By: Ain Saga
Kini segenggam luka itu
telah mengalir ke seluruh
jalan nafasku
darahku berdetak tak tentu
ada rona dendam tersirat dibalik rangkai kata manismu
kau kecewa dengan luka
kau merana dalam jelaga
mencari batu sandaran
namun tak cukup kokoh
menahan parasitnya dihatimu
pikiranmu telah membatu
melumut dan mengkristal
maka tumbanglah segala tipu muslihat
yang kau kemas rapi untuk persembahan kekasih pujaan..
Di sini aku tersenyum tipis
menahan getir pada kenyataanmu
inikah orang yang slama ini
kusapa 'teman?'
ternyata tak lebih hanya racun mematikan
Minggu, 27 Maret 2011
Begitu Begini, Sendiri Lagi
by Muhammad Shahid Boy Ahmad
Begitu Begini,
Bermulalah Kisah Seorang Insani,
Debur Ombak Dan Bayu Angin Membawanya Kemari,
Mengalunkan Serelung Irama Mimpi Namun Sunyi Masih Bertali,
Diselindung Tabir Dinding Tidak Bertepi,
Sendiri Lagi.
Begitu Begini,
Masa Berganti Tidak Dipeduli,
Sedang Cita Dan Angan Mengejar Indah Pelangi,
Sebentar Cuma Dapat Ditatap Sebelum Sirna Membawa Diri,
Direjam Panas Mentari Tidak Terperi,
Sendiri Lagi.
Begitu Begini,
Ceritera Berkisar Seorang Insani,
Semoga Harap Dan Doa Bertandang Merungkai Sepi,
Agar Tugu Cinta Terbina Lalu Mengakar Kasih Terpateri,
Direnggut Amarah Cemburu Tidak Bersemi,
Sendiri Lagi.
Begitu Begini,
Bermulalah Kisah Seorang Insani,
Debur Ombak Dan Bayu Angin Membawanya Kemari,
Mengalunkan Serelung Irama Mimpi Namun Sunyi Masih Bertali,
Diselindung Tabir Dinding Tidak Bertepi,
Sendiri Lagi.
Begitu Begini,
Masa Berganti Tidak Dipeduli,
Sedang Cita Dan Angan Mengejar Indah Pelangi,
Sebentar Cuma Dapat Ditatap Sebelum Sirna Membawa Diri,
Direjam Panas Mentari Tidak Terperi,
Sendiri Lagi.
Begitu Begini,
Ceritera Berkisar Seorang Insani,
Semoga Harap Dan Doa Bertandang Merungkai Sepi,
Agar Tugu Cinta Terbina Lalu Mengakar Kasih Terpateri,
Direnggut Amarah Cemburu Tidak Bersemi,
Sendiri Lagi.
Jumat, 25 Maret 2011
Sketsa Duniaku
Telah ku minta arah takdir lewat sebuah permohonan
Berharap Sang Maha Kuasa memberi persetujuan
Kemudian tiba pula saat ku untuk memulai perjalanan
Membawaku sampai dirumitnya liku penuh persimpangan
Sulit menggenggamkan tangan pada satu saja pilihan
Mengaburkan mata batin hingga bergelimang sejuta alasan
Sebenarnya ada bentuk sederhana dari urutan keinginan
Jelas terlihat ketika memalingkan hasrat akan kesempurnaan
Tapi bukan tamak atas kata sempurna itu yang jadi beban
Tiada merekah sesalku meski lahir membawa perbedaan
Salahkah jika tak kunjung henti ku perluas sketsa peta harapan
Mudahnya menghakimi bahwa segalanya jauh dari kemampuan
Aku tak pernah sedikitpun peduli pada wujud rentang impian
Yang melihat keterbatasan kemudian menjadikannya batasan
Mengapa tak pernah menempatkannya di ranah keistimewaan
Lembut menuang peluang hingga tumbuh jadi ladang kelebihan
Di dunia seperti itu aku ingin tetap tinggal dan merenda angan
Menempanya selayak nyata dengan semangat tak berkesudahan
Jauh dari mereka yang tak pernah mengerti makna keyakinan
Dan hanya bisa merendahkan dari yang tertangkap penglihatan
Berharap Sang Maha Kuasa memberi persetujuan
Kemudian tiba pula saat ku untuk memulai perjalanan
Membawaku sampai dirumitnya liku penuh persimpangan
Sulit menggenggamkan tangan pada satu saja pilihan
Mengaburkan mata batin hingga bergelimang sejuta alasan
Sebenarnya ada bentuk sederhana dari urutan keinginan
Jelas terlihat ketika memalingkan hasrat akan kesempurnaan
Tapi bukan tamak atas kata sempurna itu yang jadi beban
Tiada merekah sesalku meski lahir membawa perbedaan
Salahkah jika tak kunjung henti ku perluas sketsa peta harapan
Mudahnya menghakimi bahwa segalanya jauh dari kemampuan
Aku tak pernah sedikitpun peduli pada wujud rentang impian
Yang melihat keterbatasan kemudian menjadikannya batasan
Mengapa tak pernah menempatkannya di ranah keistimewaan
Lembut menuang peluang hingga tumbuh jadi ladang kelebihan
Di dunia seperti itu aku ingin tetap tinggal dan merenda angan
Menempanya selayak nyata dengan semangat tak berkesudahan
Jauh dari mereka yang tak pernah mengerti makna keyakinan
Dan hanya bisa merendahkan dari yang tertangkap penglihatan
Rabu, 23 Maret 2011
Bukan Untuk Ditangisi
Berpaling, coba terus sembunyikan wajah pucat pasi
Terlalu lama berebut dengan waktu demi sebuah obsesi
Takkan berpuas diri bila hanya ku tapaki satu dimensi
Sebab lumbung-lumbung mimpi belum jua penuh terisi
Duri yang merata dan melukai itu bukanlah untuk ditangisi
Harus terus melangkah, mengikuti arah dalam pandu intuisi
Biarkan getar perihnya kunikmati sampai di batasnya ilusi
Mungkin telah temui lagi titik tumpu hidup tuk lanjutkan rotasi
Ku buang patahan sebuah hati yang sisanya terus kukemasi
Tak inginkan ada percik dari suramnya tersisa tuk menghiasi
Menghapus jejak kepalsuan yang kala itu pernah terlintasi
Kini kembali kuterbangkan angan agar tak lagi bisa dibatasi
Lepas dan bebaslah asa ku, jangan lagi diam dibalik pintu besi
Dengar bahwa tak cukup satu nada tuk jadikan simfoni serasi
Sakit dari luka-luka itu hanya penggambaran singkat syair emosi
Temukan irama keindahanya agar bunyi sumbang kembali teratasi
Masih ada tangan hangat-Nya kan menguatkan pijak dari tiap sisi
Meniupkan hembus cinta sejati menutup luka sempurna terlapisi
Muram bukan lagi jawaban yang menanti di penghabisan narasi
Semakin meyakini bahwa segalaa takdir-Nya bukan untuk ditangisi
Terlalu lama berebut dengan waktu demi sebuah obsesi
Takkan berpuas diri bila hanya ku tapaki satu dimensi
Sebab lumbung-lumbung mimpi belum jua penuh terisi
Duri yang merata dan melukai itu bukanlah untuk ditangisi
Harus terus melangkah, mengikuti arah dalam pandu intuisi
Biarkan getar perihnya kunikmati sampai di batasnya ilusi
Mungkin telah temui lagi titik tumpu hidup tuk lanjutkan rotasi
Ku buang patahan sebuah hati yang sisanya terus kukemasi
Tak inginkan ada percik dari suramnya tersisa tuk menghiasi
Menghapus jejak kepalsuan yang kala itu pernah terlintasi
Kini kembali kuterbangkan angan agar tak lagi bisa dibatasi
Lepas dan bebaslah asa ku, jangan lagi diam dibalik pintu besi
Dengar bahwa tak cukup satu nada tuk jadikan simfoni serasi
Sakit dari luka-luka itu hanya penggambaran singkat syair emosi
Temukan irama keindahanya agar bunyi sumbang kembali teratasi
Masih ada tangan hangat-Nya kan menguatkan pijak dari tiap sisi
Meniupkan hembus cinta sejati menutup luka sempurna terlapisi
Muram bukan lagi jawaban yang menanti di penghabisan narasi
Semakin meyakini bahwa segalaa takdir-Nya bukan untuk ditangisi
Jumat, 18 Maret 2011
Hanya Cinta-Mu
Aku begitu mahir menjamu dan memberi peluk
Pada perih yang selalu bertandang dalam lubuk
Tertawa bersama kesakitan tanpa harus terpuruk
Membebaskan kelam leluasa menampakkan bentuk
Gambarkanlah apa lagi perihal yang lebih buruk
Tetap akan setia kubawa jiwa ini patuh tertunduk
Menyatukan satu per satu pecahan kecil petunjuk
Yang Kau tebar di antara aliran duka nan menusuk
Tak kan keluhkan deras linangan basahi pelupuk
Tidak pula kan berkesah bila jalanku terjal berliuk
Tatapi mohon jangan Engkau biarkan hatiku takluk
Pada semu pemujaan cinta untuk sesama makhluk
Terasa lebih indah sekalipun segenap diri remuk
Di pusara kehidupan dengan Kasih-Mu tuk direguk
Wahai Kekasih Sejati pemberi damai juga penyejuk
Jauhkan hasratku dari manisnya cinta fana penuh bujuk
Dikeheningan kujabarkan harap agar tak hanya jadi tajuk
Melengkapi peraduanku kapada-Mu dalam doa-doa khusyu'
Kutitipkan jua segala kegalauan, dilingkar-Mu lutut menekuk
Menyampaikan pinta biar hanya murni cinta-Mu yang ku teguk
Pada perih yang selalu bertandang dalam lubuk
Tertawa bersama kesakitan tanpa harus terpuruk
Membebaskan kelam leluasa menampakkan bentuk
Gambarkanlah apa lagi perihal yang lebih buruk
Tetap akan setia kubawa jiwa ini patuh tertunduk
Menyatukan satu per satu pecahan kecil petunjuk
Yang Kau tebar di antara aliran duka nan menusuk
Tak kan keluhkan deras linangan basahi pelupuk
Tidak pula kan berkesah bila jalanku terjal berliuk
Tatapi mohon jangan Engkau biarkan hatiku takluk
Pada semu pemujaan cinta untuk sesama makhluk
Terasa lebih indah sekalipun segenap diri remuk
Di pusara kehidupan dengan Kasih-Mu tuk direguk
Wahai Kekasih Sejati pemberi damai juga penyejuk
Jauhkan hasratku dari manisnya cinta fana penuh bujuk
Dikeheningan kujabarkan harap agar tak hanya jadi tajuk
Melengkapi peraduanku kapada-Mu dalam doa-doa khusyu'
Kutitipkan jua segala kegalauan, dilingkar-Mu lutut menekuk
Menyampaikan pinta biar hanya murni cinta-Mu yang ku teguk
Kamis, 10 Maret 2011
Saat Ku Di Relung Hati
by Muhammad Shahid Boy Ahmad
Saat Ku Bungkam Menaut Sunyi,
Hadirmu Mengenyah Lembaran Sepi,
Mendesir Citra Sukma Kembali,
Berbaur Harap Di Lembah Syurgawi.
Bila Lafaz Bertunas Cita,
Disulam Pekerti Budi Bahasa,
Diselang Hormat Bertimbang Rasa,
Agar Bahagia Bisa Tercipta.
Biar Jauh Dari Pandangan,
Terasa Dekat Di Benak Fikiran,
Bersatu Dalam Kamar Keinginan,
Menitip Doa Pada Ar-Rahman.
Direlung Rindu Pada Pertemuan,
Menebar Impian Pada Ikatan,
Mengukuh Faham Membaja Hubungan,
Agar Bersemi Kasih Berpanjangan.
Saat Ku Bungkam Menaut Sunyi,
Hadirmu Mengenyah Lembaran Sepi,
Mendesir Citra Sukma Kembali,
Berbaur Harap Di Lembah Syurgawi.
Bila Lafaz Bertunas Cita,
Disulam Pekerti Budi Bahasa,
Diselang Hormat Bertimbang Rasa,
Agar Bahagia Bisa Tercipta.
Biar Jauh Dari Pandangan,
Terasa Dekat Di Benak Fikiran,
Bersatu Dalam Kamar Keinginan,
Menitip Doa Pada Ar-Rahman.
Direlung Rindu Pada Pertemuan,
Menebar Impian Pada Ikatan,
Mengukuh Faham Membaja Hubungan,
Agar Bersemi Kasih Berpanjangan.
Sering
by Muhammad Shahid Boy Ahmad
Sering Bergetar Jiwa Terpalu,
Sering Bergenang Banjir Di Kalbu,
Sering Mengaduh Mengimbau Dedalu,
Sering Tersayat Kembali Lukamu.
Sering Rindu Datang Bertamu,
Sering Sepi Merenung Termangu,
Sering Harap Kepingin Bertemu,
Sering Nyanyuk Tak Ketahuan Waktu.
Sering Gundah Oleh Rajukmu,
Sering Tersipu Mengundang Malu,
Sering Geram Dibikin Keletahmu,
Sering Berbunga Kasih Padamu.
Kita Merangka ALLAH Juga Jadi Penentu...
Sering Bergetar Jiwa Terpalu,
Sering Bergenang Banjir Di Kalbu,
Sering Mengaduh Mengimbau Dedalu,
Sering Tersayat Kembali Lukamu.
Sering Rindu Datang Bertamu,
Sering Sepi Merenung Termangu,
Sering Harap Kepingin Bertemu,
Sering Nyanyuk Tak Ketahuan Waktu.
Sering Gundah Oleh Rajukmu,
Sering Tersipu Mengundang Malu,
Sering Geram Dibikin Keletahmu,
Sering Berbunga Kasih Padamu.
Kita Merangka ALLAH Juga Jadi Penentu...
Minggu, 06 Maret 2011
SEBUAH PENGAKUAN
Untukmu, pribadi yang dianugrahi kelembutan
Betapa ingin kusampaikan sebuah pengakuan
Tentang beruntunnya rasa jiwa telah tertawan
Hanya ucapku saja yang masih tetap tertahan
Tak sanggup menjadikannya indah dalam ungkapan
Tiada daya menyusunnya sebagai satu santun lisan
Berat berkata bukan karna tak mengerti
Isyarat yang kau beri tuk kembali buka hati
Tidak pula karna penggalan silam masih berarti
Bukan lagi demi dirinya kesetiaanku kini menanti
Asa yang kupunya padanya sudah sepenuhnya mati
Sejak suci luahan rasa yang ku jaga berkali dikhianati
Andai benar masih ada kenangan dirinya tersisa
Hanya berisikan hari-hari dimana batinku tersiksa
Sungguh telah kurelakan cinta untuknya binasa
Ketika hadirmu menuntunku pada kasih luar biasa
Membenahi remuknya hati ditangan Sang Maha Kuasa
Menunjukkan jalan bagi damai sejati yang kini kurasa
Wahai insan yang slalu dalam ketaatan diri terbalut
Maafkanlah aku andai benar tebersit perasaan takut
Memulai kisah baru jika akhirnya kembali terenggut
Biar hanya di sela kebekuan lisan ini cintamu ku sambut
Bila nanti di atas indah suratan-Nya hidup kita terpaut
Akan ku rangkai kasih ku padamu dalam tutur saling bertaut
Betapa ingin kusampaikan sebuah pengakuan
Tentang beruntunnya rasa jiwa telah tertawan
Hanya ucapku saja yang masih tetap tertahan
Tak sanggup menjadikannya indah dalam ungkapan
Tiada daya menyusunnya sebagai satu santun lisan
Berat berkata bukan karna tak mengerti
Isyarat yang kau beri tuk kembali buka hati
Tidak pula karna penggalan silam masih berarti
Bukan lagi demi dirinya kesetiaanku kini menanti
Asa yang kupunya padanya sudah sepenuhnya mati
Sejak suci luahan rasa yang ku jaga berkali dikhianati
Andai benar masih ada kenangan dirinya tersisa
Hanya berisikan hari-hari dimana batinku tersiksa
Sungguh telah kurelakan cinta untuknya binasa
Ketika hadirmu menuntunku pada kasih luar biasa
Membenahi remuknya hati ditangan Sang Maha Kuasa
Menunjukkan jalan bagi damai sejati yang kini kurasa
Wahai insan yang slalu dalam ketaatan diri terbalut
Maafkanlah aku andai benar tebersit perasaan takut
Memulai kisah baru jika akhirnya kembali terenggut
Biar hanya di sela kebekuan lisan ini cintamu ku sambut
Bila nanti di atas indah suratan-Nya hidup kita terpaut
Akan ku rangkai kasih ku padamu dalam tutur saling bertaut
Jumat, 04 Maret 2011
BERBEDA CARAMU
Berbeda, caramu mengayun pena
Lebih dari sekedar sketsa sederhana
Yang tertulis di relungku penuh makna
Merayu noktah pilu itu tuk segera sirna
Bagi kuncup senyum perlahan merekah
Menjadi guratan termanis di garis wajah
Menguatkan bahwa suram telah kalah
Tak hanya sejenis warna yang kau pakai
Menyatukan semangatku yang hampir berai
Kupikir dimatinya segenap hati aku telah sampai
Namun kau beri alasan tuk sekali lagi mencintai
Entah pantaskah aku mendiami tempat itu
Mendekatkan asa ku padamu coba menyatu
Setelah lama kubiarkan luka membenalu membatu
Tanpa peduli berapa butir yang jatuh dari pasir waktu
Cukuplah untukku menyaksikan berbeda caramu
Menggores bait bahagia sejak awal kita bertemu
Hingga bila nanti harus ku tutup buku hidup tanpamu
Tetap sempurna syukurku pernah mengenal cintamu
Kamis, 03 Maret 2011
NYATAKAH KEINDAHAN CINTA
Apa lagi yang dapat ku bawa sebagai berita
Sedang lidah terlalu kaku dalam mengurai kata
Sudah berulang permainan logika tak tertata
Begitu saja mereka menyebutnya sebagai cinta
Dikisahkan bahwa rasa itu keelokan yang merata
Kemudian bagaimana ku akui bahwa itu nyata
Jika yang pernah ku sapa dijalannya hanya airmata
Dan tentang duka saja peri-peri kecilnya bercerita
Lalu, dimana janji akan adanya pesona kilau permata
Bila hanya kemurungan atas langit yang menggurita
Di tiap tikunganya hanya ada percik kecil yang tercipta
Sudah tentu tak kan pernah cukup di sulut jadi pelita
Benarkah terangkum sajak-sajak keindahan dalam cinta
Yang kan kutemui di akhir sudut hati terbias oleh mata
Atau sekedar sonandung pilu penghantar riuh tiupan derita
Menjadikan padam lentera, kembali pada kembaran gulita
Mengertilah bahwa lisan ini sudah semakin terbata-bata
Sebab acap kali merekam kepalsuan hati semu semata
Hari-hari di masa itu mengajariku untuk tak lagi berpesta
Dengan iringan musik yang mengalunkan melodi cinta
Maka ketika ketemui ruang kosong aku berdiam bak petapa buta
Bersama kesunyian, membiarkan begitu banyak waktu tersita
Tak terdengar di bacakannya rasa itu dalam sebentuk soneta
Bahkan tak mampu mengejanya meski hanya satu aksara dari cinta
Sedang lidah terlalu kaku dalam mengurai kata
Sudah berulang permainan logika tak tertata
Begitu saja mereka menyebutnya sebagai cinta
Dikisahkan bahwa rasa itu keelokan yang merata
Kemudian bagaimana ku akui bahwa itu nyata
Jika yang pernah ku sapa dijalannya hanya airmata
Dan tentang duka saja peri-peri kecilnya bercerita
Lalu, dimana janji akan adanya pesona kilau permata
Bila hanya kemurungan atas langit yang menggurita
Di tiap tikunganya hanya ada percik kecil yang tercipta
Sudah tentu tak kan pernah cukup di sulut jadi pelita
Benarkah terangkum sajak-sajak keindahan dalam cinta
Yang kan kutemui di akhir sudut hati terbias oleh mata
Atau sekedar sonandung pilu penghantar riuh tiupan derita
Menjadikan padam lentera, kembali pada kembaran gulita
Mengertilah bahwa lisan ini sudah semakin terbata-bata
Sebab acap kali merekam kepalsuan hati semu semata
Hari-hari di masa itu mengajariku untuk tak lagi berpesta
Dengan iringan musik yang mengalunkan melodi cinta
Maka ketika ketemui ruang kosong aku berdiam bak petapa buta
Bersama kesunyian, membiarkan begitu banyak waktu tersita
Tak terdengar di bacakannya rasa itu dalam sebentuk soneta
Bahkan tak mampu mengejanya meski hanya satu aksara dari cinta
Rabu, 02 Maret 2011
SAAT HARAP MAKIN PIPIH
Sering kali angan hati dan alam nyata berselisih
Lumpuhkan smua hasrat jiwa dalam lautan perih
Bukan tak mungkin bongkahan harap makin pipih
Hingga dunia pun hampir mendengarku merintih
Sekejap tersadar tiada guna menggaungkan sedih
Cukup menguntainya di butir-butir doa nan lirih
Meski tak jua memungkiri selimut kelam belum teralih
