Minggu, 27 Maret 2011

Segenggam Luka

By: Ain Saga

Kini segenggam luka itu
telah mengalir ke seluruh
jalan nafasku
darahku berdetak tak tentu
ada rona dendam tersirat dibalik rangkai kata manismu
kau kecewa dengan luka
kau merana dalam jelaga
mencari batu sandaran
namun tak cukup kokoh
menahan parasitnya dihatimu
pikiranmu telah membatu
melumut dan mengkristal

maka tumbanglah segala tipu muslihat
yang kau kemas rapi untuk persembahan kekasih pujaan..

Di sini aku tersenyum tipis
menahan getir pada kenyataanmu
inikah orang yang slama ini
kusapa 'teman?'
ternyata tak lebih hanya racun mematikan

Begitu Begini, Sendiri Lagi

by Muhammad Shahid Boy Ahmad

Begitu Begini,
Bermulalah Kisah Seorang Insani,
Debur Ombak  Dan Bayu Angin Membawanya Kemari,
Mengalunkan Serelung Irama Mimpi Namun Sunyi Masih Bertali,
Diselindung Tabir Dinding Tidak Bertepi,
Sendiri Lagi.

Begitu Begini,
Masa Berganti Tidak Dipeduli,
Sedang Cita Dan Angan Mengejar Indah Pelangi,
Sebentar Cuma Dapat Ditatap Sebelum Sirna Membawa Diri,
Direjam Panas Mentari Tidak Terperi,
Sendiri Lagi.

Begitu Begini,
Ceritera Berkisar Seorang Insani,
Semoga Harap Dan Doa Bertandang Merungkai Sepi,
Agar Tugu Cinta Terbina Lalu Mengakar Kasih Terpateri,
Direnggut Amarah Cemburu Tidak Bersemi,
Sendiri Lagi.

Jumat, 25 Maret 2011

Sketsa Duniaku

Telah ku minta arah takdir lewat sebuah permohonan
Berharap Sang Maha Kuasa memberi persetujuan
Kemudian tiba pula saat ku untuk memulai perjalanan
Membawaku sampai dirumitnya liku penuh persimpangan

Sulit menggenggamkan tangan pada satu saja pilihan
Mengaburkan mata batin hingga bergelimang sejuta alasan
Sebenarnya ada bentuk sederhana dari urutan keinginan
Jelas terlihat ketika memalingkan hasrat akan kesempurnaan

Tapi bukan tamak atas kata sempurna itu yang jadi beban
Tiada merekah sesalku meski lahir membawa perbedaan
Salahkah jika tak kunjung henti ku perluas sketsa peta harapan
Mudahnya menghakimi bahwa segalanya jauh dari kemampuan

Aku tak pernah sedikitpun peduli pada wujud rentang impian
Yang melihat keterbatasan kemudian menjadikannya batasan
Mengapa tak pernah menempatkannya di ranah keistimewaan
Lembut menuang peluang hingga tumbuh jadi ladang kelebihan

Di dunia seperti itu aku ingin tetap tinggal dan merenda angan
Menempanya selayak nyata dengan semangat tak berkesudahan
Jauh dari mereka yang tak pernah mengerti makna keyakinan
Dan hanya bisa merendahkan dari yang tertangkap penglihatan

Rabu, 23 Maret 2011

Bukan Untuk Ditangisi

Berpaling, coba terus sembunyikan wajah pucat pasi
Terlalu lama berebut dengan waktu demi sebuah obsesi
Takkan berpuas diri bila hanya ku tapaki satu dimensi
Sebab lumbung-lumbung mimpi belum jua penuh terisi



Duri yang merata dan melukai itu bukanlah untuk ditangisi
Harus terus melangkah, mengikuti arah dalam pandu intuisi
Biarkan getar perihnya kunikmati sampai di batasnya ilusi 
Mungkin telah temui lagi titik tumpu hidup tuk lanjutkan rotasi


Ku buang patahan sebuah hati yang sisanya terus kukemasi
Tak inginkan ada percik dari suramnya tersisa tuk menghiasi
Menghapus jejak kepalsuan yang kala itu pernah terlintasi
Kini kembali kuterbangkan angan agar tak lagi bisa dibatasi


Lepas dan bebaslah asa ku, jangan lagi diam dibalik pintu besi
Dengar bahwa tak cukup satu nada tuk jadikan simfoni serasi
Sakit dari luka-luka itu hanya penggambaran singkat syair emosi
Temukan irama keindahanya agar bunyi sumbang kembali teratasi


Masih ada tangan hangat-Nya kan menguatkan pijak dari tiap sisi
Meniupkan hembus cinta sejati menutup luka sempurna terlapisi
Muram bukan lagi jawaban yang menanti di penghabisan narasi
Semakin meyakini bahwa segalaa takdir-Nya bukan untuk ditangisi

Jumat, 18 Maret 2011

Hanya Cinta-Mu

Aku begitu mahir menjamu dan memberi peluk
Pada perih yang selalu bertandang dalam lubuk
Tertawa bersama kesakitan tanpa harus terpuruk
Membebaskan kelam leluasa menampakkan bentuk


Gambarkanlah apa lagi perihal yang lebih buruk
Tetap akan setia kubawa jiwa ini patuh tertunduk
Menyatukan satu per satu pecahan kecil petunjuk
Yang Kau tebar di antara aliran duka nan menusuk


Tak kan keluhkan deras linangan basahi pelupuk
Tidak pula kan berkesah bila jalanku terjal berliuk
Tatapi mohon jangan Engkau biarkan hatiku takluk
Pada semu pemujaan cinta untuk sesama makhluk


Terasa lebih indah sekalipun segenap diri remuk
Di pusara kehidupan dengan Kasih-Mu tuk direguk
Wahai Kekasih Sejati pemberi damai juga penyejuk
Jauhkan hasratku dari manisnya cinta fana penuh bujuk


Dikeheningan kujabarkan harap agar tak hanya jadi tajuk
Melengkapi peraduanku kapada-Mu dalam doa-doa khusyu'
Kutitipkan jua segala kegalauan, dilingkar-Mu lutut menekuk
Menyampaikan pinta biar hanya murni cinta-Mu yang ku teguk

Kamis, 10 Maret 2011

Saat Ku Di Relung Hati

by Muhammad Shahid Boy Ahmad

Saat Ku Bungkam Menaut Sunyi,
Hadirmu Mengenyah Lembaran Sepi,
Mendesir Citra Sukma Kembali,
Berbaur Harap Di Lembah Syurgawi.

Bila Lafaz Bertunas Cita,
Disulam Pekerti Budi Bahasa,
Diselang Hormat Bertimbang Rasa,
Agar Bahagia Bisa Tercipta.

Biar Jauh Dari Pandangan,
Terasa Dekat Di Benak Fikiran,
Bersatu Dalam Kamar Keinginan,
Menitip Doa Pada Ar-Rahman.

Direlung Rindu Pada Pertemuan,
Menebar Impian Pada Ikatan,
Mengukuh Faham Membaja Hubungan,
Agar Bersemi Kasih Berpanjangan.

Sering

by Muhammad Shahid Boy Ahmad

Sering Bergetar Jiwa Terpalu,
Sering Bergenang Banjir Di Kalbu,
Sering Mengaduh Mengimbau Dedalu,
Sering Tersayat Kembali Lukamu.

Sering Rindu Datang Bertamu,
Sering Sepi Merenung Termangu,
Sering Harap Kepingin Bertemu,
Sering Nyanyuk Tak Ketahuan Waktu.

Sering Gundah Oleh Rajukmu,
Sering Tersipu Mengundang Malu,
Sering Geram Dibikin Keletahmu,
Sering Berbunga Kasih Padamu.

Kita Merangka ALLAH Juga Jadi Penentu...

