By: Anita Gitasari Pujiatmoko
Gerak jejak hari seakan kian melambat
Ketika kelana hati telah mulai tertambat
Hanyut memandang langit bersemburat
Begitu dalam telusur pesonanya terlihat
Ingin selamanya disini aku melepas penat
Lupakan kidung perih melantun menjerat
Letih jiwa tak terperi berapa yang terpahat
Meniup engah nafas panjang tanpa istirahat
Biarlah awal hidup berkubang hitam pekat
Hingga hilang didalamnya sungguh tersesat
Namun kini sudah berdiri tingginya sekat
Antara aku, hatiku, dan sembilu luka penyayat
Mengalir lagi wangi yang tak hentinya melekat
Berhembus nyata tak hanya sebatas memikat
Tak perlu memberiku kuntum elok tersemat
Tulusmu telah melukis bahagia teramat sangat
Tak mau beranjak dari damai yang bersahabat
Setelah indahmu menjadikan nurani terikat
Cinta telah berganti wujud sejak kau mendekat
Bukan lagi sebagai serpihan duka yang rekat
Gerak jejak hari seakan kian melambat
Ketika kelana hati telah mulai tertambat
Hanyut memandang langit bersemburat
Begitu dalam telusur pesonanya terlihat
Ingin selamanya disini aku melepas penat
Lupakan kidung perih melantun menjerat
Letih jiwa tak terperi berapa yang terpahat
Meniup engah nafas panjang tanpa istirahat
Biarlah awal hidup berkubang hitam pekat
Hingga hilang didalamnya sungguh tersesat
Namun kini sudah berdiri tingginya sekat
Antara aku, hatiku, dan sembilu luka penyayat
Mengalir lagi wangi yang tak hentinya melekat
Berhembus nyata tak hanya sebatas memikat
Tak perlu memberiku kuntum elok tersemat
Tulusmu telah melukis bahagia teramat sangat
Tak mau beranjak dari damai yang bersahabat
Setelah indahmu menjadikan nurani terikat
Cinta telah berganti wujud sejak kau mendekat
Bukan lagi sebagai serpihan duka yang rekat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar