Rabu, 14 Desember 2011

Telaga Airmata


Oleh Anita Gitasari Pujiatmoko

Engkau, tak beranjak dari telaga airmata
Dimana tiap tetesnya adalah senyawa cinta
Tak jua dapat terbasuh serpih kecil derita
Yang melekat didinding jiwa begitu merata

Masuki dalamnya dengan berjuta untai pinta
Harapkan benalu duka menjadi teramat renta
Memudar lalu mati tanpa meronta
Hingga sempurnalah penghujung cerita

Bila senja telah sampai dihadapan mata
Tak ingin menyusun terlalu banyak kata
Yakini kegelapan bukanlah awal sengketa
Walau ketakutan bukanlah gurat semu semata

Damai purnama dinanti sebagai bentuk pelita
Meski tak sepenuhnya kan menelan gulita
Menunggu jatuhnya sinar ditengah permata
Yang menghitam hilang warnanya tak jelita

Sebab hati yang kau sebut pada tiap soneta
Masih melafadz kasih dengan begitu terbata
Tiada merasa bahwa rindumu itu sungguh nyata
Tak ubahnya kertas belum tersentuh tinta

Namun masih mencoba ungkapkan rasa berjuta
Percaya kelak ketulusan pastilah kan tercipta
Antara pertautan kalbu yang menggeleta
Diatas sketsa kemurnian sanubari bertahta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Senandung Rindu untuk Ibu

Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...