Semusim sudah enaknya menjamah dunia,
Dilambung samudera gelora simfoni maya,
Merenggut ilham terus sasau mengangan cita.
Kini ku kembali mengungkap secarik kata,
Moga nada kembali di tapaknya nusantara,
Meraut pena usang agar tertitip tinta,
Untuk diriku yang acap kali dibuai lena.
Adatnya insan leka mencanai lagha,
Andai malaikat menanya untuk apa manusia,
Apalagi insan yang suluhnya tak terbela,
Hanyalah tuhanku Allah mengetahui segala.
Sememang dondang senandung kan tetap sama,
Selaginya putar dunia terus berlegar di paksinya,
Namanya perjuangan hingga nafas tak lagi dihela,
Bingit telinga dihunjam reformasi di luar jendela.
Untuk diriku yang acap kali dibuai lena.
Adatnya insan leka mencanai lagha,
Andai malaikat menanya untuk apa manusia,
Apalagi insan yang suluhnya tak terbela,
Hanyalah tuhanku Allah mengetahui segala.
Sememang dondang senandung kan tetap sama,
Selaginya putar dunia terus berlegar di paksinya,
Namanya perjuangan hingga nafas tak lagi dihela,
Bingit telinga dihunjam reformasi di luar jendela.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar