by: Arista Putra
Matinya hatiku seakan mematikan jiwaku
Ragaku pun terguncang dalam ktenangan
Seolah menggigil kedinginan dalam ketakutan
Seketika itupun kakiku lemas tak berdaya
Perasaan ini kian gelap namun kuat
Gelapnya mampu membutakan mata
Kegelapan yang semakin terasa nyata
Lidahku pun telah kelu
Aku tahu ini akan terjadi
Namun aku tak bisa mengelak
Semua bintang menjerit padanya
Seolah semua berakhir salah baginya
Aku bukan lagi siapapun
Aku takkan mampu memegangmu
Hanya Ingatkan apa yang kuberikan padamu
Akupun tahu engkau terhimpit
Sabar-sabar !!
Itu yang kuucapkan selalu
Tapi engkau lupa, Lupa segalanya!
Seperti kau melupakanku
Temanmu berubah rupa
Bahayamu berubah bentuk
Smentara jiwamu tlah lemah
Denyutmu pun terengah-engah
Berhati-hatilah..
Jembatan ini terus bergoncang
Aku telah melepas genggamanmu
Sedang temanmu sudah hilang kesabaran
Aku yang sekarang berada di menara
hanya mampu melihatmu samar2 di jembatan itu
Kini kutinggalkan engkau,,
Dengan secarik kertas dan foto di atas lampu sorot
Setidaknya kita takkan membuka hal itu lagi
dan hujan inipun akan melengkapi semuanya
menghilangkan segala jejakku dan jejakmu di tempat ini
dan milikku itu kuburlah dalam-dalam
Sabtu, 05 Februari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Senandung Rindu untuk Ibu
Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...
-
Senja yang terbakar oleh uap panas matahari mematikan daun daun mungilku burungpun enggan singgah di dahannya yang batu pucat maya bayan...
-
Oh Cinta... Aku dengar keluh kesahmu dalam wahana yang begitu sempit Duniamu tersangkut pada khayangan dilema Ingin menari, tapi kata hat...
-
Oleh Pakde Azir Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad atau cukup dengan nama pena-nya Raja Ali Haji (lahir di Selangor, 1808 — meninggal di ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar