Kamis, 29 September 2011

Mengapa Harus Ku Percaya (Why Should I Believe)

Nukilan Rasa Anita Gitasari Pujiatmoko (Why Should I Believe)
Diterjemahkan Secara Bebas Oleh Muhammad Shahid Boy Ahmad

Acap Kali Ku Coba Mengukir Arcanya Sang Rembulan,
Seolah Enteng Sekali Kan Dapat Mengikis Bakalnya Kegelapan,
Enggan Mendengar Sumbangnya Sebarang Palu Yang Membingitkan,
Yang Telah Terkarang Lagaknya Karya Agung Wacana Sindiran.

Seolahnya Terlalu Bebal, Tak Mampu Ku Mencetus Pawaka Sinaran,
Bilamana Ku Longlai Meneraju Tunjangnya Kelesuan,
Terus Gontai Pastinya Dan Makin Ku Sirna Dalam Derap Keinginan,
Kerna Siapa Saja Berteriak Hanyalah Pengecong Dalam Kesemuan.

Kini Ku Maklum Rembulan Bukan Empunya Sumbu Kerlipan,
Dan Takkan Pernah Mampu Menerangi Buana Pemikiran,
Sekalipun Ku Memegang Mutlaknya Pendar Pancaran,
Masih Lagi Ku Bisa Sesat Menerawang Malam Bersendirian.

Lafazlah Timbunan Kata Semahumu Bahwa Ku Dalam Kepesongan,
Nyatanya Ku Jelak Untuk Menikmati Senandung Kepuraan,
Hanya Kasihnya Tuhan Ku Bisa Yakin Mengemudi Panca Kekuatan,
Bawalah Ku Pulang Pada Belas-Nya Setelah Jauhnya Perjalanan.

Mengapa Harus Ku Percaya Kau Bukan Musuh Tanpa Peri Kemanusiaan,
Hanya Kerna Kau Telah Memberi Pada Ku Indahnya Titik Pertemuan,
Janggal Sekali Pada Ku, Seolah Sebuah Deja Vu Dalam Penempuhan,
Yang Akhirnya Seorang Teman Terbaik Menjadi Seteru Menggerunkan.

Kau Bisa Punya Keizinan Ku Untuk Bersamaan Dalam Ceritera Mengasyikkan,
Membikin Untai Tanggap Menakjubkan Bagaimana Misteri Ini Ditamatkan,
Seberapa Banyak Kebahagiaan, Seluruh Bagian Hidupku, Kan Kau Akhirnya Usungkan,
Atau Tak Lebih Dari Dalamnya Lara Hati Di Ufuk Sanubari Sebagai Beza Sandaran.

Buktikan Pada Ku Ianya Bukan Sekadar Angan Di Puncak Kayangan,
Bilamana Terucap Darimu Kaulah Yang Akan Mengering Luka Kegeringan,
Lantas Mengusir Segala Sebab Yang Bisa Menerbit Tangis Yang Berguguran,
Hidup Dalam Segenap Keamanan Tanpa Sebarang Zarah Kepalsuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Senandung Rindu untuk Ibu

Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...