Selasa, 06 Maret 2012

TEORI SASTRA : I R A M A

Ditulis oleh Pakde Azir

     BUMIKU MENANGIS
     Karya : Setangkai Mawar Hitam

     Rakyat makin terlihat miris..
     Tapi pemimpin masih bisa tersenyum manis..

     Aduan rakyat sudah tak digubris..
     Para pemimpin terlalu sibuk mengatur bisnis..

     Yang kaya makin kaya belanja dan shoping pun pergi ke paris..
     Yg miskin makin miskin mengais rejeki pun jadi pengemis..

     Bumiku telah menangis..
     Semua'a makin tragis..

     Bumiku telah menangis diatas orang-orang yg antagonis..
     Bumiku terus menangis..
     Diatas orang-orang yg egois..

     Bumiku berhentilah kau menangis..
     Layak'a sang gerimis..
     Yg menjadi embun dan menipis..

     Bumiku tumbuhkanlah generasi baru..
     Hentikanlah tangisan duniamu..
     Dunia yg telah penuh dengan keserakahan dan permainan pejabt yg tida malu..
     Pada seorang anak kecil sepertiku..

Pertanyaan Mawar : Apakah tulisan di atas termasuk puisi atau sajak?

Secara singkat Pakde jawab :
Puisi : bentuk umum untuk karya tulis yang berirama.
Sajak : puisi atau prosa yang mementingkan persamaan bunyi.
Kesimpulan : Tulisan Mawar memenuhi kriteria kedua-duanya, ya puisi, ya sajak.

Jawaban itu ditimpali oleh Susi Susilawati : Selamat pagi, Pakde tadi mengupas sedikit tentang arti puisi; Puisi : bentuk umum untuk karya tulis yang berirama. Boleh lebih dalam mengetahui yang dimaksud dengan "irama" itu?


I R A M A

Irama (rythme) adalah faktor utama yang mencirikan sebuah karya untuk masuk ke dalam kategori puisi. Jadi bukan pada kalimat-kalimat pendek atau pun rangkaian kalimat-kalimat yang disusun vertikal.
Perhatikan tulisan berikut :

S A H A B A T
Karya : Yana Rezt
Di kala ku bersedih. Kau yang slalu menghiburku. Di kala ku sedang sendirian. Kau yang slalu menemani ku. Di kala ku sedang keterpurukan. Kau lah yang slalu membangkit kan semangat ku. Kau rengkuh aku dalam pelukan mu. Kau genggam erat tangan ku. Di kala keraguan telah menyapa ku. Kau tegur aku di kala suatu kesalahan telah ku laku kan. Bahkan tak segan" kau pun telah memarahi ku. Namun ku bangga dengan pengorbanan mu. Ku bahagia dengan kesetiaan mu. Ku merasa senang dengan sikapmu. Senyum ku adalah bahagiamu. Sedih ku adalah duka mu. Keterpuru kan ku adalah kebelengguan mu. Engkau adalah sahabat yang sangat mulia. Bahkan kau tak kan pernah melupakan semua tentng kita. Sahabat engkau sangat berati dalam hidup ku. Walau pun jarak dan waktu yang telah memisah kan kita. Namun kau slalu setia menemani ku. Walau pun di dumay dan di nyata.

Walaupun ditulis dalam bentuk kalimat panjang-panjang dan tidak disusun vertikal, tetapi karena di dalamnya terkandung faktor irama yang sangat dominan, maka karya Yana Rezt ini sudah tergolong puisi.

Timbulnya irama dalam puisi disebabkan oleh:
1. Perulangan bunyi berturut-turut dan bervariasi, misalnya sajak akhir, asonansi, dan aliterasi.
2. Adanya paralelisme-paralelisme, ulangan-ulangan kata dan ulangan-ulangan bait.
3. Adanya tekanan kata yang bergantian keras-lemah, yang disebabkan oleh sifat-sifat konsonan dan vokalnya atau panjang pendek kata juga disebabkan oleh kelompok-kelompok sintaksis, gatra atau kelompok kata.

Fungsi irama dalam puisi ialah agar :
1. Puisi terdengar merdu
2. Mudah dibaca
3. Menyebabkan aliran perasaan atau pikiran tak terputus dan terkonsentrasi sehingga menimbulkan bayangan angan (imaji) yang jelas dan hidup.
4. Menimbulkan pesona atau daya magis.

Dalam praktek, kadang terjadi kerancuan pemahaman antara Irama, Melodi,  dan Tekanan,  yang semuanya berangkat dari satu pengertian yaitu rythme dan metrum yang terjemahan harfiahnya ialah “irama”.

A.  I R A M A
Irama merupakan bagian dari struktur fisik dalam kajian puisi. Dimaksud dengan “irama” dalam pengertian bahasa adalah pergantian turun-naik, panjang-pendek, keras-lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Lebih ringkas lagi : “irama” ialah pergantian frasa berturut-turut secara teratur.
Irama ini akan lebih jelas terasa pada pembacaan puisi (dahulu disebut deklamasi).

