Langit memang masih tak bercorak
Sebab gemintang enggan bersorak
Rembulan pun bak berbalut belarak
Tak terlihat meski mata membelalak
Kesunyian terus meminta satu hak
Untuk singgah lama disebuah barak
Dimana untai kisah dibiarkan berserak
Acuhkan goresan pilu yang kian merebak
Ditempat itu aku tak pernah coba bergerak
Meredam segala lara agar tiada berontak
Meski dinding hati kerap diterjang gejolak
Tertelan sudah rintihku tanpa kuasa berteriak
Dan saat nafas ini mulai terasa menyesak
Kupaksa kelam sejauh mungkin bertolak
Tetapi kesunyian berkeras tak ingin beranjak
Memeluk ku erat setelah cinta sisakan onak
Kemudian aku hanya menunggu waktu berdetak
Berdamai dengan kesendirian tanpa menolak
Menyaksikan hari berganti yang seperti merangkak
Duduk diam disebelah sepi tanpa coba bertindak
Mungkin terhalau jika pedih hanya sebatas gertak
Namun keberadaannya sungguh nyata penuhi petak
jauh tertanam, ketika dicabut tetap tinggalkan jejak
Bahkan bekasnya merata tanpa sejengkalpun jarak
Maka sengaja ku ikat sayap cinta agar tak mengepak
Sebelum terlalu tinggi terbangkan mimpi begitu acak
Bisa saja tak terarah hingga nantinya jatuh tergeletak
Tak kan mampu jika lebih dalam luka memilih letak
Bukan menyerah, hanya menanti penuh bijak
Tak ingin memungut harapan yang kan jadi retak
Percuma memahat asa dengan kerapuhan menguak
Mudah jua hancur jadi warna hitam yang mengerak
Sadari bahagia tak pernah hadir dengan sontak
Ada kesabaran yang mesti dijalankan sebagai bidak
Menanti yang terbaik bagi hati untuk kembali tegak
Hingga dapat mengukir kasih dengan lebih lembut kelak
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Senandung Rindu untuk Ibu
Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...
-
Senja yang terbakar oleh uap panas matahari mematikan daun daun mungilku burungpun enggan singgah di dahannya yang batu pucat maya bayan...
-
Oh Cinta... Aku dengar keluh kesahmu dalam wahana yang begitu sempit Duniamu tersangkut pada khayangan dilema Ingin menari, tapi kata hat...
-
Oleh Pakde Azir Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad atau cukup dengan nama pena-nya Raja Ali Haji (lahir di Selangor, 1808 — meninggal di ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar