Kamis, 30 September 2010

DEMI SENYUM IBU

Ibu, betapapun seringnya aku sembunyikan wajah duka dibalik cadar
Selalu tampak mudah bagimu meraba gurat-gurat senyum yang hambar
Saat seisi dunia menepuk bahuku sembari berkata aku sangat tegar
Engkau memintaku membaringkan hati yang hampir menanggalkan sabar
Di nyaman pangkuanmu ini, sungguh kuinginkan waktu berhenti berputar
Karena telah letih aku berdiri penuh kepalsuan di atas megah mimbar
Berusaha menunjukkan keberadaanku yang terus di anggap samar
Mencoba menuliskan namaku di antara barisan orang-orang besar
Ibu, hanya demi senyummu itu ku jaga semangat ini tetap mekar
Tak kan kubiarkan layu meski segenap tubuhku mulai gemetar
Tidak, sama sekali bukan pada pandangan remeh mereka aku gentar
Hanya merisaukan air matamu yang terus mengalir jika tekad ku pudar
Maka, di nyaman pangkuanmu ini pula sebuah janji akan ku tatar
Bahwa aku tak kan pernah tumbang meski hinaan untukku terus terlontar
Sebab aku tahu pasti engkau ada saat kulemah dan ingin bersandar
Terlelap dalam belaimu sebelum memetakan lagi mimpi pada sebuah altar
Biar kubawa untai do'amu di sisi sanubari ku sebagai pengantar
Pengiring langkahku menuju bintang harapan penuh caya berpijar

Rabu, 29 September 2010

ANGKUH DEMI MIMPI TETAP UTUH

Tak jua tersibak apa yang tersembunyi dibalik sikap angkuh
Tiada pula kan terungkap sebenar sisi diri telah lama luruh
Seolah memutihkan mata akan sayatan yang tak terbasuh
Terus memaksa tingginya langit itu untuk dapat tersentuh
Setiap lisan berucap tak akan pernah mungkin terengkuh
Namun, biarlah ku anggap semua hanya sebatas gemuruh
Yang pantas dapatkan tak lebih dari sekedar laku acuh
Lalu tetap tegarkan langkah dengan hati tunduk bersimpuh
Jika memamg terhenti, maka hanya tuk menghapus peluh
Meski mengakui terkadang jiwa ini lemah dan begitu rapuh
Masih saja melaju melanjutkan hidup dengan selalu bertaruh
Sampai dimanakah nantinya keyakinan hati dipegang teguh
Mencapai batas akhir bersama mimpi yang tergenggam utuh
Atau terima kalah oleh keadaan kemudian sibuk mengeluh
Biarlah aku tetap berbangga bermahkotakan sikap angkuh
Yang selalu ingin wujudkan angan meski caci maki tersuguh

Senin, 27 September 2010

SEDERHANA NAMUN BERHARGA BAGIKU


Sebuah kisah sederhana dari seorang sahabat.... :-)
(bukan kisah sang pembuat blog. He..He..He..)

Kata yang terucap dari seorang temanku yg aku anggap seperti kakakku sendiri
Kala itu aku lagi nunggu jemputan untuk pulang kerumah. Yah beginilah nasib cewek manja yang hobi anter jemput, gak bisa naik motor sendiri sih.... J
Karna aku males sendirian, akhirnya aku berniat bertemu temanku itu. Aku datang kerumahnya dan obrolan cewekpun dimulai. J
Ia      : ”Dik udah makan?”
Aku   : ” Lum mbak....”
Ia      : ”Aku baru ja pesen mie ayam, adik mau? ”
Aku   : ” Gak usah mbak... ” (padahal dalam hati pengen juga).. J
Ia      : ” Pesen mie ayam aja dik. ”
Aku   : ” Gak usah mbak, emang napa mbak? Mau traktir aku ya?”
Ia      : ”Iya dik, tapi ngutang dulu boleh gak ya? Duitku cuma 5000 tok owg” (sambil senyum)
Aku   : ””Walah meh traktir, pake ngutang segala, gak usah mbak, nanti aku bentar lagi dijemput. ” (ketawa tanpa suara) :D
Disitulah aku dan ia bercanda sambil buka FB. Tiba-tiba ia menanyakan hubunganku dengan mantanku yang pernah aku ceritakan sebelumnya ma ia. Ia menanyakan hubungan ku dengan cowok tu. Aku jawab sekenanya. Aku jawab udah gak ada hubungan apa-apa. Aku juga gak tau knapa akhir-akhir ini aku malas membicarakan mantanku itu, mungkin aku memang sudah tak mengharapkannya. Aku juga gak peduli cowok tu sekarang ma siapa, ngapain, dimana. Sungguh aku tak peduli. :D. Obrolan-obrolan gak pentingpun terucapkan, dari masalah cowok itu gak peka dengan perassan cewek, ngobrolin masalah baju-baju muslim, ampe masalah sekarang aku dekat dengan siapa.
Ia      :  ”Sekarang  kamu dekat dengan siapa dik? ”
Aku   :  ” Gak dekat sama siapa-siapa. ”
Ia      : Senyum J ” Yawdah fokus ja ma kuliah kamu, selesein dulu S! Nya. ”
Aku   : Senyum doank sambil garuk-garuk kepala yang tak gatal. J
Ia      : ” Mbak juga gak suka ngliat cowok n cewek yang lum nikah ngobrol berjam-jam, selalu berduaan. Kalo cowok yang baik n punya etika, setelah tau saling suka, langsung aja datang kerumah ceweknya itu trus nembung langsung aja. Itu baru namanya cowok yang OK. ”
Aku   : ” Hmm gitu ya mbak. ”
Ia      : ” Santai aja dik, adik gak usah khawatir jodohnya siapa. Jodoh itu pasti akan datang disaat waktu yang tepat. ”


Jodoh itu pasti akan datang disaat waktu yang tepat..

Kata itulah yang slalu teringat dipikiranku. Yup, buat apa tergesa-gesa dalam mengambil keputusan dalam memilih seorang pendamping hidup. Kalau udah waktunya pasti kan ketemu juga. Namun tetep ikhtiar n tawakkal tuk mendapatkan yang terbaik.
Jika nanti aku dicintai, aku ingin dicintai sperti puisi Alfiayandi :

Karena Aku Mencintaimu
Wahai Ukhty…
Karena aku mencintaimu, maka aku ingin menjagamu
Karena aku mencintaimu, aku tak ingin terlalu dekat denganmu
Karena aku mencintaimu, aku tak ingin menyakitimu

Karena cintaku padamu,
Tak akan kubiarkan cermin hatimu menjadi buram
Tak akan kubiarkan telaga jiwamu menjadi keruh
Tak akan kubiarkan perisai qolbumu menjadi retak, bahkan pecah

Karena cinta ini,
Ku tak ingin mengusik ketentraman batinmu,
Ku tak ingin mempesonamu,
Ku tak ingin membuatmu simpati dan kagum,
Atau pun menaruh harap padaku.

Maka biarlah…
Aku bersikap tegas padamu,
Biarlah aku seolah acuh tak memperhatikanmu,
Biarkan aku bersikap dingin,
Tidak mengapa kau tidak menyukai aku,
Bahkan membenciku sekali pun, tidak masalah bagiku….

Semua itu karena aku mencintaimu,
Demi keselamatanmu,
Demi kemuliaanmu. 

Minggu, 26 September 2010

APA ITU CINTA


Ketika kau bertanya apa itu cinta
Takkan sanggup kujelaskan dengan kata
Tapi jika rasa mulai muncul tanpa tersanggah
Dan bahagia tak mungkin lagi dibantah
Seiring hadirnya seorang yang warnai waktu
Beri arti di setiap sepimu itu
Maka biarlah nurani jadi kelana
Mencari kebenaran dari rentetan makna
Layaknya sungai yang ingin temui muara
Jangan halangi saat jiwamu ingin bicara

UNTITLED 17 (sahabat)


Kuresapi....
Hadirmu yang hapuskan sepi
Kusadari...
Dirimulah teman dalam sendiri
Kumengerti...
Betapa engkau sangat berarti
Kusemat....
Trimakasih untukmu sahabat

TENTANG SAHABAT


Sahabat, sebuah kata sederhana
Namun miliki sejuta makna
Tentang tawa yang membahana
Berbagi dalam segala suasana
Kebersamaan yang penuh warna
Kehangatan yang tak pernah kan sirna

Sahabat, selalu hadir dengan senyuman
Tulus tanpa adanya kepura-puaraan
Tak pernah lelah beri dukungan
Saat hidup temui batu tanjakan
Tiada henti tunjukkan alasan
Agar diri senantiasa bertahan

Sahabat, tebar senyum yang tak terganti
Menjadi pengobat bagi lara hati
Pulihkan semangat dengan empati
Kembalikan harapan yang hampir mati
Sosok yang kan tetap sangat berarti
Meski perpisahan nyata terjadi nanti

BAIT TUK SAHABAT


Meski belum lama dalam kebersamaan
Walau hanya setahun sejak perkenalan
Namun, telah tertinggal makna persahabatan
Yang mungkin tak kan lekang dari ingatan

Senantiasa kudapati ribuan kesan
Dari setiap manisnya senyuman
Selalu terganti segala kegalauan
Karna wajah yang penuh keceriaan

Bila nanti tiba waktu untuk berpisah
Bawa tawa kita saat kau melangkah
Agar kelak dapat kutemukan arah
Jumpai dirimu lagi di masa depan yang cerah

Sabtu, 25 September 2010

SENANDUNG PERSAHABATAN

Diantara hiruk pikuk dunia pun masih terasa lengang
Seperti sepasang telinga tak pernah disapa deru dendang
Digelayuti sepi bertabur serpih-serpih perih tak terbilang
Tiada seorang pun dapat melihat luka yang makin meradang
Namun seketika segalanya tawar kemudian menghilang
Ketika ia datang memperdengarkan irama tawa riang
Tak mengapa jika sesekali airmata deras berlinang
Sebagai pelepas beban di bahu yang biasa tanpa regang
Membenamkan gelisah hati dirimbang sejuknya kasih sayang
Sahabat, begitulah lisanku menyerunya berulang-ulang
Yang langkahnya tak jua lelah tuk sekedar bertandang
Walau acap kali seperti tak punya alasan saling berbincang
Tak mengenal batasan waktu entah malam ataupun siang
Lembut sikapnya akan senantiasa ada tuk jadi penenang
Tak perlu peduli akan setinggi apa rintangan menjulang
Karena tiap tuturnya memberi alasan tuk tetap berjuang
Tak usah lagi merisaukan kelam yang lebar merentang
Sebab warna yang ia tuang sanggup menjadikannya terang
Sahabat, cukup melukis senyumnya mampu sirnakan bimbang
Hingga di tiap senandung kehidupan jauh dari nada sumbang
Bersamanya, jutaan pelataran mimpi begitu luas membentang
Seiring doa tulusnya, bahagia menghampiri tak terhalang

UNTUK NEGERIKU


Diatas bumi pertiwi aku masih tegak berdiri
Meski airmata terus saja mengalir membanjiri
Sebentuk keyakinan terlanjur mendekap diri
Kukuh hati menyibak tirai penghalang mentari

Negeriku...tak jua henti dirundung untaian duka
Buih-buih perih kian membuncah tanpa terseka
Ingin ku buat pintu-pintu kemakmuran terbuka
Agar jadi nyata lantang teriakan kata merdeka

Adakah yang kan sudi berjuang bersamaku
Tak hanya diam dalam kepasrahan dan terpaku
Benahi sendi-sendi keadilan yang bergerak kaku
mencairkan lagi perdamaian yang lama membeku

Biar mulai ku punguti serpihan cinta...
Diantara luasnya kehancuran karna derita
Kemudian akan ku hapus gambaran buruk dari setiap mata
Agar kebahagiaan sejati tak lagi sebatas kata

Aku menanti saat dimana masa itu datang
Sambil tetap berusaha juga berjuang
Percaya bahwa hari esok nan cerah terbentang
Terus melangkah menapaki jalan menuju indonesia gemilang

UNTITLED 16 (sahabat)


Tak setiap detik jadi moment berarti
Tak semua kata mudah dimengerti
Namun ada satu hal yang pasti...
Saat hadir seorang sahabat sejati
Manisnya tiap waktu yang bergulir selalu menanti
Hinga kan selalu terukir senyumnya dipalung hati
Merebak sempurna seharum taman-taman melati

Kamis, 23 September 2010

Surat Untuk Hujan

Hujan, sering kali muncul tanya dalam hati. Apa yang membuatmu begitu indah dimataku? Mungkin aku hampir tak pernah melihatmu, tapi sukup dengan riuh rintikmu, aku merasa terbebas dari sepi. Sepi, entah mengapa begitu ku permasalahkan. Sebelum sejukmu itu menyentuh relung2 jiwa, aku begitu akrab dengan sepi, bahkan begitu nyaman berbaring dipangkuan sepi, menghabiskan begitu banyak waktu bermanja dengannya. Sampai saat dimana kau tebarkan wangimu melalui celah2 kecil di dindingku. Mengikat erat kekaguman ku akan dirimu. Mereka bilang kau hanya bagian dari angan ku yang akan menorehkan luka di hati. Mereka bilang kesejukan yang kau miliki bukan hanya untuk membelai ku. Mereka pun berkata, lupakan hujan yang akan segera reda sambutlah pelangi. Tapi sungguh tak ingin ku dengar mereka semua. Biar saja ku tutup telinga ku dari semua orang dan hanya mendengar melodi yang kau mainkan itu.

Hujan, apa kau tau bahwa anggapan orang2 tentangmu tidaklah benar? Mungkin pernah kurasakan sakit, tapi itu bukan karenamu. Sakit itu karena ketidakmampuanku membingkai indahmu. Aku tak menginginkan pelangi, aku tak butuh langit biru yang lebih cerah. Karena itu semua tak berguna, tak kan terlihat indah jika aku tak beranjak dari tempat ku berdiam saat ini. Tapi bersamamu, aku tak perlu melangkah keluar, cukup tetap berdiam menikmati lantunanmu yang jg beriring kesejukan. Biarlah hatiku terus terpaut dengan keindahanmu saja, yang mampu membuatku memuji kebesaran-NYA. Karena setiap kali kudengar nada2 mu mengalun, sungguh kurasakan sujud ku pun semakin indah. Hujan, pintu ini hanya kan terbuka untukmu. Karena ruang yang ada hanyalah untuk memainkan juga memperdengarkan melodi mu. Akan kutunggu hingga kau kembali, kembali mengetuk pintu ku..Sampai hari itu, tak kan kuijinkan ruang untukmu terisi oleh keindahan yang lain.

Rabu, 22 September 2010

UNTUK BAHAGIAMU

Terbangun ditengah lelap yang baru sebentar
Tercekat oleh ruas rindu semakin sesak menjalar
Mendapati tak lagi untukku teduhmu melingkar
Karena aku bukanlah tiang kokoh bagimu bersandar
Semburat malam bersaksi semua hanya kelakar
Ketika menjatuhkan diri dalam sekam lalu terbakar
Berharap kan tiada sisa kecuali debu bertebar
Namun sebentuk cinta terlanjur dalam mengakar
Menjadi sekeras intan, tak serapuh tembikar
Berkali sudah terpelanting, ke segala arah terlempar
Tak jua hancur, masih utuh dan semakin bersinar
Bertahan dari segala tempa mencoba tetap tegar
Itulah kasih yang lahir untukmu tanpa tawar-menawar
Itulah cinta yang tercipta tanpa perlu ada satu ikrar
Tak ingin mengikatmu saat kulihat senyummu mekar
Tak mesti bersanding jika tanpaku harimu berpendar

Sabtu, 18 September 2010

HUJAN TETAP INDAH BAGIKU

Hujan, sungguh tak perlu aku keluar dari dinding-dinding kamar
Uuntuk segera mengagumimu lewat merdu rintik yang kudengar
Juga tak perlu ku menyentuh tiap tetesmu dengan dua telapak
Agar dapat merasakan kesejukanmu membelai helai jiwa terkoyak
Nuansa keharumanmu pun memikatku hingga tak sanggup beranjak

Tapi, tidaklah salah bila mungkin tak kan pernah engkau menyadari
Elok yang kau tebar diduniaku telah memberi luka tak terperi
T empatkan mata ini benar pada titik buta hingga akhirnya lupa diri
Aku ikhlaskan dengan begitu ringan sakit itu terus menari
Pelan-pelan meneguk airmata sebagai jamuan setia lalui hari

Ijinkan aku mencintaimu dengan caraku yang kupilih sendiri
Nian dalam rasa hati untukmu tak sedikitpun kan terpungkiri
Dan jika memang hati itu tak pernah berhak atas satu balas
Akan kurealakan hanya keping-keping kenangan terus terbias
Hiasi kelam ruang-ruang sempit ku yang begitu penuh batas

Biar saat ini kubuaikan diri dengan fatamorgananya hadirmu
Arungi waktu berdua saja bersama semu lirih melodimu
Getarkan lagi degup jantungku biar jadi lebih bertalu
Isak, kuabaikan saja meski tercabik ketika kau berlalu
Karena bagiku hujan tetap indah dengan apa adanya walau
Ulasan jejaknya kerap sisakan tak lebih dari sekedar galau

Jumat, 17 September 2010

SAJAK UNTUK MELEPASMU

Satu mimpi yang pernah kutitipkan, kini
Akan ku ambil kembali dan biar tetap disini
Jemariku takkan lagi mencoba menggenggam
Asa hati yang nyata telah jauh tenggelam
Karam tertinggal dibatas penantian tanpa makam

Untukmu, begitu ingin ku selesaikan cerita hidup
Namun tinta dalan penaku memang tidaklah cukup
Tetes demi tetes seolah mengering begitu saja
Usang kertasnya sebelum kata nampak bersahaja
Kupaksa terus menulis, tetap tak dapat di eja

Mengalah, usai sudah pertentanganku dengan takdir
Entaskan diri sebelum harap semakin dalam mengalir
Lelah diri menggeluti penggubahan sebuah kisah
Entah mengapa tak pernah mampu rumitnya ku ubah
Perlahan merelakan engkau sepenuhnya melangkah
Agar kelak kau temui seorang yang mampu menggubah
Sebuah kisah untukmu dengan untai kata lebih indah
Melangkahlah jika disana bahagiamu tanpa celah
Usai sudah harap yang kurajut tentangmu, pergilah

UNTITLED 15 (cinta)

Seuntai kenangan melintas dibenak
Pekat lagi rindu yang pernah terserak
Bilur kalbu kian lama kian membiru
Perihpun tak jua henti jadi seteru
Letih ku coba tinggalkan satu dimensi
Kehampaan nuansa tiada pernah terisi
Segenap senyum kini sempurna lesap
Terikat dalam kesendirian berkubang senyap

UNTITLED 14 (cinta)

Cinta, bukan indah karna warna emas tinta
Cinta, tak terucap hanya sebagai pelengkap kata
Cinta, hadir tuk jadi penyeka airmata
Cinta, menggores asa dengan kuas menggeleta
Kasih, tiap tetesnya adalah penawar perih
Kasih, yang menunutun duka agar segera tersisih
Kasih, petunjuk bagi gundah hati melangkah beralih
Kasih, menempatkan dirimu sebagai seorang yang terpilih
Rindu, terkadang melantun dengan melodi sendu
Rindu, jadikan suaramu itu terdengar begitu merdu
Rindu, membiarkan sanubari terbuai rasa syahdu
Rindu, sering kali dirasa meski tak ingin ku mengadu

MENANTI SATU CINTA

Mengatup bibir dalam beku lafas tak terurai
Erat tak terucap meski begitu ingin sampai
Nanar mata menatap harap jauh dari gapai
Aliri sekat risau dengan sedikit berandai
Nanti tak kan lama kerinduan sesak merantai
Temaramkan lagi hati saat bayangmu melambai
Ikat kembali kelopak asa agar tiada gontai

Sesaat memanja angan membias senyummu
Abaikan segala yang nyata terbuai jamuan semu
Temalun senandung doa semoga bersambut
Ulasan pinta tuk bersama juga terpaut

Crita hidup kini tak kan pernah jadi lengkap
Imaji sia-sia tanpa hatimu dalam dekap
Nirmalanya penantian bukan hanya kata
Tak jua sesali kesepian yang sering meronta
Aku ingin tetap kukuh menanti satu cinta

BUAT GANJAR ADI KINARA


Bila baris kata masih boleh terucap
Untai terimakasih yang ingin ku ungkap
Antara sapa yang tiada henti melingkari
Terangkai indah menghias sudut hari

Gelap memudar bersama hadirmu disini
Ajarkan aku tinggalkan batas tirani
Nuansa kelam pun tak lagi menutupi
Jiwa ini telah temukan tempat tuk bertepi
Andai waktu terus ada dalam genggaman
Rinai senyummu yang ingin ku abadikan

Aku tak pernah tau bagaimana harus mencinta
Dinding hati kosong tanpa sepenggal pun cerita
Ingin sungguh kini ku lukis rasa dalam kata

Kiaskan betapa dalam kasihku untukmu
Iramakan tiap kerinduan hanya padamu
Nanti, jika ada ujung bagi jejak langkah
Adalah padamu ku harap semua kan terarah
Ragu tak lagi ku ijinkan kembali mengusik
Agar jadi nyata tiap bait doa yang ku bisik

UNTUK CINTAKU ANJA


Untuk satu hati aku tak lelah menanti
Nyanyian cinta tak jua akan terhenti
Terjaga selalu hingga batas titian waktu
Usaikan janji yang terucap menjadi satu
Kuaskan bahagia meski diatas kanvas berbatu

Curahkan segala asa akan cinta hanya padamu
Indahkan kembali lembayung senja nan semu
Nila yang pernah tertinggal dalam bening
Tak kan lagi jelas terlihat beriring
Akan terhapus bilur-bilur pilumu di kalbu
Ku ganti dengan biru langit tanpa kelabu
Ubah prasasti kepedihan jadi segenggam abu

Akan tiba akhir bagi senyapnya kesendirian
Nantikan hari saat kita dipertemukan
Jemari menengadah dengan ribuan doa terpanjat

Agar disepanjang kisahmu hanya damai yang terpahat

UNTITLED 13 (meski jauh terpisah )

Begitu jauh cinta terpisah
Hingga jiwa seolah terbelah
Degup rindu terus mendesah
Selayak tembang elok tergubah
Meski sering kali mata memerah
Saat butir kesedihan tertumpah
Biar saja waktu yang berkisah
Tentang nurani yang hanya berserah
Relakan penantian dalam pasrah
Yakini akan berakhir indah
Pastikan hati tetap satu arah
Segala rasa tak kan pernah berubah

UNTITLED 12 (ketulusan)

Andai ku miliki singgasana bertahta keanggunan
Disitulah nanti engkau akan aku tempatkan
Jika dicipta sebuah dunia yang hanya mengenal tawa
Maka kesanalah engkau akan aku bawa
Agar tiada penat bersandar ditiap jengkal waktu
Biar tak satupun gundah mengusik senyummu itu
Namun ku hanya seorang yang penuh keterbatasan
Tak kan mampu meski hati sarat akan keinginan
Hanya sebuah doa sederhana yang ku punya untukmu
Semoga seluruh kebahagiaan selalu terarah kepadamu

UNTITLED 11 (maaf)

Maaf untuk tutur yang terlalu lama mengatup
Maaf untuk sapa yang semakin panjang terliup
Tak sedikitpun ingin hati ini pekat tertutup
Tak sedikitpun nurani ingin meniadakan pekanya berdegup
Masih ada harap dikalbu mekar senyum yang menguncup
Hanya harum nuansa itu yang kan kembali terhirup
Agar pesona dari tiap jengkal hari terlalui tanpa redup
Hingga mengalir lagi untukmu tetes demi tetes bahagia dalam hidup
Maaf untuk tutur yang terlalu lama mengatup

