Jumat, 27 Juli 2012

DOKUMENTASI PUISI EMHA AINUN NADJIB

oleh Pakde Azir
Emha Ainun Nadjib (lahir di Jombang, Jawa Timur, 27 Mei 1953) adalah seorang tokoh intelektual yang mengusung nafas Islami di Indonesia. Ia anak keempat dari 15 bersaudara. Pendidikan formalnya hanya berakhir di Semester 1 Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada. Sebelumnya dia pernah ‘diusir’ dari Pondok Modern Gontor Ponorogo karena melakukan ‘demo’ melawan pemerintah pada pertengahan tahun ketiga studinya, kemudian pindah ke Yogya dan tamat SMA Muhammadiyah I. Istrinya yang sekarang, Novia Kolopaking, dikenal sebagai seniman film, panggung, serta penyanyi.
Lima tahun hidup menggelandang di Malioboro, Yogyakarta antara 1970-1975 ketika belajar sastra kepada guru yang dikaguminya, Umbu Landu Paranggi, seorang sufi  yang hidupnya misterius dan sangat mempengaruhi perjalanan Emha.
Selain itu ia juga pernah mengikuti lokakarya teater di Filipina (1980), International Writing Program di Universitas Iowa, Amerika Serikat (1984), Festival Penyair Internasional di Rotterdam, Belanda (1984) dan Festival Horizonte III di Berlin Barat, Jerman (1985).
Dalam kesehariannya, Emha terjun langsung di masyarakat dan melakukan aktivitas-aktivitas yang merangkum dan memadukan dinamika kesenian, agama, pendidikan politik, sinergi ekonomi guna menumbuhkan potensialitas rakyat. Di samping aktivitas rutin bulanan dengan komunitas Masyarakat Padhang mBulan,  ia juga berkeliling ke berbagai wilayah nusantara, rata-rata 10-15 kali per bulan bersama Gamelan Kiai Kanjeng,  dan rata-rata 40-50 acara massal yang umumnya dilakukan di area luar gedung. Selain itu ia juga menyelenggarakan acara-acara bersama Jamaah Maiyah Kenduri Cinta  sejak tahun 1990-an yang dilaksanakan di Taman Ismail Marzuki. Kenduri Cinta adalah salah satu forum silaturahmi budaya dan kemanusiaan yang dikemas sangat terbuka, non-partisan, ringan dan dibalut dalam gelar kesenian lintas gender, yang diadakan di Jakarta setiap satu bulan sekali dan sudah beralngsung lebih dari 10 tahun.
Di kota lain juga masih mempunyai agenda rutin bulanan seperti Mocopat Syafaat  Yogyakarta, Padhang mBulan  Jombang, Gambang Syafaat  Semarang, Bangbang Wetan  Surabaya, Paparandang Ate  Mandar, Maiyah Baradah Sidoarjo, dan masih ada beberapa lain yang bersifat tentative namun sering seperti di Bandung, Obro Ilahi  Malang, Hongkong dan Bali.
Dalam pertemuan-pertemuan sosial itu ia melakukan berbagai dekonstruksi pemahaman atas nilai-nilai, pola-pola komunikasi, metoda perhubungan kultural, pendidikan cara berpikir, serta pengupayaan solusi-solusi masalah masyarakat.


ANTARA TIGA KOTA


di yogya aku lelap tertidur

angin di sisiku mendengkur

seluruh kota pun bagai dalam kubur
pohon-pohon semua mengantuk
di sini kamu harus belajar berlatih
tetap hidup sambil mengantuk
kemanakah harus kuhadapkan muka
agar seimbang antara tidur dan jaga ?
Jakrta menghardik nasibku
melecut menghantam pundakku
tiada ruang bagi diamku
matahari memelototiku
bising suaranya mencampakkanku
jatuh bergelut debu
kemanakah harus juhadapkan muka
agar seimbang antara tidur dan jaga
surabaya seperti ditengahnya
tak tidur seperti kerbau tua
tak juga membelalakkan mata
tetapi di sana ada kasihku
yang hilang kembangnya
jika aku mendekatinya
kemanakah haru kuhadapkan muka
agar seimbang antara tidur dan jaga ?

BEGITU ENGKAU BERSUJUD


Begitu engakau bersujud, terbangunlah ruang yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid

Setiap kali engkau bersujud, setiap kali pula telah engkau dirikan masjid

Wahai, betapa menakjubkan, berapa ribu masjid telah kau bengun selama hidupmu?
Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu meninggi, menembus langit, memasuki alam makrifat
Setiap gedung, rumah, bilik atau tanah, seketika bernama masjid, begitu engkau tempati untuk bersujud
Setiap lembar rupiah yang kau sodorkan kepada ridha Tuhan, menjelma jadi sajadah kemuliaan
Setiap butir beras yang kau tanak dan kau tuangkan ke piring ke-ilahi-an, menjadi se-rakaat sembahyang
Dan setiap tetes air yang kau taburkan untuk cinta kasih ke-Tuhan-an, lahir menjadi kumandang suara adzan
Kalau engkau bawa badanmu bersujud, engkaulah masjid
Kalau engkau bawa matamu memandang yang dipandang Allah, engkaulah kiblat
Kalau engkau pandang telingamu mendengar yang didengar Allah, engkaulah tilawah suci
Dan kalau derakkan hatimu mencintai yang dicintai Allah, engkaulah ayatullah
Ilmu pengetahuan bersujud, pekerjaanmu bersujud, karirmu bersujud, rumah tanggamu bersujud, sepi dan ramaimu bersujud, duka deritamu bersujud
menjadilah engkau masjid

DARI BENTANGAN LANGIT


Dari bentangan langit yang semu

Ia, kemarau itu, datang kepadamu

Tumbuh perlahan. Berhembus amat panjang
Menyapu lautan. Mengekal tanah berbongkahan
menyapu hutan !
Mengekal tanah berbongkahan !
datang kepadamu, Ia, kemarau itu
dari Tuhan, yang senantia diam
dari tangan-Nya. Dari Tangan yang dingin dan tak menyapa
yang senyap. Yang tak menoleh barang sekejap.


DITANYAKAN KEPADANYA


Ditanyakan kepadanya siapakah pencuri

Jawabnya: ialah pisang yang berbuah mangga

Tak demikian Allah menata
Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya siapakah penumpuk harta
Jawabnya: ialah matahari yang tak bercahaya
Tak demikian sunnatullah berkata
Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya siapakah pemalas
Jawabnya: bumi yang memperlambat waktu edarnya
Menjadi kacaulah sistem alam semesta
Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya siapakah penindas
Jawabnya: ialah gunung berapi masuk kota
Dilanggarnya tradisi alam dan manusia
Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya siapa pemanja kebebasan
Ialah burung terbang tinggi menuju matahari
Burung Allah tak sedia bunuh diri
Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya siapa orang lalai
Ialah siang yang tak bergilir ke malam hari
Sedangkan Allah sedemikian rupa mengelola
Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya siapa orang ingkar
Ialah air yang mengalir ke angkasa
Padahal telah ditetapkan hukum alam benda
Maka berdusta ia
Kemudian siapakah penguasa yang tak memimpin
Ialah benalu raksasa yang memenuhi ladang
Orang wajib menebangnya
Agar tak berdusta ia
Kemudian siapakah orang lemah perjuangan
Ialah api yang tak membakar keringnya dedaunan
Orang harus menggertak jiwanya
Agar tak berdusta ia
Kemudian siapakah pedagang penyihir
Ialah kijang kencana berlari di atas air
Orang harus meninggalkannya
Agar tak berdusta ia
Adapun siapakah budak kepentingan pribadi
Ialah babi yang meminum air kencingnya sendiri
Orang harus melemparkan batu ke tengkuknya
Agar tak berdusta ia
Dan akhirnya siapakah orang tak paham cinta
Ialah burung yang tertidur di kubangan kerbau
Nyanyikan puisi di telinganya
Agar tak berdusta ia

DOA SEHELAI DAUN KERING


Jangankan suaraku, ya ‘Aziz

Sedangkan firmanMupun diabaikan

Jangankan ucapanku, ya Qawiy
Sedangkan ayatMupun disepelekan
Jangankan cintaku, ya Dzul Quwwah
Sedangkan kasih sayangMupun dibuang
Jangankan sapaanku, ya Matin
Sedangkan solusi tawaranMupun diremehkan
Betapa naifnya harapanku untuk diterima oleh mereka
Sedangkan jasa penciptaanMupun dihapus
Betapa lucunya dambaanku untuk didengarkan oleh mereka
Sedangkan kitabMu diingkari oleh seribu peradaban
Betapa tidak wajar aku merasa berhak untuk mereka hormati
Sedangkan rahman rahimMu diingat hanya sangat sesekali
Betapa tak masuk akal keinginanku untuk tak mereka sakiti
Sedangkan kekasihMu Muhammad dilempar batu
Sedangkan IbrahimMu dibakar
Sedangkan YunusMu dicampakkan ke laut
Sedangkan NuhMu dibiarkan kesepian
Akan tetapi wahai Qadir Muqtadir
Wahai Jabbar Mutakabbir
Engkau Maha Agung dan aku kerdil
Engkau Maha Dahsyat dan aku picisan
Engkau Maha Kuat dan aku lemah
Engkau Maha Kaya dan aku papa
Engkau Maha Suci dan aku kumuh
Engkau Maha Tinggi dan aku rendah serendah-rendahnya
Akan tetapi wahai Qahir wahai Qahhar
Rasul kekasihMu ma’shum dan aku bergelimang hawaĆ­
Nabi utusanmu terpelihara sedangkan aku terjerembab-jerembab
Wahai Mannan wahai Karim
Wahai Fattah wahai Halim
Aku setitik debu namun bersujud kepadaMu
Aku sehelai daun kering namun bertasbih kepadaMu
Aku budak yang kesepian namun yakin pada kasih sayang dan pembelaanMu

I K R A R


Di dalam sinar-Mu

Segala soal dan wajah dunia

Tak menyebabkan apa-apa
Aku sendirilah yang menggerakkan laku
Atas nama-Mu
Kuambil sikap, total dan tuntas
maka getaranku
Adalah getaran-Mu
lenyap segala dimensi
baik dan buruk, kuat dan lemah
Keutuhan yang ada
Terpelihara dalam pasrah dan setia
Menangis dalam tertawa
Bersedih dalam gembira
Atau sebaliknya
tak ada kekaguman, kebanggaan, segala belenggu
Mulus dalam nilai satu
Kesadaran yang lebih tinggi
Mengatasi pikiran dan emosi
menetaplah, berbahagialah
Demi para tetangga
tetapi di dalam kamu kosong
Ialah wujud yang tak terucapkan, tak tertuliskan
Kugenggam kamu
Kau genggam aku
Jangan sentuh apapun
Yang menyebabkan noda
Untuk tidak melepaskan, menggenggam lainnya
Berangkat ulang jengkal pertama

KETIKA ENGKAU BERSEMBAHYANG


Ketika engkau bersembahyang

Oleh takbirmu pintu langit terkuakkan

Partikel udara dan ruang hampa bergetar
Bersama-sama mengucapkan Allahu akbar
Bacaan Al-Fatihah dan surah
Membuat kegelapan terbuka matanya
Setiap doa dan pernyataan pasrah
Membentangkan jembatan cahaya
Tegak tubuh alifmu mengakar ke pusat bumi
Ruku’ lam badanmu memandangi asal-usul diri
Kemudian mim sujudmu menangis
Di dalam cinta Allah hati gerimis
Sujud adalah satu-satunya hakekat hidup
Karena perjalanan hanya untuk tua dan redup
Ilmu dan peradaban takkan sampai
Kepada asal mula setiap jiwa kembali
Maka sembahyang adalah kehidupan ini sendiri
Pergi sejauh-jauhnya agar sampai kembali
Badan diperas jiwa dipompa tak terkira-kira
Kalau diri pecah terbelah, sujud mengutuhkannya
Sembahyang di atas sajadah cahaya
Melangkah perlahan-lahan ke rumah rahasia
Rumah yang tak ada ruang tak ada waktunya
Yang tak bisa dikisahkan kepada siapapun
Oleh-olehmu dari sembahyang adalah sinar wajah
Pancaran yang tak terumuskan oleh ilmu fisika
Hatimu sabar mulia, kaki seteguh batu karang
Dadamu mencakrawala, seluas ‘arasy sembilan puluh sembilan

KITA MASUKI PASAR RIBA


Kita masuki pasar riba

Medan perang keserakahan

Seperti ikan dalam air tenggelam
Tak bisa ambil jarak
Tak tahu langit
Ke kiri dosa ke kanan dusta
Bernapas air
Makan minum air
Darah riba mengalir
Kita masuki pasar riba
Menjual diri dan Tuhan
Untuk membeli hidup yang picisan
Telanjur jadi uang recehan
Dari putaran riba politik dan ekonomi
Sistem yang membunuh sebelum mati
Siapakah kita ?
Wajah tak menentu jenisnya
Tiap saat berganti nama
Tegantung kepentingannya apa
Tergantung rugi atu laba
Kita pilih kepada siapa tertawa

KUDEKAP KUSAYANG-SAYANG


Kepadamu kekasih kupersembahkan segala api keperihan di dadaku ini demi cintaku kepada semua manusia

Kupersembahkan kepadamu sirnanya seluruh kepentingan diri dalam hidup demi mempertahankan kemesraan rahasia, yang teramat menyakitkan ini, denganmu

Terima kasih engkau telah pilihkan bagiku rumah persemayaman dalam jiwa remuk redam hamba-hambamu
Kudekap mereka, kupanggul, kusayang-sayang, dan ketika mereka tancapkan pisau ke dadaku, mengucur darah dari mereka sendiri, sehingga bersegera aku mengusapnya, kusumpal, kubalut dengan sobekan-sobekan bajuku
Kemudian kudekap ia, kupanggul, kusayang-sayang, kupeluk, kugendong-gendong, sampai kemudian mereka tancapkan lagi pisau ke punggungku, sehingga mengucur lagi darah batinnya, sehingga aku bersegera mengusapnya, kusumpal, kubalut dengan sobekan-sobekan bajuku, kudekap, kusayang-sayang.

MEMECAH MENGUTUHKAN


Kerja dan fungsi memecah manusia

Sujud sembahyang mengutuhkannya

Ego dan nafsu menumpas kehidupan
Oleh cinta nyawa dikembalikan
Lengan tanganmu tanggal sebelah
Karena siang hari politik yang gerah
Deru mesin ekonomi membekukan tubuhmu
Cambuk impian membuat jiwamu jadi hantu
Suami dan istri tak saling mengabdi
Tak mengalahkan atau memenangi
Keduanya adalah sahabat bergandengan tangan
Bersama-sama mengarungi jejak Tuhan
Kalau berpacu mempersaingkan hari esok
Jangan lupakan cinta di kandungan cakrawala
Kalau cemas karena diiming-imingi tetangga
Berkacalah pada sunyi di gua garba rahasia

SEPENGGAL PUISI CAK NUN


sayang sayang kita tak tau kemana pergi

tak sanggup kita dengarkan suara yang sejati

langkah kita mengabdi pada kepentingan nafsu sendiri
yang bisa kita pandang hanya kepentingan sendiri
loyang disangka emas emasnya di buang buang
kita makin buta yang mana utara yang mana selatan
yang kecil dibesarkan yang besar di remehkan
yang penting disepelekan yang sepele diutamakan
Allah Allah betapa busuk hidup kami
dan masih akan membusuk lagi
betapa gelap hari di depan kami
mohon ayomilah kami yang kecil ini

