Sorepun menyapa
Ketika terbenam sinar surya
Berkutat diantara tumpukan kertas putih tua
Terjebak dalam sudut-sudut dinding pembatas
Sejenak pejamkan mata
Hanya pecahan kaca mengisi kelambu dunia
Ketika terbuka seketika
Serasa beban masih mendera
Kutarik diriku dari bangku penuh tinta
Jauhkanku dari ketukan kata pada mesin tua
Seketika itu, jantungku berdebar oleh sesosok gadis muda
Hingga bayanganku tertegun melihatnya
Aku tak mampu berkata,,
Pernik putihnya seelok surga
Parasnya seanggun dewi purnama
Dia yang tercantik diantaranya
Tak sempat kupanggil dia
Namun selalu kutegakkan muka
Hanya untuk mengintip dari sebelah mata
Hingga lupa beban yang menyapa
Beranikan diri berjalan melewati hamparan meja
Memandang segala dari parasnya
Menarik perhatian darinya
Namun dia tenang dalam ketukannya
Akupun menyerah renta
Sampai tiba bulan penuh sinarnya
Gadis itupun mulai tersadar akan terbitnya purnama
Ditinggalkannya meja dan ketukan2 mesin tua
Sesaat waktu, gadis itu menunggu
Tak tahu bagiku apa yang hendak dia tunggu
Hingga kupilih berpaling dari meja bangku
Hanya pergi untuk membisu
Sedikit patah dengannya
Hingga dia mengamatiku dari sudut berbeda
Aku bimbang, ketika dia tinggalkan kawan di pintu terbuka
Hanya untuk berada mendekat di depan raga
Sedikit tersentak, namun tak hendak kusapa
Karna belum ku yakin datangnya cinta
Hingga kawannya saja yang melirik
Tambatkan senyuman gila
Sesampainya kurelakan dia pergi jua
Sebab hilang pikir nan upaya
Inikah mungkin pandangan pertama
Hingga akhirnya kita terarah berbeda
NB:
Gadis purnama
Itulah sebutan dia
Karena tak kukenal nama
Gadis purnama,,
Maafkanku, yang tak hendak menyapa
Tak hendak pula bersegera
Namun tetap inginku waktu yang kedua
Walau tak ada yang tersisa
Namun semoga kita bertemu jua
Aku yakin dalam hati, ada kata
Inlkah pandangan pertama
Ketika 19 april 2011, in network library
by: Arista Putra
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Senandung Rindu untuk Ibu
Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...
-
Senja yang terbakar oleh uap panas matahari mematikan daun daun mungilku burungpun enggan singgah di dahannya yang batu pucat maya bayan...
-
Oh Cinta... Aku dengar keluh kesahmu dalam wahana yang begitu sempit Duniamu tersangkut pada khayangan dilema Ingin menari, tapi kata hat...
-
Oleh Pakde Azir Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad atau cukup dengan nama pena-nya Raja Ali Haji (lahir di Selangor, 1808 — meninggal di ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar