Selasa, 15 Agustus 2023

Senandung Rindu untuk Ibu

Ibu..
Ribuan hari berlalu
Tanpa hadirmu
Namun rindu
Masih menderu
Penuhi ruang kalbu
Dan netraku
Masih pantulkan kelabu
Sekalipun langit itu biru
Hitamlah yang terus membenalu

Rabu, 23 Juni 2021

Senja

Oleh: Anita Gitasari P.

Lama tak menyapa langit senja
Yang warnanya membias damai jiwa
Merebah dihamparan jingga
Membiakan rindu meluruh sempurna

Selasa, 22 Juni 2021

Hatiku Selembar Daun

Hatiku selembar daun
melayang jatuh di rumput;

Nanti dulu,
biarkan aku sejenak terbaring di sini;
ada yang masih ingin kupandang,
yang selama ini senantiasa luput;

Sesaat adalah abadi
sebelum kausapu tamanmu setiap pagi.

Sapardi Djoko Damono

Kamis, 27 April 2017

Tapak jejak gunung biru

Tapak jejak gunung biru Di atas nya kama ratih, menengger dalam pangkuan kertas-kertas putih Selambang getik tulisan merenda jentik jemari zaman Itu dulu; konon pejaka menenteng mahar bulan Untuk di khitbahkan sebagai mahar cahaya waktu Pun senandung lembah tak celah mengusung kekuatan hati Rindu bertaburan, cakwala begitu sempit akan benang cindai,jingga seakan bukan lagi kuasa pujangga berkasih. Hingga labuhan teluk tersebut cuma pengesahan antara rasa. Aku dan kamu Namun perintah waktu sungguh mengkafankan ingkar janji Ratih tersabit, bola-bola indahnya seketika menjerit, menanggung abu yang menusuk-nusuk kalbu Sedang sang punai asik mengarungi khayangan Tanpa menoleh mahligai yang terpasung mendung. Jakarta 2342017

Rabu, 21 Desember 2016

TEMBANG DALAM TIDUR

Aku tidur dengan berjalan Menapak jenjang pendek Hanya untuk apa...? Pun, aku bungkam, tanpa daya indera mencerna asin nya laut Kilah manis, serupa sandisandi petunjuk yang akan segera pari purna Biarlah jantungku ku kantongi dengan penipu Siapakah penipu itu? Puisi itu termangut-mangut Mengerti jawaban melankolis batinku Oh, serumpun kamboja Engkau tampak subur Wangi jahanammu telah ber tajuk pada dada ku Benarkah... Ranahmu akan menggantikan hikayat jari jemari pendongeng rembulan Apakah mangsamu akan mengkalakan, kala yang mencelakai mataku sehingga esok, atau mungkin sekarang kencana malaikat hendak ku tumpangi Menuju tanah kusir RS MEDIKA PEMALANG 2016 Abimanyu

Selasa, 06 Desember 2016

SYAIR



Meng-inginkan, itulah kelaziman nalar nas
Dapat kedudukan surga
itu wanti-wanti sang guru waskita
Tapi hukum karma adalah jejak gembala

Aduh cening bapa
Tingkah sudah mengenakan fatwa padi kuning
Kerap dusta menggembalai guru
Lupa, lalai bahasa pedangku
Ingin manut satra agama
Patut mengendarai suluh

Aduh bapa...
Jagad semakin lapuk
Keriput tindak terbujuk rayu kerdipan dunia fana
Rasa bagailah terikat kala nan kala
Air putih tidak jadi titah
Saking alit, diri menjadi pembela tanah kuburan
Jatuh kemudian sekar di gunting angin
Mengemas sakit seusai tapa khidmat

Pamulang 06122016

Kamis, 01 Desember 2016

Awan Menanti Angin

Awan menanti angin
Yang kan membawanya
Menuju tanah-tanah gersang
Awan menanti angin
Bukan untuk dirinya
Sekedar membagi sejuk
Yang disimpannya
Dalam tetes hujan

Awan menanti Angin
Bersama menidurkan mentari
Agar lepas dahaga
Yang mencekat semesta
Awan menanti angin
Agar luruh lah sengat amarah
yang membakar jiwa-jiwa lelah

Awan menanti angin
Tuk membawa aroma rindu
Antara kekasih yang terpisah
Menyelipkan butir-butir Cinta
Pada rintik yang dibawanya

Senandung Rindu untuk Ibu

Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...