SERIBU MASJID SATU JUMLAHNYA


Satu

Masjid itu dua macamnya

Satu ruh, lainnya badan
Satu di atas tanah berdiri
Lainnya bersemayam di hati
Tak boleh hilang salah satunya
Kalau ruh ditindas, masjid hanya batu
Kalau badan tak didirikan, masjid hanya hantu
Masing-masing kepada Tuhan tak bisa bertamu

Dua

Masjid selalu dua macamnya

Satu terbuat dari bata dan logam
Lainnya tak terperi
Karena sejati

Tiga

Masjid batu bata

Berdiri di mana-mana
Masjid sejati tak menentu tempat tinggalnya
Timbul tenggelam antara ada dan tiada
Mungkin di hati kita
Di dalam jiwa, di pusat sukma
Membisikkan nama Allah ta’ala
Kita diajari mengenali-Nya
Di dalam masjid batu bata
Kita melangkah, kemudian bersujud
Perlahan-lahan memasuki masjid sunyi jiwa
Beriktikaf, di jagat tanpa bentuk tanpa warna

Empat

Sangat mahal biaya masjid badan

Padahal temboknya berlumut karena hujan
Adapun masjid ruh kita beli dengan ketakjuban
Tak bisa lapuk karena asma-Nya kita zikirkan
Masjid badan gampang binasa
Matahari mengelupas warnanya
Ketika datang badai, beterbangan gentengnya
Oleh gempa ambruk dindingnya
Masjid ruh mengabadi
Pisau tak sanggup menikamnya
Senapan tak bisa membidiknya
Politik tak mampu memenjarakannya

Lima

Masjid ruh kita bawa ke mana-mana

Ke sekolah, kantor, pasar dan tamasya
Kita bawa naik sepeda, berjejal di bis kota
Tanpa seorang pun sanggup mencopetnya
Sebab tangan pencuri amatlah pendeknya
Sedang masjid ruh di dada adalah cakrawala
Cengkeraman tangan para penguasa betapa kerdilnya
Sebab majid ruh adalah semesta raya
Jika kita berumah di masjid ruh
Tak kuasa para musuh melihat kita
Jika kita terjun memasuki genggaman-Nya
Mereka menembak hanya bayangan kita

Enam

Masjid itu dua macamnya

Masjid badan berdiri kaku
Tak bisa digenggam
Tak mungkin kita bawa masuk kuburan
Adapun justru masjid ruh yang mengangkat kita
Melampaui ujung waktu nun di sana
Terbang melintasi seribu alam seribu semesta
Hinggap di keharibaan cinta-Nya

Tujuh

Masjid itu dua macamnya

Orang yang hanya punya masjid pertama
Segera mati sebelum membusuk dagingnya
Karena kiblatnya hanya batu berhala
Tetapi mereka yang sombong dengan masjid kedua
Berkeliaran sebagai ruh gentayangan
Tidak memiliki tanah pijakan
Sehingga kakinya gagal berjalan
Maka hanya bagi orang yang waspada
Dua masjid menjadi satu jumlahnya
Syariat dan hakikat
Menyatu dalam tarikat ke makrifat

Delapan

Bahkan seribu masjid, sejuta masjid

Niscaya hanya satu belaka jumlahnya
Sebab tujuh samudera gerakan sejarah
Bergetar dalam satu ukhuwah islamiyah
Sesekali kita pertengkarkan soal bid’ah
Atau jumlah rakaat sebuah shalat sunnah
Itu sekedar pertengkaran suami istri
Untuk memperoleh kemesraan kembali
Para pemimpin saling bercuriga
Kelompok satu mengafirkan lainnya
Itu namanya belajar mendewasakan khilafah
Sambil menggali penemuan model imamah

Sembilan

Seribu masjid dibangun

Seribu lainnya didirikan
Pesan Allah dijunjung di ubun-ubun
Tagihan masa depan kita cicilkan
Seribu orang mendirikan satu masjid badan
Ketika peradaban menyerah kepada kebuntuan
Hadir engkau semua menyodorkan kawruh
Seribu masjid tumbuh dalam sejarah
Bergetar menyatu sejumlah asma Allah
Digenggamnya dunia tidak dengan kekuasaan
Melainkan dengan hikmah kepemimpinan
Allah itu mustahil kalah
Sebab kehidupan senantiasa lapar nubuwwah
Kepada berjuta Abu Jahl yang menghadang langkah
Muadzin kita selalu mengumandangkan Hayya ‘Alal Falah!

TAHAJJUD CINTAKU


Mahaanggun Tuhan yang menciptakan hanya kebaikan

Mahaagung ia yang mustahil menganugerahkan keburukan

Apakah yang menyelubungi kehidupan ini selain cahaya
Kegelapan hanyalah ketika taburan cahaya tak diterima
Kecuali kesucian tidaklah Tuhan berikan kepada kita
Kotoran adalah kesucian yang hakikatnya tak dipelihara
Katakan kepadaku adakah neraka itu kufur dan durhaka
Sedang bagi keadilan hukum ia menyediakan dirinya
Ke mana pun memandang yang tampak ialah kebenaran
Kebatilan hanyalah kebenaran yang tak diberi ruang
Mahaanggun Tuhan yang menciptakan hanya kebaikan
Suapi ia makanan agar tak lapar dan berwajah keburukan
Tuhan kekasihku tak mengajari apa pun kecuali cinta
Kebencian tak ada kecuali cinta kau lukai hatinya

Rabu, 25 Juli 2012

Asa Didekapan Kehendak-Nya

Dalam netra apa yang tak terekam
Bahkan jadi sempurna setitik hitam

Hati hanyalah sulaman alpa berderet
Diantara putaran waktu pula terseret

Gelap tak mesti dijabar sebagai kelam
Dan malam nyata bukan simbol suram

Terus dicari jejak rembulan dilangit
Lupakan mendung rata menghimpit

Menggantung harap semakin tinggi
Menembus menjulangnya sekat elegi

Disanalah tempat menitip berjuta asa
Didekapan kehendak Yang Maha Kuasa

"Tak ada yang tak mungkin diraih, saat hati benar-benar percaya kepada-NYA"

Selasa, 24 Juli 2012

Kaca Kaca Rindu


Bening..
Kulukis namamu
di sela sela pagi mulai menguning
memulas ronanya yang jelita

cahayamu teramat lelap
memancar dari bebatuan tawa yang binar
yang kerap menemaniku di saat gelap mengusung resah

kau adalah matahari dalam hatiku
yang selalu kurindu di setiap nafas mulai ragu
kau hidup di tanah hati terdalam
dalam palung kesejukkan

Adakah bayangku tersemai manis di matamu?
Ataukah hanya embun perdu merambah angan kosongku
dan kuterjatuh di jurang tak bertuan
namun terjal berliku tajam

sungguh naif
aku menyelami warna keindahan
yang kelopaknya selalu kucium lewat kidung doa doa mungilku
berharap Dia mendengar
dan mengirim pelukanmu
untuk kesedihanku.

Tak kulihat pagi menyemai kaca rinduku
tapi keyakinanku.
Ia tahu yang kumau tentang itu.

Dan akulah....

Dan akulah mawar
yang selalu ingin mengharumkan nadimu
aku pelangi di setiap senja mematuk pagi
aku jendela tawa yang seroja untuk jiwamu
aku juga cinta yang manja
aku butiran salju di doa doa malammu
aku melati penghias rumah rindumu
aku segala yang menjelma indah
di setiap waktu yang kau punya

itu aku..
Khayal bidadariku
lukisan nirwana kalbu
untuk ke sekian kali

tak bosan kukata itu
meski mungkin kau hanya senyum putih berlalu

Sebentuk Rasa

Tak pernah terfikirkan
Dan tak pernah terbayangkan
Bahwa aku dapat memiliki kekasih sepertimu
Ku tahu aku tak sempurna
Namun hadirmulah yang sempurnakan hidupku
Sebentuk rasa yang kupunyai
Semuanya utuh kau miliki
Karena sesungguhnya aku mencintaimu
Aku menyayangimu
Dan sebentuk rasa ini tercipta untukmu

KITA SEMUA ADALAH BINTANG

Dan kita semua adalah bintang
bagi hidup dan kehidupanmu

dan bila aku menjadi bintang..
Aku ingin menjadi bintang hatimu
ibu..

