Rabu, 21 Desember 2016

TEMBANG DALAM TIDUR

Aku tidur dengan berjalan Menapak jenjang pendek Hanya untuk apa...? Pun, aku bungkam, tanpa daya indera mencerna asin nya laut Kilah manis, serupa sandisandi petunjuk yang akan segera pari purna Biarlah jantungku ku kantongi dengan penipu Siapakah penipu itu? Puisi itu termangut-mangut Mengerti jawaban melankolis batinku Oh, serumpun kamboja Engkau tampak subur Wangi jahanammu telah ber tajuk pada dada ku Benarkah... Ranahmu akan menggantikan hikayat jari jemari pendongeng rembulan Apakah mangsamu akan mengkalakan, kala yang mencelakai mataku sehingga esok, atau mungkin sekarang kencana malaikat hendak ku tumpangi Menuju tanah kusir RS MEDIKA PEMALANG 2016 Abimanyu

Selasa, 06 Desember 2016

SYAIR



Meng-inginkan, itulah kelaziman nalar nas
Dapat kedudukan surga
itu wanti-wanti sang guru waskita
Tapi hukum karma adalah jejak gembala

Aduh cening bapa
Tingkah sudah mengenakan fatwa padi kuning
Kerap dusta menggembalai guru
Lupa, lalai bahasa pedangku
Ingin manut satra agama
Patut mengendarai suluh

Aduh bapa...
Jagad semakin lapuk
Keriput tindak terbujuk rayu kerdipan dunia fana
Rasa bagailah terikat kala nan kala
Air putih tidak jadi titah
Saking alit, diri menjadi pembela tanah kuburan
Jatuh kemudian sekar di gunting angin
Mengemas sakit seusai tapa khidmat

Pamulang 06122016

Kamis, 01 Desember 2016

Awan Menanti Angin

Awan menanti angin
Yang kan membawanya
Menuju tanah-tanah gersang
Awan menanti angin
Bukan untuk dirinya
Sekedar membagi sejuk
Yang disimpannya
Dalam tetes hujan

Awan menanti Angin
Bersama menidurkan mentari
Agar lepas dahaga
Yang mencekat semesta
Awan menanti angin
Agar luruh lah sengat amarah
yang membakar jiwa-jiwa lelah

Awan menanti angin
Tuk membawa aroma rindu
Antara kekasih yang terpisah
Menyelipkan butir-butir Cinta
Pada rintik yang dibawanya

Senandung Rindu untuk Ibu

Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...