punyai kuasa
Merasa penuh dekap ini pada karsa
Mulanya riuh badai terdengar bising
Hingga kian jauh memilih berpaling
Kepatuhan tak lebih kukuh dari ranting
Maka habis pula iman makin mengering
Hanya sekejap saja diambil-Nya mutiara
Tetapi kecewa telah begitu membara
Andai tangan yang menggenggam bicara
Bahwa sungguh hidup dan mati itu setara
Kesementaraan dunia yang kini menua
Hari akhir tengah tenang menunggu bersua
Tak perlu dijemput maut akan datang jua
Mengapa tak mencoba lalui saja semua
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Senandung Rindu untuk Ibu
Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...
-
Senja yang terbakar oleh uap panas matahari mematikan daun daun mungilku burungpun enggan singgah di dahannya yang batu pucat maya bayan...
-
Oh Cinta... Aku dengar keluh kesahmu dalam wahana yang begitu sempit Duniamu tersangkut pada khayangan dilema Ingin menari, tapi kata hat...
-
Oleh Pakde Azir Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad atau cukup dengan nama pena-nya Raja Ali Haji (lahir di Selangor, 1808 — meninggal di ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar