Rabu, 25 Mei 2011

Airmatanya Yang Lebih Ingin Kuseka

Mengapa mencoba mencengkram angin
Tempat paling dasar bagi sebuah ingin
Mengkristal pemain pikir dalam dingin
Manakala simpul wajar lepas tak terjalin


Lalu kau pun bertanya dimana ranah logika
Mengapa airmatanya yang lebih ingin kuseka
Daripada perih hati terpaut saat mengemuka
Memberinya senyum sedang kita nyata terluka


Aku, begitu jauh dari ungkap sempurna
Hanya pada pengejaran mimpi diri terlena
Tak lebih baik darinya yang berimu makna
Membingkis setia dan menantimu disana

Pernah menyambut dawai yang kau petik
Menjadi pengiring bagi alunan merdu rintik
Mendamaikan seteru ruang batin penuh pelik
Terima tiap nada jiwamu melantun melentik


Kini, bukan karna lembar hati telah mengeras
Atau yakin akan cintamu sampai pada batas
Hanya tak sanggup melihat tangisnya kian deras
Terlalu lama ia mengulur rasa untukmu tanpa balas


Sekian kali ia coba merangkai cinta di latar hatimu
Tak bisakah biarkan ia tersenyum dengan sejukmu
Hampir terhuyung ia mengharap nyata ruas semu
Tapi tetap memaksa tegar demi setetes kepedulianmu

Tak mampu nuraniku tegakkan acuh didepan pintanya
Meski untukmu juga seluruh bait cinta yang kupunya
Tiada inginku memberi empedu nan berduri didalamnya
Melepasmu pun mestinya tak perlu sisakan secuil tanya


Ia telah panjang temani waktumu tak hanya sesaat
Lengkapi kosong dimensimu dengan tulus tergurat
Mencurah segenap kasih lebih dari sekedar sahabat
Memohon agar di celah hatimu, cintanya tertambat


Relakan pahatan asa tentang hidup kita jadi kenangan
Tak sanggup lagi menggenggammu di balik keegoisan
Bahagia kita atas kebersamaan tak menuju kesempurnaan
Jika ribuan repihan duka darinya tak henti jadi penghujan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Senandung Rindu untuk Ibu

Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...