Tidak pula menyangkali tajamnya uji terasa kian pedih
Biar seribu duka semakin berat menerpa dan menindih
Enggan terhenti bila bukan di peluk Sang Maha Pengasih
Airmata mungkin saja menggenang bak telaga tanpa buih
Namun impian tinggi menggelayut itu telah lama ku pilih
Jadi utamanya tujuan yang tiada pantang tuk di raih
Walau sedikit sisa dari kekuatan, habis terkoyak letih
Luka atas dera cerca masih terasa sakit dan belum pulih
Hanya akan terobati jika terwujud mimpi oleh diri yang gigih
Lumpuhkan smua hasrat jiwa dalam lautan perih
Bukan tak mungkin bongkahan harap makin pipih
Hingga dunia pun hampir mendengarku merintih
Sekejap tersadar tiada guna menggaungkan sedih
Cukup menguntainya di butir-butir doa nan lirih
Meski tak jua memungkiri selimut kelam belum teralih
Tidak pula menyangkali tajamnya uji terasa kian pedih
Biar seribu duka semakin berat menerpa dan menindih
Enggan terhenti bila bukan di peluk Sang Maha Pengasih
Airmata mungkin saja menggenang bak telaga tanpa buih
Namun impian tinggi menggelayut itu telah lama ku pilih
Jadi utamanya tujuan yang tiada pantang tuk di raih
Walau sedikit sisa dari kekuatan, habis terkoyak letih
Luka atas dera cerca masih terasa sakit dan belum pulih
Hanya akan terobati jika terwujud mimpi oleh diri yang gigih
Selasa, 01 Maret 2011
KUPASTIKAN HATIMU
By: Arista Putra
Bukan tentang cinta yang hendak kusampaikan
Bukan pula dendang patah hati
Anggap saja kewajaranku terhadapmu
Tentang rayuan bserta asa di lubuk jiwa
Engkau yang terduduk diantara buritan kapal
Telah kukagumi engkau dari teluk nun jauh
Pernah terpandang wajahmu dari balik layar kapalku
Hingga mengajak ombak bergulung hendak menarikku
Aku datang bersambut awan putih
Kedatanganku dengan seutas tali tambang
Dan telah kuikatkan pada ujung buritan tempatmu berdiam
Agar kudengar hatimu dari parasmu
Pasir laut ini berbutir putih
Airnya berbuih putih pula
Tak mampu aku merubah putihnya
Seolah hatimu yang telah bersatu dengan sikapmu
Akupun terima itu dengan kewajaran
Keelokan parasmu takkan pernah kugugat
Karena lautan inipun berparas elok
Namun engkaulah yang mampu membahagiakan hati
Tak segan kupandang tanganmu
Yang terus terkepal seolah menggenggam mutiara
Hingga kusadarkan engkau pada lamunanmu
Sampai engkau tersenyum pada keindahan kapalku
Sudah lama aku arungi lautan
Sehingga akupun tahu bagaimana engkau terdiam
Akupun tahu bagaimana engkau kan tersenyum
Karena perjalananku tidaklah lancar
Terkadang dalam kisahku, ombak yang menerjang merobek layar kapalku
Dan terkadang pula sekumpulan ikan mengawalku ke seberang
Hingga kuceritakan perjalananku ke negeri duyung
Namun itu takkan pernah lengkap tanpa kisahmu
Aku tahu engkau dari suratan ombak
Seorang gadis yang juga menyukai lautan
Seorang gadis didalam pulau tak bernama dengan pepohonan yang berbuah manis
Seorang gadis yang pernah merasakan terjalnya karang di waktu surut
Namun takkan kupercaya melainkan dari ucapmu semata
Karena aku tahu kejujuran terletak di jantungmu
Dan telah kurasakan kelembutan itu sejak aku melihatmu
Aku terima apa saja luka yang telah membekas hingga kulitmu
Inilah aku dalam bayanganku dan mungkin saja hatimu
Seorang pria yang tak tahu mengapa kubentangkan sutra di singgasanamu
Hingga hanya berharap kau hamparkan katun kearahku
Hanya dengan iklas aku bersua dan hanya dengan layar aku taklukkan ombak
Entah apakah kau mau menjadikan tanahmu tempat singgah kapalku