Seperti aku yang memandangmu
sebagai bintang dalam setiap doa doa terindahku..

Kelopak Mungil itu..

Kelopakmu yang mungil
melingkar erat dalam genggamku
putih kurasakan nafasmu mengecup sukma
merambat sudah kalam cinta
jadi akar..daun dan juga senyum

kelopak mungilmu memelukku
lama..
Seperti musim yang sisakan dingin di jantung merahku
ia jadi embun serupa zamzam
saat padang kemarau
ia menatap dengan ketulusan
dan tetap memelukku dengan wangi harum jiwa penyayang
meski cakrawala tak selalu biru sebiru lembutmu
meski badai kerap datang
dan topan meradang di senyummu

kelopak mungil itulah dirimu..ibu

Mencari Cinta Sejati

Cinta tak mengenal umur
Ia juga tak mengenal jarak, tempat dan waktu
Cinta akan terus mengalir
Mencari celah agar bisa mencapai muaranya

Mencari cinta sejati memang tak mudah
Banyak kerikil yang harus kita hadapi
Namun cepat ataupun lambat
Adanya cinta sejati pasti dapat dirasakan jua

Enjoy The Ride


semangat tinggi
energi yang tak terbatas
meluap luap tak sabar untuk segera
mewujudkan mimpi demi mimpi

ibarat bahan bakar
yang terus menerus masuk ke dalam mesin bakar
terus di bakar
pastikan gigi masuk
perjalanan panjang akan selalu menyenangkan

Bening



Sekeping hatimu yang biru
tiba tiba datang dengan seikat rindu
melukis binar kesejukkan
menatap penuh hembusan kasih

sekeping waktu
mencetakkan rima pelangi di sanubari
memujanya sepenuh impi
dan aku terjatuh tertikam di dataran syukur itu..

Jadi setitis air bening...yang tawarkan dahaga..
Seluruh rona tercipta
090712,jakarta

LUKISAN HATI

Malam benderang
diiring sinaran gemintang
memeluk lembut peraduan
membawa jiwa terbang melayang
ke dinding dinding lukisan
mengendap sejuk dalam khayal
melenakan sukma menanti pagi
seolah semua warna mimpi
terengkuh hangat di dalam diri.
070712

Sabtu, 07 Juli 2012

Keajaiban

Kau adalah keajaiban
dalam cawan persinggahanku
di butiran waktu yang tak jua berlalu
meski semua pijar asa telah membeku
menjadi relief kenangan
tapi adalah kepunyaan kita
yang tergilas kemarau sepi

25/06/12

LUKISANMU

Seraut wajah pulas dalam damai
melingkar di bola mata..
Membayang seirama cuaca
seraut wajah pulas
terlelap peluk hikayat
tersandar di pucuk pucuk malam

lukisan hati..
Selalu berarti dan temani mimpi.

23 Juni 2012

Jumat, 06 Juli 2012

Sepi

Tuangkan tinta diputih kertas berserak
Biarlah bila adanya hanya lukisan abstrak
Selayak jiwa yang kini memuing terkoyak
Dalam pusaran sepi tak kunjung beranjak

Kawan, ingin memanggilnya dengan senyum
Teman, hendak hati menuai tawa nan ranum
Namun teriakku hanyalah angin terkulum
Tak terdengar, di sela relung saja berdentum

Jengah, terkunci kesendirian tanpa batas
Damai kini tinggal seutas yang merantas
Jiwa pun sekering dahan-dahan meranggas
Diantara dahaga batin tiada pernah tuntas

Mencari riang wajah ditengah lengang
Tak lebih dari muram dirilah yang datang
Segersang hamparan tanah-tanah kerontang
Tak terpuas kehausan dari kebisuan merentang

Selasa, 03 Juli 2012

Diantara Perca Fana

Bilakah jiwa mencari sebuah nama
Atau sekedar menyecar bulir makna
Dari menggunungnya perca-perca fana
Yang potongannya tak pernah sempurna 


Tak peduli jika fajar mulai terbakar
Berganti waktu atas surya kian lebar
Disilaukan pula pandang hingga nanar
Namun tiada merubah salah jadi benar


Riuh diatas bukit asa tengah melirih
Seperti pemujaan akan genderang perih
Lalu, mengapakah hati begitu mudah letih
Sedang tapak didunia tak sebatas memilih


Tuhan merentangkan kasih teramat luas
Sekalipun pucuk kalbu lebur teremas
Ada arti bagi seduh tangis meski terkuras
Tak hanya peluruh warna tinta pemulas


Duniaku belum hilang ditelan masa
Walau septntas remuk dikulum rasa
Pilu ini tak kan jadi belati Penguasa
Bukan penikam nafas impi tuk binasa

Pagi Nirmala

Pagi ini bening menyapa mata
harum kurasakan dalam rongga
senyumku mengembang sempurna
semua patahan dahan ranting sirna dalam raga
melati berpindah ke merahnya cinta

jiwa jiwa muda..
Tunas tunas menyalakan bara
berjalan dalam barisan shubuh purna
merekam halusnya makna di fitrah insan menghamba
merapat dalam shaf shaf kecil
menatap dengan ukhuwah kasih

kuambil setangkup air suci
embunkan diri dalam khusyu
berjajar rapi kumerunduk
lupakan bara merah dalam hidup
tamasya hatiku tak jua rela berlalu dan pergi dari sisi

shubuh yang berhikmah
lebih dari menuai rekah
bak bunga cinta terpaut nirmala
buanaku berseri kidungkan gumam
tabir puja puji
pada sang Pemilik Hati
Dialah Illahi Robby
tempat ku bermanja dalam doa dan asa..

23/06/12

Senja Merah Saga


Senja telah lentur ke ufuk barat
merah merona
seakan butiran saga mengerling sempurna
mengayun waktu memeluk malam
menggenapkan warna hitamnya yang demikian sakral
penuh khayal misteri tak bertepian

senja yang merekahkan pula impian hangatku
pada hari hari bernyala debu..
Berhujam sembilu
dan nyaris bekukan darah di nadiku

tapi aku tetap bertahan dalam sepi
keheningan yang tersenyum penuh binar
romantisme peradaban yang kubidik liar
aku lebih memilih diam
saat semua suara memekakkan jalan.
Dan terus berjalan
dengan genangan kian memudar.

Saatnya menjadi raja bagi jiwa.

22/06/12

JINGGA

Rasanya baru saja aku mengenalmu
meliput semua senyuman manismu
mencandaimu denga rupa rupa laku
meninabobokan rindu yang selalu biru

ronamu yang kemilau
menghangatkan matahari hidupku
seperti sebuah pelangi dengan ribuan warna melengkapi

kau semburat mimpi
kau lantunan embun pagi menari
awan hitampun telah menjadi saksi
semua degup cinta di sungai rasa kita

ah..itu cerita negeri cinderella
di mana kau dan aku jadi sepasang putra Raja
yang menyulam bahagia di atas derap kereta kencana
diiring debu magis sanjung pujian
penghormatan kemegahan
dan warisan kecantikan sejagat

dan kita sama tertawa dalam wangi cahaya
bagai kisah kasih sang cleopatra
atau kisah lugu Rama dan Shinta
yang termashur dalam dada para Penyanjung cinta...

Imajinasi, 2100612

Sekeping mimpi

sekeping mimpi
berlari..menembus warna lazuardi
melayang di birunya hati
membebani setiap khayal dan intuisi pagi

sekeping hati
merenda sunyi
ketika malam semburatkan sinar pagi
dan wajah wajahnya
menghitam dalam kabut

kugenggamkan selaksa kesabaranku
saat kau menggamit arti
kehidupan tak selalu bersulam realiti..bagai serpihan mimpi

010712

Senandung Rindu untuk Ibu

Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...