MENCINTAI SEORANG YANG TAK SEMPURNA

Mengenalmu bagai menemukan beda aksara
Enggan tuk berpaling, terlalu indah tertera
Namun terkadang aku masih harus terbata
Caraku belum lah tepat dalam mengeja cinta
Isyarat yang ada sulit di terka di setiap kata
Nyaris tak di mengerti oleh hatiku yang masih buta
Tataran bagaimana bersikap begitu samar
Acap kali tak mampu membeda salah dan benar
Inilah cinta dengan ketidaksempurnaan berpendar

Sinarnya bisa jadi redup karna dekapan mendung
Eloknya sejenak pudar saat langkah terhuyung
Ornamen hiasnya sesekali tidak terlihat
Raib bersama bodohnya tingkah yang kubuat
Akan tetapi ini wujud cinta sebenarnya
Nyata dengan menyandang ketidaksempurnaannya
Gema yang terdengar tak slalu indah karna paraunya

Yang disuguhkan tak slalu cawan berisi madu
Ada kalanya justru airmata sepahit empedu
Niat hati hanya sekedar menggores rasa rindu
Gambarannya malah sering tinggalkan gurat sendu

Terus tunjukanku caramu memupuk kasih
Arahkan di jalan yang jauhkan kita dari perih
Ketempat dimana duka kita jadi repih

Saat ini tak sanggup ku selaraskan warna
Entah, tak memikat seperti bias nirwana
Mungkin banyak sudah kecewa ku toreh dibenakmu
Patahkan senyum yang mengembang diharimu
Untuk semua itu hanya bisa ku ucap maaf
Rasanya tak pernah cukup hapuskan khilaf
Namun segala yang pernah ku buat hanya karna
Aku terlalu mencintaimu, dengan cara tak sempurna

UNTITLED 10 (sebentuk rasa)

Tak sekalipun mata bertemu pandang
Lalu bagaimana bisa engkau bertandang
Dalam bilik hati yang pernah tertutup rapat
Meninggalkan sebentuk rasa yang kian lekat
Bagaimana mungkin aku dapat begitu merindu
Dan biarkan saja gundah saling beradu
Meski tiada pernah menatapmu dihadapku
Tak jua pernah temukanmu disisiku
Namun, telah kuletakkan cinta digenggammu
Ku bebaskan asa untuk selalu mendambamu
Hatiku, terlalu rumit tuk dipahami
Rasaku, terlalu dalam tuk diselami

UNTITLED 9 (cinta)

Kuasa akan hati jadi begitu lemah
Hanya karna satu rasa yang tak bisa di bantah
Cinta, itukah kebenaran yang terus tergambar
Lebih indah dari mekarnya kuncup mawar
Hingga dapat aku melukis paras terkasih
Dalam setiap sudut mata tanpa teralih
Ketulusan ini tak seperti pasir ditangan
Yang bila tertiup angin segera berterbangan
Sungguh tak ingin kuberikan engkau janji
Biarlah sang waktu nanti jadi penguji
Berapa lama kan kulewatkan hari disampingmu
Berapa banyak kan kuukir kenangan bersamamu
Namun, satu hal masih dapat kumengerti
Dengan hadirmu, segalanya lebih berarti

UNTITLED 8 (sahabat)

Dalam satu lingkup hidup persabatan direngkuh
Menoreh kisah coba sirnakan jenuh
Biar tak lagi tersirat gundah
Agar tawarlah segala resah
Menggulung mega-mega yang kelam
Mengganti bentang langit yang suram
Dibatas kesepian jemari terulur
Menjabat sebuah ukhuwah tanpa tutur
Hanya ada sebentuk ketulusan
Untuk membagi setiap kebahagiaan

UNTITLED 7 (doa tuk sahabat)

Layaknya tetes embun yang siratkan kesejukan
Mengawali hari dengan sapa guratkan senyuman
Menara harap dan doa tersusun indah
Temanimu mengayun setiap langkah
Lembar baru dari kehidupan siap terbuka
Tempat kau tulis bahagia tanpa secuilpun duka
Meski mentari terhalang ribuan mendung
Ku pintakan damai hatimu tak kunjung urung
Kini di altar persahabatan engkau ku sambut
Semoga bersamamu dengan keceriaan waktu terbalut

UNTITLED 6 (kehidupan)

Ketika mencoba menelaah lebih dalam tentang kehidupan
Banyak warna tersamar bahkan pudar tanpa kejelasan
Luka terpahat disepanjang jejak waktu
Perih menyambut ditiap terbukanya pintu
Tapi bentang cakrawala tak pernah berbatas
Menanti sejuta senyum tuk kembali meretas
Biar ribuan belati merajam hati
Jangan biarkan angan terkubur dan mati
Selalu kan ada harap tersisa
Bagi jiwa yang terus merajut asa

UNTITLED 5 (menanti kebahagiaan sejati)

Berteman simfoni hujan penaku menari
Membentuk replika persinggahan hari
Dengan ratusan pilar berukir sepi
Dan diatasnya atap kesedihan menutupi
Andai tak mungkin sempurnakan hidup
Biar hanya tentramkan badai yang bertiup
Hingga terselesaikan paviliun kecilku
Yang kan jadi tempat teduhkan batinku
Disitu ada satu bangku tuk menanti
Hadirnya sosok kebahagiaan sejati
Sedih tak selamanya pekat
Meski senyum juga tak selalu melekat
Bijak apabila hati mampu merapal
Ada ujung disetiap jalan terjal

UNTITLED 4 (kehidupan)

Langitku seolah tak lagi nampak disini
Lenyap sempurna dibalik satu tirani
Sudut mata tiada mengarah caya
Surya tak ubahnya guratan maya
Letih hati terus bermandi hujan
Tiap tanya bak tak miliki jawaban
Penat diri selalu berselimut mendung
Mampukah asa tetap kokoh membumbung
Yang tertulis tak begitu baik dalam nyata
Membekukan setiap bait kata
Seperti sia-sia lisan meronta
Tak jua hadir pembawa pelita
Hujan tetap saja mengalir deras
Dinaungi mendung tanpa batas

UNTITLED 3 (kehidupan)

Lidah kelu lisan pun mengering
Sungai hati tak lagi mengalir bening
Keruh oleh ribuan repihan kepedihan
Tertutup warna kelam kehidupan
Seolah tiada tempat melepas seluruh dahaga
Hamparan terjal miliki luas tak terhingga
Bila nanti suara tapak telah mulai melemah
Biar kata menyerah tetap ku sanggah
Pada nasib tak kurelakan diri mengalah
Karna masih ada tempat bagi untai doa tertumpah

UNTITLED 2 (kehidupan)

Tak pernah ada yang sia-sia dalam hidup
Selama kita bisa mengais makna yang terliup
Ketika kita sibuk mencari wujud kata bahagia
Justru telah nyata membelit jengkal-jengkal usia
Satu tanya akhirnya terbersit dan menanti jawab
Berapa banyak nikmat yang telah kita kecap
Nikmat yang juga merupakan bentu lain kebahagiaan
Yang terkadang jadi samar ditengah kepedihan

UNTITLED (tanpa warna)

Selayak legam lembaran langit
Cercah gelisah kembali terbersit
Seperti samudra tanpa satupun biduk
Salju sekeras batu merajam lubuk
Setengah jiwa bagai terpenggal maya
Selaksa harap hilang diremang cahaya
Senyum hanya hiasan tanpa warna
Damai sekedar kabut yang memudar lalu sirna
Inikah dunia tempat ku berpijak
Dimana kalbu semakin perih terkoyak
Hanya nafas lelahku yang terdengar
Meski banyak ditawarkan hingar bingar

Senandung Rindu untuk Ibu

Ibu.. Ribuan hari berlalu Tanpa hadirmu Namun rindu Masih menderu Penuhi ruang kalbu Dan netraku Masih pantulkan kelabu Sekalipun langit itu...