Entah itu beberapa atau selamanya
Namun akan kutunggu sampai hatimu berkata
Walaupun bgitu, Siang malam kan kujaga persinggahanmu hingga aman bagimu
Bukan tentang cinta yang hendak kusampaikan
Bukan pula dendang patah hati
Anggap saja kewajaranku terhadapmu
Tentang rayuan bserta asa di lubuk jiwa
Engkau yang terduduk diantara buritan kapal
Telah kukagumi engkau dari teluk nun jauh
Pernah terpandang wajahmu dari balik layar kapalku
Hingga mengajak ombak bergulung hendak menarikku
Aku datang bersambut awan putih
Kedatanganku dengan seutas tali tambang
Dan telah kuikatkan pada ujung buritan tempatmu berdiam
Agar kudengar hatimu dari parasmu
Pasir laut ini berbutir putih
Airnya berbuih putih pula
Tak mampu aku merubah putihnya
Seolah hatimu yang telah bersatu dengan sikapmu
Akupun terima itu dengan kewajaran
Keelokan parasmu takkan pernah kugugat
Karena lautan inipun berparas elok
Namun engkaulah yang mampu membahagiakan hati
Tak segan kupandang tanganmu
Yang terus terkepal seolah menggenggam mutiara
Hingga kusadarkan engkau pada lamunanmu
Sampai engkau tersenyum pada keindahan kapalku
Sudah lama aku arungi lautan
Sehingga akupun tahu bagaimana engkau terdiam
Akupun tahu bagaimana engkau kan tersenyum
Karena perjalananku tidaklah lancar
Terkadang dalam kisahku, ombak yang menerjang merobek layar kapalku
Dan terkadang pula sekumpulan ikan mengawalku ke seberang
Hingga kuceritakan perjalananku ke negeri duyung
Namun itu takkan pernah lengkap tanpa kisahmu
Aku tahu engkau dari suratan ombak
Seorang gadis yang juga menyukai lautan
Seorang gadis didalam pulau tak bernama dengan pepohonan yang berbuah manis
Seorang gadis yang pernah merasakan terjalnya karang di waktu surut
Namun takkan kupercaya melainkan dari ucapmu semata
Karena aku tahu kejujuran terletak di jantungmu
Dan telah kurasakan kelembutan itu sejak aku melihatmu
Aku terima apa saja luka yang telah membekas hingga kulitmu
Inilah aku dalam bayanganku dan mungkin saja hatimu
Seorang pria yang tak tahu mengapa kubentangkan sutra di singgasanamu
Hingga hanya berharap kau hamparkan katun kearahku
Hanya dengan iklas aku bersua dan hanya dengan layar aku taklukkan ombak
Entah apakah kau mau menjadikan tanahmu tempat singgah kapalku
Entah itu beberapa atau selamanya
Namun akan kutunggu sampai hatimu berkata
Walaupun bgitu, Siang malam kan kujaga persinggahanmu hingga aman bagimu
DIAM
By Muhammad Shahid Boy Ahmad
Diam Tak Bererti Ku Tidak Mengerti,
Diam Tak Bererti Ku Tidak Peduli,
Diam Tak Bererti Ku Biar Dirimu Sendiri.
Diamku Bukan Kerna Marah,
Diamku Bukan Kerna Rajuk,
Diamku Bukan Kerna Apa...
Kerna Diam Lebih Baik Bagiku...
Diam Tak Bererti Ku Tidak Mengerti,
Diam Tak Bererti Ku Tidak Peduli,
Diam Tak Bererti Ku Biar Dirimu Sendiri.
Diamku Bukan Kerna Marah,
Diamku Bukan Kerna Rajuk,
Diamku Bukan Kerna Apa...
Kerna Diam Lebih Baik Bagiku...
Langganan:
Postingan (Atom)
Senandung Rindu untuk Ibu
Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...
-
Senja yang terbakar oleh uap panas matahari mematikan daun daun mungilku burungpun enggan singgah di dahannya yang batu pucat maya bayan...
-
Oh Cinta... Aku dengar keluh kesahmu dalam wahana yang begitu sempit Duniamu tersangkut pada khayangan dilema Ingin menari, tapi kata hat...
-
Oleh Pakde Azir Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad atau cukup dengan nama pena-nya Raja Ali Haji (lahir di Selangor, 1808 — meninggal di ...