Berpaling, coba terus sembunyikan wajah pucat pasi
Terlalu lama berebut dengan waktu demi sebuah obsesi
Takkan berpuas diri bila hanya ku tapaki satu dimensi
Sebab lumbung-lumbung mimpi belum jua penuh terisi
Duri yang merata dan melukai itu bukanlah untuk ditangisi
Harus terus melangkah, mengikuti arah dalam pandu intuisi
Biarkan getar perihnya kunikmati sampai di batasnya ilusi
Mungkin telah temui lagi titik tumpu hidup tuk lanjutkan rotasi
Ku buang patahan sebuah hati yang sisanya terus kukemasi
Tak inginkan ada percik dari suramnya tersisa tuk menghiasi
Menghapus jejak kepalsuan yang kala itu pernah terlintasi
Kini kembali kuterbangkan angan agar tak lagi bisa dibatasi
Lepas dan bebaslah asa ku, jangan lagi diam dibalik pintu besi
Dengar bahwa tak cukup satu nada tuk jadikan simfoni serasi
Sakit dari luka-luka itu hanya penggambaran singkat syair emosi
Temukan irama keindahanya agar bunyi sumbang kembali teratasi
Masih ada tangan hangat-Nya kan menguatkan pijak dari tiap sisi
Meniupkan hembus cinta sejati menutup luka sempurna terlapisi
Muram bukan lagi jawaban yang menanti di penghabisan narasi
Semakin meyakini bahwa segalaa takdir-Nya bukan untuk ditangisi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Senandung Rindu untuk Ibu
Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...
-
Senja yang terbakar oleh uap panas matahari mematikan daun daun mungilku burungpun enggan singgah di dahannya yang batu pucat maya bayan...
-
Oh Cinta... Aku dengar keluh kesahmu dalam wahana yang begitu sempit Duniamu tersangkut pada khayangan dilema Ingin menari, tapi kata hat...
-
Oleh Pakde Azir Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad atau cukup dengan nama pena-nya Raja Ali Haji (lahir di Selangor, 1808 — meninggal di ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar