Selasa, 01 November 2011

Goresan Pena Hati Ain Saga (30/10/2011 - 01/11/2011)

Tahajud

Sekian lama hati terpendam
menatap dunia bagaikan sekam
rindu pada denyut keikhlasan
selalu berlumur nafsu dan rasa
hingga letih serasa jadi bala

saatnya kita kembali ke fitrah
menatap cerah warna merekah
meski samar namun akan tentramkan selimut resah
bertahajud kita di malam malam buta cahaya
mengais setitis rahmat keridhoanNYa

meski ku slalu tampak tak setia
selalu diam dalam prahara
mungkin saatnya merajut warna
lebih terang dari biasa

semoga Dia mau menerima semua cinta yang kupunya.
Aamiin

Jakarta,301011
=================================
Hujan dan Rasaku

Bayangan hujan kembali menderu
mengalirkan rumpun imajiku
tentang senja yang membiru
dan basah di pucuk dedaun perdu

tergurat jelas di netra rinduku
separoh cinta yang takkan mungkin layu
memelukku sepenuh rindu
seakan ia bintang di malam berlagu sedih sendu

ibuku yang terkasih
bagai mutiara pengasih
yang terpatri erat merenda selasih
diantara jauhnya jarah berbuih
rintih

aku mengenang senyumanmu
laksana malaikat bersayap beledru
aku membaca rasa cintamu
seperti embun berdetak di selendang pelangiku

terasa waktu terlalu instan
untuk kita saling berpeluk ciuman
terasa tapak jalan penuh gelombang
saat kutinggalkan engkau
saat mata membayang sayang

hujan yang terus berkejaran
dengan desau angin di pelataran
seakan membujuk hatiku nan rawan
mengecup ribuan kenangan yang
masih kugenggam
begitu nanar
dan menggetarkan

entah kapan kan selalu bisa kulafadzkan
debaran kasih dan kerinduan
bersama ibu dan sahabat sekalian
aku tawarkan dengan do'a
dan harapan kebahagiaan
untuk hidupmu dan jalanku
menggapai bintang asa
yang nyaris terbenam
aku berharap cahaya akan selalu
datang
menyinari jiwaku penuh kedamaian.
Selamanya.
Selamanya.
Kau hidup dalam kembara.

Jakarta, 301011
=====================================
Kau pasti Bisa

Bila hujan pagi ini telah reda
dan kau lihat begitu indah aroma pagi ini
menelurkan ide ide imajin dalam kepala mungilmu
meretaskan selaksa jingga dalam
laju darahmu

lakukan
meski kerap langkah goyah oleh tikaman
kerjakan jangan diam dan termangu

mari kita isi lembar buku harian
dengan gairah cita dan sejuta mimpi
karena kaulah bintangnya
dan kau juga yang harus terbang meraihnya

bila tidak..
Selamat setia bersama sesal dan lumpur airmata.
Cuma jadi sampah diantara dinding peristiwa
dan kenangan usang berkalam jelaga.
Tak inginkah kau percaya?
Tapi kau harus percaya
bahwa masa depan ditanganmu
sendiri.
Bangunlah.
Raihlah.
Dengan tekad baja dan do'a rahasia.
Kau pasti bisa.
Bisa.

Jakarta, 311011
==================================
Denting Hujan


Tatapmu madu
rindumu sayu
mengerjap basahi kelopak nan merah jambu
dalam jingga senyummu
meski terbalut seribu sendu
aku melihatnya
berkejaran dengan luka dan ketegaran

apakah karena aku terlalu mencintai
atau genap waktu belum menjadi takdir indahku
aku hanya menatap bayangmu melintas
saat denting hujan
melerai setiap kenanganku
tentangmu yang merindu
tatapanmu penuh makna mengadu
kau jaga hati
untuk masa yang lebih hakiki
yang hanya Illahi maha Mengerti
kita ada dan tercipta untuk sebuah cinta.
Kutunggu jawabmu
dalam untaian doa malamku

Jakarta, 311011
=================================
Dalam Hujan

Seperti memeluk salju
kurasakan hatimu dingin membeku
melintasi jalan yang kutuju
untuk bersama merenda angan biru

tak pernah mudah kubayangkan
bila bara api harus kugenggam
dengan nyalanya yang merah tembaga
dan bisu suara tak dapat kulukis makna

kau dinding
aku langitnya

kau diam
aku pun sama

entah apa yang ada dalam benakmu
sedang cerita terus kupahat menepis belenggu

aku dan diriku
kau dan dirimu
kita sama saling merindu
namun waktu belum berikan restu
pada hati kita yang teramat layu

layu akan meragu
sendu mengurai sepiku.

Mengenangmu
selalu hujankan kelopak sayu
dalam kejoraku yang rapuh menunggu.

Dirimu dan senyum manismu.
Menghibur setiap laraku.
Saat senja luruh membingkai kelam

Jakarta, 311011
===========================
Sepotong Cerita

Dengan langkah layu
kususuri jalan berhujan.
Meski tak segarang tadi, kini tinggal rinai gerimis mematuk ujung pori kulitku.Biaskan dingin ke tulang sumsumku.

Langit yang muram menuai malam dengan rembulan temaram.Merajut keheningan saat suara adzan mulai terdengar membelah waktu.

Ah, akhirnya sampai ke peraduanku.Kugumamkan nafas lirih setelah segala rutinitasku berupa mandi dan beres beres kamar usai kulakukan.
Sejenak, mataku menoleh pada martabak telor yang baru saja kubeli sepulang beraktifitas.Bau harum daun bawang dan saos sambalnya menusuk hidungku.
Ah, andaikan kubisa habiskan martabak ini bersamanya...selintas
sesosok lelaki menyentuh rindu di dadaku.Aku tak tahu siapa dia dan mengapa harus dirinya yang menyusup relung terdalamku.Kuhela nafas panjang.Kubunuh kegamangan.

Pagi hari yang penuh binar.Ku lakukan aktifitas seperti biasa.Bekerja.Mendermakan pengetahuan sedikit untuk mereka yang membutuhkan.

Tiba tiba seebuah senyum menawan pikiranku dan kubalas hangat tersenyum pula.Mata kami pun saling bicara, ia mengulurkan tangan, mengucap sebuah nama dan aku dengan malu membalas salam dan ganti perkenalkan nama.Dengan gerakan kikuk, kuajak ia bercengkrama dan ajaib, ia seperti begitu lama telah kukenal sebelumnya.Padahal, ini kali pertama kami saling jumpa.Saling menyapa dan bercerita.

Begitulah, pertemuan yang indah itupun berlanjut mesra dan kami saling setia.saling mencinta meski dengan keterbatasanku dan kekurangan dirinya.

Kisah sederhana dari tinta sederhana namun kurasakan begitu bermakna.Mungkin untukku saja.tapi suatu saat nanti kalian pun akan pandai visualisasi
dengan kisah pertemuan dengan seseorang yang berkesan meski baru kau khayalkan belaka.

Semua berawal dari mimpi.yakinlah!
===============================
Bersama secangkir teh hangat

Secangkir teh hangat
tiba di atas meja kamarku
perlahan kuaduk serpihannya
sambil menatapi kental warnanya

kuterpana menatap asap tipis
dari secangkir teh hangat
yang aromanya membius darah mudaku
dan gelorakan semangatku
untuk bertemu dan saling bersatu
dalam getar rehat di malam penuh butir luka

namun secangkir teh hangat
telah berjasa mengubahnya
jadi arief dan tak ingin bersedih sendu

mari nikmati hidup yang lebih indah

Jakarta, 311011
=============================
Inginku pagi ini tak layu

Daun daun masih basah oleh hujan
dan embun menambah rimbun
perciknya di dahan
bunga bunga masih lelap dalam kuncup
sebentar matahari kan membawanya mekar
berkembang mengharumi semesta
setiap hari
setiap pagi

aku menatap jalan yang tenang
langit pun biru
sebiru hati yang mulai bisa mengerti
kenapa semua harus datang dan pergi
lalu berganti
berlalu
seolah tak bisa selalu kukecup pagi
dengan nuansa romantika

seekor kupu mencuri senyumku
menawan hati kacaku.
Hati yang kerap terluka
namun ku selalu percaya
Allah sangat sayang dan maha Kuasa
mengganti lebih indah
dari yang kuduga semula.

Alhamdulillah
aku ikhlaskan airmata

Jakarta, 011111

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Senandung Rindu untuk Ibu

Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...