B.  M E L O D I
Melodi adalah susunan deret suara yang teratur dan berirama. Melodi timbul karena pergantian nada kata-katanya, tinggi-rendah bunyi yang berturut-turut. Pada umumnya “melodi” dinisbahkan pada nyanyian (lagu).
Bedanya melodi pada nyayian dan melodi pada puisi terletak pada frekuensinya. Macam bunyi (nada) yang terdapat pada puisi tak seberapa banyaknya dan interval (jarak nada)-nya juga terbatas.
Irama dan melodi bekerjasama dalam penyusunan sebuah puisi hingga menghasilkan (merupakan) kesatuan yang indah dan padu.

C.  T E K A N A N
Ada tiga jenis tekanan :
1. Dinamika :  tekanan pada kata yag terpenting, menjadi sari kalimat dan bait sajak.
2. Nada :  tekanan tinggi-rendah. Perasaan marah, gembira, dan heran sering menaikan suara, sedang perasaan sedih menurunkan suara.
3. Tempo :  cepat-lambatnya pengucapan suku kata, kata, atau kalimat.

Pola irama memang bukan sekadar perkara suku kata bertekanan dan tidak, yang menciptakan sepasang ”kaki” (atau lebih) yang ”berjalan” atau ”menari” sepanjang larik dan akhirnya sepanjang puisi. Pola vokal dan konsonan maupun panjang-pendek kata dan larik dalam sebuah puisi tentulah juga memegang peran membentuk irama. Namun, tak adanya unsur ”kaki yang berjalan naik-turun” secara teratur dalam sebuah puisi tetaplah sebuah cerita ketidak-hadiran. Paling tidak, absennya ”kaki” yang melangkah berirama itu kerap membuat ihwal ritme/irama dalam puisi Indonesia menjadi agak misterius: kehadirannya bisa dirasakan, tapi tak mudah diuraikan

Dengan demikian, pertanyaan Mawar sebagian yaitu apakah tulisannya termasuk puisi,  telah terjawab dan konklusi kita yang pertama adalah definisi tentang puisi yaitu : bentuk umum untuk karya tulis yang berirama.

Bagaimana dengan sajak?
Ini konklusi yang kedua. Sajak adalah  puisi atau prosa yang mementingkan persamaan bunyi.  Persamaan bunyi ini disebut RIMA yang telah pernah Pakde publish di Note ini — http://www.facebook.com/note.php?note_id=140398852735320.

Dalam puisi berjudul Bumiku Menangis  karya Mawar (Setangkai Mawar Hitam) di awal artikel ini, dapat dilihat adanya persamaan atau pengulangan bunyi vokal (u) seperti tampak pada larik "Bumiku tumbuhkanlah generasi baru".  Perulangan bunyi demikian disebut asonansi.
Selain itu, juga dapat diamati adanya perulangan bunyi konsonan (s) seperti nampak pada "Bumiku terus menangis".  Perulangan bunyi konsonan itu disebut aliterasi. Perulangan bunyi seperti contoh tersebut berlaku di antara kata-kata dalam satu larik. Rima demikian itu disebut rima dalam.

Lebih lanjut, jika kita mengamati bait pertama puisi tersebut, tampak juga adanya paduan bunyi antara setiap akhir larik sehingga menimbulkan pola persajakan a-a-a-a :
     Rakyat makin terlihat miris..
     Tapi pemimpin masih bisa tersenyum manis..
     Aduan rakyat sudah tak digubris..
     Para pemimpin terlalu sibuk mengatur bisnis..
Rima demikian itu, yakni rima yang terdapat pada akhir larik puisi, disebut rima akhir.
Pada contoh puisi tersebut juga dapat kita jumpai adanya pengulangan kata "Bumiku"  pada setiap awal bait. Ulangan kata demikian disebut rima identik. Rima identik bisa di awal, di tengah atau di akhir setiap larik. Penempatan ini tergantung pada pilihan gaya bahasa (majas)  setiap penulis.
Pengulangan bunyi disebut rima sempurna jika meliputi baik pengulangan konsonan maupun vokal, seperti tampak pada bait :
     Yang kaya makin kaya belanja dan shoping pun pergi ke paris..
     Yg miskin makin miskin mengais rejeki pun jadi pengemis..

Pada awalnya (dalam era Puisi Lama) puisi dan sajak adalah satu. Bentuk-bentuk sajak semakin tak mudah “dikenali” ketika puisi telah melepaskan diri dari bentuk-bentuk baku — pantun, talibun, soneta, dan seterusnya — menuju puisi bebas. Puisi bebas adalah puisi yang menghendaki penciptaan irama tersendiri yang khas bagi setiap karya. Dalam khazanah sastra yang memiliki puisi berirama di latar belakang, puisi bebas melepaskan diri dari kerangkeng formula penulisan puisi, tetapi sekaligus telah dirasuki oleh ”hantu-hantu” metrum yang bergentayangan memainkan irama-irama tersembunyi. Dalam khazanah sastra yang tak dikuasai tradisi puisi terikat, irama puisi bebas barangkali datang sepenuhnya dari diri si penyair. Dan akhirnya, pencapaian khazanah itu pun bergantung pada kehadiran sejumlah jenius dari waktu ke waktu, yang memetik sejumlah bahan dari khazanah lain dan mengolahnya hingga menjadi milik sendiri.

Dalam karya Mawar ini : puisi masih “bersahabat” dengan sajak. Tapi kelak akan tiba masanya di mana puisi akan “berpisah” dan membangkang terhadap sahabatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Senandung Rindu untuk Ibu

Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...