Minggu, 06 Maret 2011

SEBUAH PENGAKUAN

Untukmu, pribadi yang dianugrahi kelembutan
Betapa ingin kusampaikan sebuah pengakuan
Tentang beruntunnya rasa jiwa telah tertawan
Hanya ucapku saja yang masih tetap tertahan
Tak sanggup menjadikannya indah dalam ungkapan
Tiada daya menyusunnya sebagai satu santun lisan


Berat berkata bukan karna tak mengerti
Isyarat yang kau beri tuk kembali buka hati
Tidak pula karna penggalan silam masih berarti
Bukan lagi demi dirinya kesetiaanku kini menanti
Asa yang kupunya padanya sudah sepenuhnya mati
Sejak suci luahan rasa yang ku jaga berkali dikhianati


Andai benar masih ada kenangan dirinya tersisa
Hanya berisikan hari-hari dimana batinku tersiksa
Sungguh telah kurelakan cinta untuknya binasa
Ketika hadirmu menuntunku pada kasih luar biasa
Membenahi remuknya hati ditangan Sang Maha Kuasa
Menunjukkan jalan bagi damai sejati yang kini kurasa


Wahai insan yang slalu dalam ketaatan diri terbalut
Maafkanlah aku andai benar tebersit perasaan takut
Memulai kisah baru jika akhirnya kembali terenggut
Biar hanya di sela kebekuan lisan ini cintamu ku sambut
Bila nanti di atas indah suratan-Nya hidup kita terpaut
Akan ku rangkai kasih ku padamu dalam tutur saling bertaut

Jumat, 04 Maret 2011

BERBEDA CARAMU

Berbeda, caramu mengayun pena
Lebih dari sekedar sketsa sederhana
Yang tertulis di relungku penuh makna
Merayu noktah pilu itu tuk segera sirna

Kutemukan kembali satu kesempatan indah
Bagi kuncup senyum perlahan merekah
Menjadi guratan termanis di garis wajah
Menguatkan bahwa suram telah kalah

Tak hanya sejenis warna yang kau pakai
Menyatukan semangatku yang hampir berai
Kupikir dimatinya segenap hati aku telah sampai
Namun kau beri alasan tuk sekali lagi mencintai

Entah pantaskah aku mendiami tempat itu
Mendekatkan asa ku padamu coba menyatu
Setelah lama kubiarkan luka membenalu membatu
Tanpa peduli berapa butir yang jatuh dari pasir waktu

Cukuplah untukku menyaksikan berbeda caramu
Menggores bait bahagia sejak awal kita bertemu
Hingga bila nanti harus ku tutup buku hidup tanpamu
Tetap sempurna syukurku pernah mengenal cintamu

Kamis, 03 Maret 2011

NYATAKAH KEINDAHAN CINTA

Apa lagi yang dapat ku bawa sebagai berita
Sedang lidah terlalu kaku dalam mengurai kata
Sudah berulang permainan logika tak tertata
Begitu saja mereka menyebutnya sebagai cinta


Dikisahkan bahwa rasa itu keelokan yang merata
Kemudian bagaimana ku akui bahwa itu nyata
Jika yang pernah ku sapa dijalannya hanya airmata
Dan tentang duka saja peri-peri kecilnya bercerita


Lalu, dimana janji akan adanya pesona kilau permata
Bila hanya kemurungan atas langit yang menggurita
Di tiap tikunganya hanya ada percik kecil yang tercipta
Sudah tentu tak kan pernah cukup di sulut jadi pelita


Benarkah terangkum sajak-sajak keindahan dalam cinta
Yang kan kutemui di akhir sudut hati terbias oleh mata
Atau sekedar sonandung pilu penghantar riuh tiupan derita
Menjadikan padam lentera, kembali pada kembaran gulita


Mengertilah bahwa lisan ini sudah semakin terbata-bata
Sebab acap kali merekam kepalsuan hati semu semata
Hari-hari di masa itu mengajariku untuk tak lagi berpesta
Dengan iringan musik yang mengalunkan melodi cinta


Maka ketika ketemui ruang kosong aku berdiam bak petapa buta
Bersama kesunyian, membiarkan begitu banyak waktu tersita
Tak terdengar di bacakannya rasa itu dalam sebentuk soneta
Bahkan tak mampu mengejanya meski hanya satu aksara dari cinta


Rabu, 02 Maret 2011

SAAT HARAP MAKIN PIPIH

Sering kali angan hati dan alam nyata berselisih
Lumpuhkan smua hasrat jiwa dalam lautan perih
Bukan tak mungkin bongkahan harap makin pipih
Hingga dunia pun hampir mendengarku merintih
Sekejap tersadar tiada guna menggaungkan sedih
Cukup menguntainya di butir-butir doa nan lirih
Meski tak jua memungkiri selimut kelam belum teralih
Tidak pula menyangkali tajamnya uji terasa kian pedih
Biar seribu duka semakin berat menerpa dan menindih
Enggan terhenti bila bukan di peluk Sang Maha Pengasih
Airmata mungkin saja menggenang bak telaga tanpa buih
Namun impian tinggi menggelayut itu telah lama ku pilih
Jadi utamanya tujuan yang tiada pantang tuk di raih
Walau sedikit sisa dari kekuatan, habis terkoyak letih
Luka atas dera cerca masih terasa sakit dan belum pulih
Hanya akan terobati jika terwujud mimpi oleh diri yang gigih

Selasa, 01 Maret 2011

KUPASTIKAN HATIMU

By: Arista Putra

Bukan tentang cinta yang hendak kusampaikan
Bukan pula dendang patah hati
Anggap saja kewajaranku terhadapmu
Tentang rayuan bserta asa di lubuk jiwa

Engkau yang terduduk diantara buritan kapal
Telah kukagumi engkau dari teluk nun jauh
Pernah terpandang wajahmu dari balik layar kapalku
Hingga mengajak ombak bergulung hendak menarikku

Aku datang bersambut awan putih
Kedatanganku dengan seutas tali tambang
Dan telah kuikatkan pada ujung buritan tempatmu berdiam
Agar kudengar hatimu dari parasmu

Pasir laut ini berbutir putih
Airnya berbuih putih pula
Tak mampu aku merubah putihnya
Seolah hatimu yang telah bersatu dengan sikapmu

Akupun terima itu dengan kewajaran
Keelokan parasmu takkan pernah kugugat
Karena lautan inipun berparas elok
Namun engkaulah yang mampu membahagiakan hati

Tak segan kupandang tanganmu
Yang terus terkepal seolah menggenggam mutiara
Hingga kusadarkan engkau pada lamunanmu
Sampai engkau tersenyum pada keindahan kapalku

Sudah lama aku arungi lautan
Sehingga akupun tahu bagaimana engkau terdiam
Akupun tahu bagaimana engkau kan tersenyum
Karena perjalananku tidaklah lancar

Terkadang dalam kisahku, ombak yang menerjang merobek layar kapalku
Dan terkadang pula sekumpulan ikan mengawalku ke seberang
Hingga kuceritakan perjalananku ke negeri duyung
Namun itu takkan pernah lengkap tanpa kisahmu

Aku tahu engkau dari suratan ombak
Seorang gadis yang juga menyukai lautan
Seorang gadis didalam pulau tak bernama dengan pepohonan yang berbuah manis
Seorang gadis yang pernah merasakan terjalnya karang di waktu surut

Namun takkan kupercaya melainkan dari ucapmu semata
Karena aku tahu kejujuran terletak di jantungmu
Dan telah kurasakan kelembutan itu sejak aku melihatmu
Aku terima apa saja luka yang telah membekas hingga kulitmu

Inilah aku dalam bayanganku dan mungkin saja hatimu
Seorang pria yang tak tahu mengapa kubentangkan sutra di singgasanamu
Hingga hanya berharap kau hamparkan katun kearahku
Hanya dengan iklas aku bersua dan hanya dengan layar aku taklukkan ombak

Entah apakah kau mau menjadikan tanahmu tempat singgah kapalku
Entah itu beberapa atau selamanya
Namun akan kutunggu sampai hatimu berkata
Walaupun bgitu, Siang malam kan kujaga persinggahanmu hingga aman bagimu

DIAM

By Muhammad Shahid Boy Ahmad

Diam Tak Bererti Ku Tidak Mengerti,
Diam Tak Bererti Ku Tidak Peduli,
Diam Tak Bererti Ku Biar Dirimu Sendiri.

Diamku Bukan Kerna Marah,
Diamku Bukan Kerna Rajuk,
Diamku Bukan Kerna Apa...

Kerna Diam Lebih Baik Bagiku...

Senandung Rindu untuk Ibu

Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...