Rabu, 15 Juni 2011

Bait Tentang Cinta

Dipelukan hening hati membaca
Goresan masa dari pantulan kaca
Berserak aksara layaknya sisa perca
Yang kian lengkap berlumuran anca

Apa guna media itu di buat retak
Tak menghapus banyaknya bercak
Kaca hanya penjelas isi dalam benak
Karna tanpanya kealpaan tak tampak

Mata telah keliru saat coba telusuri
Sesuatu yang hanya teraba oleh naluri
Percuma kunci sebuah ruang diberi
Justru di udara tersimpan yang dicari

Tak mungkin tangan ini menyentuh
Tidak satupun sanggup merengkuh
Wujudnya bukan sebuah benda utuh
Seperti bagian terkecil dalam pembuluh

Dengan tenang mengikuti aliran darah
Tetap bersama menuju segala arah
Melewati jelaga raga tanpa sisa celah
Tanpa henti karna tak punya lelah

Seketika jantung berdegup kencang
Seolah ingin bersuara dengan lantang
Tentang kebenaran yang mengguncang
Sebab lisan enggan berterus terang

Kau ketuk pintuku sebagai sahabat
Mengikat kebersamaan begitu erat
Mengangkat beban nan memberat
Mencairkan duka tiada lagi pekat

Waktu telah mengabadikan cerita
Mengubah kenangan menjadi tinta
Kemudian membentuk kata demi kata
Hingga terangkai bait-bait tentang cinta

Inilah sebenar-benarnya kebenaran
Dari aksara yang terlihat tak beraturan
Yang dinilai sebagai satu kesalahan
justru menyimpan sebuah kemurnian

Tak ingin terus hindari ulur tanganmu
Tak kan lagi menyangkal ungkap tulusmu
Membagi hidup, menabur kasih tanpa jemu
Agar kebahagiaan saja yang hadir bertamu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Senandung Rindu untuk Ibu

Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...