Jumat, 05 Agustus 2011

Hujan yang terhapus panas sehari

Kemarau datang lagi
merenggut semua mimpi
tentang hidup damai
rindang teduh penuh harmoni
kata maaf berlabuh bak nyanyian
syurgawi
berdentaman mengusik sisi hati
yang dulu kerap tergadai luka
diantara pekik tawa dan wangi bunga

namun kini semua cuma jadi balada
senja pun tak mampu menerka
mengapa hujan terhapus panas terik sehari
seakan air bukan lagi kebutuhan
dingin dan sejuk bukan lagi wajah
alam perbukitan

tinggal puing kelam
dihati yang remuk redam
seguris senyuman tergolek parau
koma dibelantara tudingan

apa yang telah kau buat ain
dengan dua tanganmu?
Tak sedikitpun kau lakukan
semua fatamorgana
semu.
Halusinasi
palsu
tak terperi

lalu dimanakah arti sebuah ketulusan
akan kucari
bila kejujuranku dikebiri waktu
dihempas angin lalu?

Aku bertanya pada malam
tak ada jawaban
aku bertanya awan
hanya diam menghantam
dan saat ku bertanya pada Dia
yang maha Cinta
kutemukan satu jawaban

karena manusia mudah melupakan kebaikan yang pernah
dinikmatinya.
Astagfirullah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Senandung Rindu untuk Ibu

Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...