Langit biru seolah telah runtuh
Seiring pilar-pilar yang rapuh
Empat mata angin bersikukuh
Mengantar kepingnya yang jatuh
Ke timur berharap bertemu mentari
Agar kembali hangat panjangnya hari
Ke barat berkeras senja yang dicari
Demi indah semburatnya melingkari
Lalu, bagaimana utara dan selatan
Apa yang sanggup tuk ditawarkan
Hanya sekian juta titik kebekuan
Kekuatan atau ketidakberdayaan
Tak mengerti dimana harus memulai
Menata puing reruntuhan berantai
Akankah melekat kuat tanpa gontai
Seperti sebelum segalanya berderai
Pun layaknya jiwa dilanda bimbang
Dalam kemelut luruh bergelimang
Tak dapat kenali arah jalan pulang
Dari naungan-Nya, jauh menghilang
Kelam menjelma menjadi lentera
Suram menuntun langkah dekati lara
Bagai mengeja syair syahdu tertera
Tapi tak lebih dari tembang sengsara
Hidup laksana mati tanpa welas asih
Namun yang sejati hanya Maha Kasih
Mestinya iman terpahat tanpa dalih
Hingga deru uji-Nya perlahan teralih
Minggu, 02 Oktober 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Senandung Rindu untuk Ibu
Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...
-
Senja yang terbakar oleh uap panas matahari mematikan daun daun mungilku burungpun enggan singgah di dahannya yang batu pucat maya bayan...
-
Oh Cinta... Aku dengar keluh kesahmu dalam wahana yang begitu sempit Duniamu tersangkut pada khayangan dilema Ingin menari, tapi kata hat...
-
Oleh Pakde Azir Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad atau cukup dengan nama pena-nya Raja Ali Haji (lahir di Selangor, 1808 — meninggal di ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar